Chapter 19
Makoto menatap kedua bola mata (y/n) yang berkaca-kaca. Ia benar-benar merasa khawatir terhadap (y/n). Hal tersebut membuat kedua pipi (y/n) menjadi merah merona. Menyadari hal itu, Makoto langsung melepas tangannya dari wajah (y/n). Ia pun jadi malu sendiri.
"G...gomen. A...aku tidak bermaksud....etto..." ucap Makoto terbata-bata sambil memikirkan alasan kenapa ia tiba-tiba melakukan itu.
(Y/n) pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"T...tidak apa-apa kok, Makoto-san"
"Oh iya, ngomong-ngomong, kenapa kau menangis?"
"Ah...ini...etto..."
Sambil duduk di kursi tepi jalan, (y/n) pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Makoto.
"Sokka. Jadi begitu" reaksi Makoto setelah mendengar penjelasan dari (y/n).
(Y/n) pun menganggukkan kepalanya.
Aku tidak menyangka. Ternyata Sousuke juga menyukai (y/n). Dia sampai berani mencium kakaknya sendiri. Berarti perasaannya bukan main-main, bukan?, pikir Makoto dalam hati.
"Aku benar-benar marah padanya. Sampai kapan ia baru bisa mengerti keadaan kami saat ini? Padahal aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk menjadi kakaknya, kenapa ia tidak bisa menghargai perasaanku itu?"
Makoto hanya terdiam. Walaupun ia merasa sakit hati karena Sousuke juga ternyata menyukai (y/n), ia berusaha untuk menutupinya dan memikirkan solusi yang tepat untuk (y/n).
"Pasti ini sulit bagimu, (y/n)-san. Aku turut prihatin pada kondisimu saat ini. Aku bisa mengerti perasaanmu sebagai kakak. Seandainya aku bisa membantumu..."
(Y/n) pun tersenyum kearah Makoto.
"Arigatou ne, Makoto-san. Dengan mendengarkan keluh kesahku saja sudah membuatku sangat senang, kok"
"Iie iie. Aku memang benar-benar ingin membantumu. Hmm... untuk menjernihkan pikiranmu, bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Kau mau kan, (y/n)-san?"
"Um. Boleh juga. Ngomong-ngomong, kau habis berbelanja, ya?" tanya (y/n) sambil melirik kearah kantong kresek yang diletakan Makoto tepat di sebelah kakinya.
"Ah iya. Ini untuk makan malam hari ini" balas Makoto sambil bangkit dari duduknya dan segera meraih kedua kantong kresek tersebut.
"Sepertinya agak berat. Sini biar aku bantu bawakan"
"Eh? Tidak usah, (y/n)-san. Aku bisa membawanya sendiri"
"Tidak apa-apa. Ayo sini" ucap (y/n) sambil merebut salah satu kantong kresek dari tangan Makoto.
"Benar tidak apa-apa? Apa tidak berat?"
"Tidak, kok. Tenang saja. Aku sudah sering berbelanja seperti ini. Ayo kita pergi"
Akhirnya mereka pun sampai di rumah Makoto.
"(Y/n)-san, apa tidak berat? Ayo sini biar aku saja yang membawanya"
"Tidak apa-apa. Lagipula kita sudah sampai, kan?"
"I...iya juga sih. Hontouni arigatou, (y/n)-san. Maaf jadi merepotkanmu"
"Tidak, kok. Aku senang bisa membantumu" ucap (y/n) sambil tersenyum.
Makoto membalas senyuman (y/n) tersebut.
"Kau memang gadis yang baik. Tunggu sebentar, ya"
Makoto pun mengetuk-ngetuk pintu rumahnya.
"Iya! Tunggu sebentar!" teriak seseorang dari dalam rumah
Tak lama kemudian, pintu rumah pun terbuka. Ternyata yang membukakan pintu adalah Ran, adik perempuan Makoto.
"A! Oniichan. Okaeri!"
Makoto pun tersenyum kearah adiknya itu.
"Tadaima..."
Mata Ran pun tertuju pada (y/n). Ia sepertinya masih mengingat wajah (y/n).
"Are? Kalau tidak salah, oneesan yang waktu itu menjenguk oniichan, bukan?"
"A! Iya. Rupanya kau masih mengingatku. Hisashiburi" sapa (y/n) sambil tersenyum kearah Ran.
"Namanya Naka...eh Yamazaki (y/n). Dia teman oniichan di sekolah" ucap Makoto memperkenalkan (y/n) kepada adiknya.
Mata Ran melirik kearah kakaknya dengan tatapan jahil.
"Hee? Teman atau pacar, oniichan?"
Wajah Makoto seketika menjadi memerah. Ia pun jadi salting sendiri.
"R...Ran! B...bicara apa kau ini?" teriak Makoto.
(Y/n) yang melihat tingkah Makoto tersebut pun tertawa kecil.
Makoto pun menoleh kearah (y/n).
"A...ano...M..maafkan perkataan adikku, (y/n)-san"
"Kenapa meminta maaf, Makoto-san? Kau ini lucu sekali"
Mendengar kata 'lucu' dari mulut (y/n) menbuat wajah Makoto semakin memerah. Seketika sekujur tubuhnya pun mematung.
"Kalian memang cocok kok, oniichan" celetuk Ran.
"Ran!" seru Makoto sambil menahan rasa malunya.
Spontan, Ran langsung tertawa terbahak-bahak melihat perilaku kakak sulungnya itu. Begitu pula dengan (y/n), ia tertawa lebih keras dari sebelumnya.
Makoto pun melirik kearah (y/n) yang sedang tertawa.
Cantik sekali, gumamnya.
Tanpa Makoto sadari, ia pun tersenyum manis kearah (y/n).
(Y/n) pun berhenti tertawa. Lalu ia memandangi wajah Makoto yang tersenyum kearahnya.
"Eh? Ada apa, Makoto-san?"
Makoto pun mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Ah...iie iie. Etto, ngomong-ngomong dimana Ren?" tanya Makoto yang berusaha mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak menjadi canggung.
"Ren sedang bermain game di kamar oniichan. Ia bilang ingin bermain game bersamamu, oniichan"
"Oh begitu. Kalau begitu aku tidak boleh membuatnya menunggu"
"Ano, Makoto-san. Sepertinya aku mau pamit pulang dulu" ucap (y/n).
Tiba-tiba Ren menggenggam erat sebelah tangan (y/n)
"Eeeehhh?? Jangan pulang dulu, oneesan! Ayo kita main game bersama-sama. Oniichan pasti senang kalau pacarnya main kerumah. Iya, kan, oniichan?" seru Ren sambil melirik kearah Makoto.
"Ran! Sudah kubilang kita ini bukan sepasang kekasih! Ah...gomen. Ano, bagaiman, (y/n)-san? Kau mau mampir dulu 'kan?"
"U...um. Tidak apa-apa kan kalau aku mampir sebentar?"
"Tentu saja, oneesan! Ayo, masuklah. Lagipula, okaasan sedang tidak ada dirumah kok" ucap Ran bersemangat sambil menarik sebelah tangan (y/n).
"Oi! matte, Ran! Kau harus sopan kepada (y/n)-san!" tegur Makoto.
"Tidak apa-apa, Makoto-san. Lagipula aku memang menyukai anak kecil, kok" balas (y/n) sambil tersenyum.
***
Makoto membuka pintu kamarnya, ia melihat adik laki-lakinya, Ren sedang bermain game konsol disana.
"A! Okaeri, oniichan! Ayo, kita main game!" ajak Ren sambil memegangi joystick game konsolnya.
"Um. Chotto matte. Ikou, (y/n)-san"
"Um" ucap (y/n) singkat sambil menganggukkan kepalanya.
***
Sebelum bermain game, Makoto mengenakan kacamata-nya terlebih dahulu. (Y/n) diam-diam mengamati Makoto. Makoto terlihat sangat berbeda ketika ia sedang mengenakan kacamata.
Makoto yang sadar sedang diawasi oleh (y/n) langasung melirik kearahnya.
"Eh? Ada apa, (y/n)? A...apa aku terlihat aneh bila mengenakan kacamata?"
"Tidak, kok. Kau pantas mengenakannya. Aku suka saat kau mengenakan kacamata" ucap (y/n) sambil menunjukkan senyumannya.
Pipi Makoto sedikit memerah.
"A...arigatou, (y/n)-san. Kau juga...selalu terlihat cantik"
(Y/n) terkejut dengan perkataan Makoto tersebut.
"Eh? A...arigatou"
(Y/n) pun tersipu malu karena Makoto memujinya.
Makoto pun tersenyum manis. Saat (y/n) tersipu malu seperti itu, membuat (y/n) semakin cantik dimata Makoto. Tidak, bagi Makoto dalam situasi apapun (y/n) selalu cantik dimatanya.
"Oh iya! Bagaimana kalau kita bertanding saja?" tawar Ran.
"Bertanding?" tanya Makoto.
"Um. Oneesan satu tim dengan oniichan. Dan aku akan satu tim dengan Ren. Siapapun yang menang boleh memberi hukuman apapun untuk tim lawan. Bagaimana?"
"Kelihatannya menyenangkan" ucap (y/n).
"Um. Ayo kita lakukan!" seru Makoto.
"Tapi, joystick nya hanya ada 2" ujar Ren.
"Hmm... iya juga, ya" ucap Ran.
"Bagaimana kalau dari satu tim hanya satu orang saja yang bermain. Dan yang satunya lagi hanya memberi arahan" ucap Makoto memberi ide.
"Ide yang bagus, oniichan!" ucap Ren.
"Aku juga setuju, ayo kita main!" seru Ran.
***
Mereka pun bersiap-siap untuk bermain game.
"Ano, Makoto-san. Siapa diantara kita yang akan memainkan joystick-nya? Aku... tidak pernah bermain game konsol sebelumnya" ucap (y/n).
"Eh? Benarkah? Hmm... Kurasa tidak apa-apa, (y/n)-san. Aku bisa memberi arahan untukmu"
"Wakatta. Tanomu yo, Makoto-san!"
Makoto pun tersenyum kearah (y/n).
(Y/n) duduk di lantai sambil memegangi sebuah joystick.
"Oke semua sudah siap?" tanya Ren.
(Y/n), Makoto, dan Ran menganggukkan kepala mereka.
"Jya, ayo kita mulai!" seru Ren.
Pertandingan pun dimulai. Ren terlihat sudah sangat mahir memainkan game tersebut.
Sedangkan (y/n), ia terlihat kesulitan memainkan game konsol tersebut.
Makoto yang menyadari hal tersebut langsung duduk tepat di belakang (y/n). Ia pun meraih kedua tangan (y/n) yang sedang memegang joystick.
"Begini caranya, (y/n)-san" ucap Makoto sambil menggerak-gerakkan jempol (y/n).
Karena tindakan Makoto tersebut membuat (y/n) menjadi salah tingkah. Apalagi wajah mereka berdua saat ini sangat dekat satu sama lain. Hal itu membuat jantung (y/n) tak mau berhenti berdegup kencang.
Tetapi, di sisi lain, (y/n) bisa merasakan kelembutan dari kedua tangan Makoto yang memegang tangannya. Dan karena posisi mereka bedua saat ini, membuat (y/n) seakan-akan sedang dipeluk oleh Makoto dari belakang.
(Y/n) perlahan melirik kearah Makoto yang tepat berada di samping wajahnya. Bukannya fokus ke dalam permainan, Makoto juga malah memandangi wajah (y/n) dari dekat. Mata mereka saling menatap satu sama lain.
Apakah ini kesempatanku untuk menyatakan perasaanku kepada (y/n)-san?, pikir Makoto. Sampai sekarang ia masih sangat menyukai (y/n).
"A...ano, (y/n)-san..." ucap Makoto sedikit berbisik.
"I...iya, Makoto-san?"
"Sebenarnya... selama ini aku-"
"Yeay! Kita menangggg!!!" seru Ran dan Ren kompak.
Spontan, Makoto dan (y/n) melirik kearah layar televisi. Ternyata mereka berdua kalah.
"Kalian sih malah bermesraan! Sudah tau sedang pertandingan" celetuk Ren.
"B...bermesraan apa maksudmu, Ren?!" seru Makoto menyangkal perkataan adik laki-lakinya tersebut.
"Sudahlah, Ren. Karena kita menang, kita bisa memberi oniichan dan oneesan hukuman!" ujar Ran. Ia terlihat sangat puas karena bisa mengerjai kakak sulungnya itu.
"Wakatta...wakatta. Perjanjian tetaplah perjanjian. Jadi apa hukumannya, Ran?" tanya Makoto.
"Hehe... aku sudah menyiapkan hukuman yang sangat pas untuk kalian berdua. Oniichan harus.....mencium pipi oneesan!" seru Ran.
Sontak, (y/n) dan Makoto terkejut dengan perkataan Ran tersebut.
"Oi! Hukuman macam apa itu, Ran? Ayo pilih hukuman lain saja" ucap Ren. Sepertinya ia tidak menyukai hal-hal berbau romantis. Sehingga ia menolak usulan Ran tersebut.
"Kau ini! Anak laki-laki mana mengerti soal cinta. Ini hukuman karena oniichan menyembunyikan fakta bahwa ia sudah memiliki kekasih sekarang" balas Ran.
"S...sudah kubilang kami ini hanya teman, Ran!" seru Makoto.
"Tidak ada gunanya lagi menyangkal oniichan. Mau tidak mau kalian harus menerima hukuman dariku ini. Hahahaha" seru Ran yang terlihat sangat antusias memberi Makoto hukuman tersebut.
Makoto pun melirik kearah (y/n).
"E...etto, (y/n)-san. B...bagaimana ini? K...kau tidak keberatan?" tanya Makoto ragu-ragu.
Seketika, wajah (y/n) menjadi memerah.
"K...karena ini sudah perjanjian. Kurasa tidak apa-apa. Lagipula ini hanya hukuman, bukan?" ucap (y/n) sambil tersenyum malu-malu.
"Benar tidak apa-apa 'kan?" tanya Makoto sekali lagi untuk meyakinkan (y/n).
"U..um" ucap (y/n) singkat sambil menganggukkan kepalanya.
"Ayo! Cium sekarang, oniichan! Cium! Cium! Cium!" seru Ran.
Jantung Makoto berdegup sangat kencang. Ia tak menyangka akan mencium pipi (y/n) di depan adik-adiknya. Itu adalah hal yang sangat memalukan baginya.
"B...baiklah, g...gomen ne, (y/n)-san" ucap Makoto. Lalu ia secara perlahan mendekatkan wajahnya kearah pipi (y/n) sambil memejamkan matanya.
Makoto akhirnya mencium sebelah pipi (y/n). (Y/n) bisa merasakan bibir Makoto yang lembut menempel pada sebelah pipinya. Seketika, wajahnya menjadi semerah tomat. Ia merasa sangat malu. Tetapi, walaupun Makoto hanya mencium pipinya, jauh di dalam hatinya ia merasa senang Makoto melakukan hal tersebut.
Tak lama kemudian, Makoto langsung melepaskan bibirnya dari pipi (y/n). (Y/n) dan Makoto pun menjadi salah tingkah. Mereka berdua sama-sama memalingkan wajah mereka kearah lain dengan pipi mereka yang memerah.
Ran pun tertawa terbahak-bahak.
"Sudah kuduga ini akan terjadi! Oniichan itu orang yang sangat pemalu, kalau diberi hukuman begini pasti akan salting Makanya aku memilih hukuman ini!" seru Ran kegirangan.
"Ran! Kau ini!" seru Makoto. Lalu ia melirik kearah (y/n) yang duduk tepat di sampingnya.
Betapa terkejutnya Makoto. (Y/n) bukannya merasa kesal, ia malah tersenyum manis walaupun dengan wajah yang masih malu-malu. Hal tersebut membuat Makoto terpesona melihat (y/n). Ia jadi semakin menyukai (y/n).
Tiba-tiba, perut (y/n) berbunyi cukup keras.
"Hee? Oneesan, kau lapar?" tanya Ran.
"Aduh maafkan aku. Aku belum makan apa-apa tadi" ucap (y/n) sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita membuat makan malam saja?"
"Eh? Tidak usah, Makoto-san. Aku jadi tidak enak"
"Tidak apa-apa, oneesan. Makan malam saja disini" ucap Ren sambil tersenyum kearah (y/n).
"Arigatou ne. Kalau begitu aku akan membantu kalian menyiapkan makan malam"
***
Mereka semua sudah berkumpul di dapur. Ran dan Ren menunggu makanan siap di meja makan, sedangkan (y/n) dan Makoto yang akan memasak.
"(Y/n)-san, kalau kau tidak membantuku juga tidak apa-apa, kok. Aku bisa menangani ini sendiri"
"Jangan begitu, Makoto-san. Aku sidaj ikut makan disini. Itu berarti aku juga harus membantu"
"Baiklah. Arigatou ne, (y/n)-san"
"Um" balas (y/n) sambil tersenyum simpul.
***
(Y/n) dan Makoto pun memasak bersama-sama di dapur.
Makoto melirik kearah (y/n) yang sedang memotong-motong bahan makanan. Karena sangat menyukai (y/n), Makoto tidak bisa mengalihkan pandangannya dari (y/n).
Karena sudah terbiasa, tangan (y/n) terlihat sangat cekatan.
Tiba-tiba,
Tanpa disengaja, karena terlalu cepat memotong, jari (y/n) pun terluka.
"Itai!"
Makoto yang melihat hal itu langsung mendekat kearah (y/n).
"(Y/n)-san! Ada apa?" tanya Makoto. Matanya langsung tertuju pada salah satu jari (y/n) yang terluka.
"Tidak apa-apa, Makoto-san. Jariku hanya terluka sedikit"
"Ya ampun. Darahnya lumayan banyak. Tunggu sebentar!"
Dengan cepat, Makoto langsung mengambil kotak P3K nya dan segera kembali menghampiri (y/n).
Makoto langsung meraih sebelah tangan (y/n) yang terluka dan langsung membungkusnya dengan perban.
"Aduh. Hati-hati, (y/n)-san. Jangan terlalu cepat memotongnya"
"G...gomenasai, Makoto-san. Aku ini memang ceroboh"
Makoto pun selesai mengobati jari (y/n) yang terluka.
"Sudah tidak apa-apa. Lain kali lebih berhati-hati lagi, ya. Karena tanganmu terluka, kau tidak perlu membantuku menyiapkan makan malam. Tunggulah di meja makan bersama Ran dan Ren, ya"
"T...tapi. Aku masih bisa membantumu"
"(Y/n)-san! Sore wa dame. Kalau kau terluka lagi bagaimana?"
Makoto benar-benar tidak ingin (y/n) terluka sedikitpun.
"Benar tidak apa-apa kalau aku tidak membantumu, Makoto-san?"
"Tidak apa-apa. Aku bisa menanganinya sendiri, kok"
"Arigatou ne, Makoto-san"
Karena Makoto memaksa, akhirnya (y/n) pun memutuskan untuk tidak membantu Makoto. Ia pun menunggu di meja makan dan bersenda gurau dengan kedua adik Makoto
***
Tak lama kemudian, makan malam pun sudah siap. Mereka berempat pun makan dengan sangat lahap.
"Ah! Aku kenyang" ucap Ran dan Ren kompak.
(Y/n) dan Makoto membawa piring-piring kotor ke tempat cuci piring. Melihat hal tersebut, Makoto langsung meraih piring yang sedang dibawa oleh (y/n).
"Sini, (y/n)-san. Biar aku saja yang membawanya"
"Eh? Benar tidak apa-apa? Aku sama sekali tidak membantumu, loh. Biarkan aku membantumu untuk kali ini"
"Dame da yo. Tanganmu masih terluka, (y/n)-san"
Tak lama kemudian, karena telralu kekenyangan, Ran dan Ren menjadi merasa mengantuk.
"Hoam, aku mengantuk. Oniichan! Bisakah kau membacakan kami berdua dongeng sebelum tidur?" tanya Ran.
"Kalau aku sudah selesai membersihkan semua piring ini, aku akan membacakannya untukmu, Ran"
"Biar aku saja yang melakukannya, Makoto-san" tawar (y/n).
"Eh? Tidak apa-apa?"
"Asyik!! Oneesan akan membacakan dongeng untuk kita! seru Ran kegirangan.
"Lihat! Adikmu juga setuju. Sudah serahkan saja padaku" ucap (y/n) sambil menepuk sebelah pundak Makoto. Lalu ia berjalan menuju Ran dan Ren untuk menemani mereka tidur.
Makoto memandangi (y/n) dari belakang. Ia tidak menyangka bahwa (y/n) itu sangat ke-ibu-an. Hal itu membuatnya tersenyum sendiri.
***
Akhirnya, Makoto selesai membersihkan semua piring kotor. Lalu ia segera berjalan menuju kamar kedua adik kembarnya untuk melihat (y/n).
Makoto secara perlahan membuka pintu kamar adiknya. Ia melihat kedua adiknya yang sudah tertidur lelap. Begitu pula dengan (y/n). Ia tertidur di sebuah kursi yang terletak di samping kasur.
Makoto yang melihat itu pun langsung berjalan mendekat kearahnya. Ia bisa melihat (y/n) yang menjadikan kedua tangannya sebagai bantal tertidur sangat nyenyak.
Karena merasa tidak tega bila harus membiarkan (y/n) tertidur dengab posisi seperti itu, Makoto langsung menggendong tubuh (y/n) dengan gaya bridal style dan memutuskan untuk membawanya ke kamarnya. Agar (y/n) bisa tertdur di kasurnya.
Karena sangat kelelahan, (y/n) sampai tidak sadar bahwa Makoto sedang menggendongnya sekarang.
Makoto memandangi wajah (y/n) yang sedang tertidur. Kepala (y/n) bersandar di dadanya. Makoto bisa melihat betapa damainya wajah (y/n) saat tertidur.
"Gomen ne, (y/n)-san. Kau pasti sangat kelelahan, bukan?" bisik Makoto sambil tersenyum
Setelah sampai di kamar Makoto, Makoto langsung meletakan tubuh (y/n) di atas kasurnya secara perlahan agar (y/n) tidak terbangun.
Lampu kamar yang mati dan cahaya rembulan yang menyorot wajah (y/n) membuat (y/n) semakin terlihat cantik walaupun sedang tertidur lelap.
Di tengah kesunyian, Makoto bisa mendengar suara nafas (y/n) yang setenang air. Apalagi, saat ini wajah Makoto dan (y/n) berada dalam jarak yang sangat dekat.
Jantung Makoto tak mau berhenti berdegup kencang. Ia benar-benar terpesona melihat (y/n) yang begitu sempurna di matanya.
TIiba-tiba, Makoto teringat saat ia dan (y/ tak sengaja berciuman saat pertandingan renang beberapa waktu yang lalu.
Spontan, Makoto semakin mendekatkan wajahnya ke wajah (y/n). Ia ingin merasakan lagi ciuman dari bibir (y/n) untuk yang kedua kalinya.
Bibir mereka semakin dekat satu sama lain.
Dan akhirnya,
Makoto berhasil merebut ciuman dari bibir (y/n).
Karena rasa cintanya yang lebih besar dari sebelumnya, kali ini Makoto berhasil mencium (y/n). Ciuman Makoto tersebut sangatlah lembut. Ia bisa merasakan kehangatan dari bibir (y/n) yang menempel tepat di bibirnya.
Setelah beberapa detik berlalu, Makoto melepaskan ciumannya dari bibir (y/n). Tetapi, (y/n) tetap tidak terbangun dari tidurnya karena ia terlalu kelelahan.
"Aku mencintaimu,....(y/n)-san" tanpa Makoto sadari, ia membisikkan kalimat tersebut tepat di depan wajah (y/n).
Makoto ingin terus berada di sisi (y/n) selamanya. Ia sangat ingin memiliki (y/n).
Karena keinginannya yang besar itulah, ia tertidur tepat di samping tubuh (y/n) sambil terus menerus memandangi wajah (y/n) yang masih tertidur pulas.
Tiba-tiba, (y/n) memiringkan tubuhnya kearah Makoto, sehingga wajah mereka saling berhadapan satu sama lain. Mata Makoto yang terlihat sayu melihat wajah (y/n) dari dekat. Jantungnya berdegup sangat kencang. Nafas (y/n) berhembus tepat di wajah Makoto. Terasa sangat hangat dan sangat menenangkan hati Makoto.
Apa tidak apa-apa aku melakukan ini kepada (y/n)?, tanya Makoto dalam hati.
Karena suhu ruangan yang terasa dingin, (y/n) terlihat sedikit menggigil.
Melihat hal itu Makoto langsung memberanikan dirinya untuk memeluk tubuh mungil (y/n).
Tubuh (y/n) seketika menjadi hangat. Karena terasa sangat nyaman, ia pun tertidur semakin pulas.
Tanpa (y/n) sadari, ia membalas pelukan Makoto tersebut dengan melingkarkan kedua tangannya ke punggung Makoto.
Makoto tidak pernah merasa sangat senang seperti ini sebelumnya. Ia pun mengelus-elus bagian belakang kepala (y/n) dengan sangat lembut. Lalu ia tersenyum kearah (y/n), walaupun saat ini (y/n) tidak bisa melihat senyuman manisnya saat ini.
"Oyasumi, (y/n)-san" bisik Makoto.
Tak lama kemudian, Makoto pun ikut tertidur sambil tetap memeluk (y/n).
Sungguh malam yang sangat indah bagi Makoto. Ia ingin menghentikkan waktu saat ini agar ia bisa berdua bersama (y/n) selamanya.
***
Pagi pun menyingsing. Cahaya matahari masuk dari sela-sela jendela kamar Makoto.
Karena matanya terasa silau, (y/n) pun terbangun dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan.
Pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah punggung bidang Makoto yang membelakanginya saat ini.
"M...Makoto-san?"
(y/n) pun segera bangkit dari tidurnya dan duduk diatas kasur. Ia memandangi wajah Makoto yang tertidur lelap. Tanpa (y/n) sadari, ia pun tersenyum saat melihat Makoto.
Tak lama kemudian, Makoto pun terbangun dari tidurnya. Ia langsung duduk diatas kasur sambil menggosok-gosokkan matanya. Lalu ia langsung menoleh kearah (y/n).
Suasana pun seketika menjadu canggung. Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan wajah mereka yang sama-sama memerah. Makoto dan (y/n) bingung harus melakukan apa sekarang.
"Ah! E...etto... I...ini bukan seperti yang kau pikirkan, (y/n)-san! A...aku hanya tertidur di sampingmu" seru Makoto panik.
"U...um. Aku percaya padamu, Makoto-san" ucap (y/n) sambil melirik kearah lain karena merasa malu. (Y/n) tahu bila Makoto adalah orang yang sangat baik, jadi tidak mungkin Makoto melakukan hal aneh kepadanya.
"Eh? B..benarkah?"
(Y/n) pun menganggukkan kepalanya.
***
Makoto memutuskan untuk mengantarkan (y/n) pulang ke rumahnya. Suasana diantara mereka berdua masih terasa canggung.
"A...ano, terima kasih telah membacakan kedua adikku dongeng sebelum tidur, (y/n)-san"
"Tidak masalah, Makoto-san. Dan terima kasih juga karena telah banyak memberikan bantuan kepadaku. Aku merasa sangat tertolong"
"Sama-sama, (y/n)-san. Aku senang bisa membantumu. Aku yakin hubunganmu dengan Sousuke akan membaik sekarang" ucap Makoto.
"Kuharap begitu. Kurasa aku terlalu keras kepadanya. Aku seharusnya tidak menamparnya seperti itu. Aku akan meminta maaf padanya"
"Benar, (y/n)-san. Sebagai kakak yang baik kau harus memaafkan keaalahan adikmu"
"Kau benar, Makoto-san. Sekali lagi terima kasih, ya" ucap (y/n) sambil tersenyum.
Makoto pun membalas senyuman (y/n) tersebut.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah (y/n).
"Jya, aku antar sampai sini ya" ucap Makoto.
"Eh? Tidak mau berkunjung dulu?"
"A! Gomen. Ada sesuatu yang akan aku kerjakan setelah ini. Jya, aku pamit dulu, ya" pamit Makot sambil mengayunkan sebelah tangannya dan berjalan menjauhi (y/n).
"Hati-hati, Makoto-san" ucap (y/n) sambil membalas lambaian tangan Makoto.
Lalu (y/n) segera berjalan menuju pintu rumahnya. Ia menghela nafas panjang.
"Yosh!"
Lalu (y/n) memencet tombol bel rumah.
Tak lama kemudian, pintu rumah pun terbuka. Ternyata itu adalah ibu (y/n) dan Tuan Sano.
"(Y/n)-chan?!" ucap ibu (y/n) yang terlihat sangat khawatir karena kemarin (y/n) tidak pulang ke rumah.
Dengan cepat, ibu (y/n) langsung memeluk (y/n) dengan sangat erat.
"Kau kemana saja, nak? Aku sangat mengkhawatirkanmu" ucap ibu (y/n) dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca. Ia benar-benar khawatir telah terjadi apa-apa terhadap (y/n).
"G...gomen, okaasan"
"Kau sedang ada masalah ya dengan Sousuke?" tanya Tuan Sano.
(Y/n) hanya menganggukkan kepalanya.
Ibu (y/n) pun melepaskan pelukannya dari (y/n).
"Kalau kalian ada masalah seperti ini, bicarakan dengan kami. Jangan kabur seperti ini lagi, ya" lanjut Tuan Sano.
"Maafkan aku, otousan"
"Tidak apa-apa, yang penting kau tidak apa-apa, (y/n)-san"
(Y/n) pun tersenyum kepada kedua orang tuanya.
Tak lama kemudian, Sousuke muncul dari dalam rumah. Sousuke dan (y/n) saling menatap satu sama lain. Sousuke berjalan mendekati (y/n) secara perlahan.
"O...oneesan, maafkan aku. Aku sungguh menyesal. Kumohon, jangan kabur lagi dari rumah. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi" ucap Sousuke. Kali ini ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia sudah sadar bahwa sekarang (y/n) adalah kakaknya. Dan ia tidak bisa menaruh perasaan pada (y/n) lagi.
(Y/n) pun terdiam sejenak.
"Kalau kau benar-benar berjanji tidak akan mengulanginya lagi, aku akan memaafkanmu, kok"
"Iya. Aku berjanji. Sekali lagi aku minta maaf, oneesan"
(Y/n) pun tersenyum kearah adiknya tersebut. Ia sudah memaafkan kesalahan Sousuke sepenuhnya.
"Um. Aku sudah memaafkanmu, kok. Aku juga ingin meminta maaf karena kemarin telah kasar kepadamu, Sousuke"
"Tidak apa-apa"
"Nah, begitu. Walaupun aku tidak tahu apa masalah kalian, yang terpenting sekarang adalah kalian sudah berdamai. Jangan bertengkar lagi, ya, kalian" ucap Tuan Sano sambil tersenyum.
(Y/n) dan Sousuke pun menganggukkan kepala mereka.
~Bersambung
---------------------------------------------------
Uppuppu~
Minna-sannn
Sesuai janji Yami, Yami up cepet...
Karena Yami kasian ke Makoto, Yami bikin chap ini spesial Makoto.
Oke gais, chap 20 adalah chap terakhir (y/n) dan mereka semua di SMA. Jadiii chap 21 udah masuk ke arc Dive to the Future (bisa dibilang arc akhir dari ff Yami ini).
Okeyy mungkin segitu dulu yaa dari Yamii. Semoga suka sana up kali inii.
Stay healthy, ya reader channn
And, see you in the next chapter!
Bye bye...~~
uppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top