Chapter 14
"Sudah cukup. Aku benar-benar sudah muak denganmu! Mulai sekarang kita putus!" teriak Rin. Lalu ia langsung pergi meninggalkan (y/n) sendirian.
Sontak, (y/n) tak mampu lagi membendung air matanya.
Tiba-tiba, hujan pun turun sangat deras. Dalam sekejap langsung membasahi tubuh (y/n) dan Rin secara bersamaan. Sama seperti saat itu, namun dengan suasana yang jauh berbeda.
Dengan cepat, (y/n) langsung berlari kearah Rin dan langsung memeluknya dari belakang. Hal itu membuat Rin tidak bisa pergi kemana-mana.
"Aku mohon, Rin-kun! Jangan tinggalkan aku sendirian!" seru (y/n) sambil menangis.
Rin hanya terdiam sambil menunduk.
"Bukankah saat itu kau bilang tidak akan pernah meninggalkanku? Kita sudah pernah berjanji, bukan? Kita akan selalu bersama, bukan?!" lanjut (y/n).
"Lepaskan"
"Tidak akan!" teriak (y/n) sambil lebih mengencangkan pelukannya di tubuh Rin.
"Kubilang lepaskan, bodoh!" teriak Rin.
(Y/n) langsung terdiam begitu mendengar kata 'bodoh' dari mulut Rin. Dalam sekejap hatinya terasa sangat sakit.
"Kenapa kau sangat egois? Karenamu aku kalah telak melawan saingan terberatku. Aku benar-benar tidak bisa fokus saat lomba tadi. Kau benar-benar telah menghalangi jalan menuju mimpiku, (y/n)! Aku gagal karena kau! Ini semua salahmu!" teriak Rin sambil mendorong tubuh (y/n) ke belakang. Sehingga (y/n) terjatuh ke tanah. Lalu Rin langsung pergi meninggalkan (y/n) sendirian.
(Y/n) hanya terduduk lemas diatas tanah sambil menunduk. Tangisannya semakin menjadi-jadi. Bersamaan dengan turunnya hujan yang semakin lama semakin deras.
Sekarang ia sendirian. Ia benar-benar merasa sangat hancur. Tubuhnya menggigil karena kedinginan. Ia bingung harus melakukan bila tidak bersama Rin lagi.
"R...Rin...-kun!" ucapnya sambil menangis.
(Y/n) mencoba mengelap air matanya dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba, ia tidak merasakan air hujan jatuh ke atas kepalanya lagi. Lalu ia melihat kearah atas kepalanya. Ternyata ada seseorang yang memayunginya dari belakang.
Karena penasaran, (y/n) langsung menoleh kebelakang untuk melihat siapa sosok yang berbaik hati menyodorkan payung kepadanya.
Ternyata itu adalah Sousuke. Tubuhnya basah kuyup karena payung yang ia pegang ia berikan kepada (y/n) untuk melindungi tubuhnya dari hujan.
"Sousuke...-san?" ucap (y/n) pelan. Seketika ia menghentikkan tangisannya.
Sousuke pun langsung berjongkok agar dapat lebih dekat dengan (y/n).
"Ada apa, (y/n)-san?" tanya Sousuke. Sebenarnya Sousuke sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena sedari tadi ia secara diam-diam mengamati mereka berdua dari jauh.
Sontak, mata (y/n) mulai berkaca-kaca lagi. Ia benar-benar sudah tidak bisa menahan air matanya.
"Kenapa? Semua orang yang aku cintai selau meninggalkan aku..." ucap (y/n).
Tiba-tiba, Sousuke melepaskan genggamannya dari payungnya dan langsung memeluk erat tubuh (y/n).
Seketika tubuh (y/n) yang basah karena hujan langsung terasa lebih hangat. Ia langsung menenggelamkan wajahnya kearah dada Sousuke yang kekar. Ia benar-benar merasa nyaman berada di dalam pelukan Sousuke.
"Kau tidak akan pernah sendirian, (y/n)-san. Aku akan selalu berada disisimu" ucap Sousuke tepat di samping telinga (y/n).
"Kenapa..., Sousuke-san? Padahal hujan saat itu, Rin-kun...." ucap (y/n) yang terpotong karena tangisannya. Sousuke pun semakin memeluk erat tubuh (y/n).
"Kumohon jangan menangis lagi, (y/n). Gadis sepertimu tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Masih ada aku disini"
(Y/n) tidak menjawab perkataan Sousuke tersebut dan tetap menangis di pelukan Sousuke.
Sebenarnya, Sousuke ingin menyatakan perasaannya kepada (y/n). Namun waktunya tidak tepat bila ia melakukannya sekarang. Sehingga ia memutuskan untuk bersabar sedikit lagi untuk menyatakan perasaannya pada (y/n). Lagipula, sekarang (y/n) bukan kekasih Rin lagi. Sehingga ia bisa lebih leluasa untuk mendekati (y/n).
Disisi lain, (y/n) benar-benar tidak sadar dengan perasaan Sousuke kepadanya. Ia hanya menganggap Sousuke sebagai sahabatnya, karena Sousuke selalu ada saat (y/n) butuhkan.
***
Keesokan harinya, karena baru saja putus, seluruh siswa SMA Samezuka belum mengetahui kabar tentang berakhirnya kisah cinta antara (y/n) dan Rin. Mereka semua masih menganggap (y/n) dan Rin masih berpacaran.
(Y/n) pun duduk di bangkunya. Tubuhnya terasa sangat lemas. Wajahnya benar-benar terlihat kusut. Matanya menjadi sedikit membengkak karena tangisannya kemarin. Ia benar-benar sudah kehilangan separuh hidupnya. Ia melirik kearah bangku Rin, dan ternyata Rin tidak masuk sekolah hari ini. Hal itu membuat (y/n) semakin merasa bersalah.
"Oi, (y/n)-san! Pacarmu kenapa tidak masuk sekolah? Eh, ada apa denganmu?" tanya seorang siswa laki-laki yang duduk di depan bangku (y/n) sambil melirik kearah (y/n).
(Y/n) terdiam sejenak. Lalu ia tak mengatakan sepatah katapun kepada siswa laki-laki itu. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berusaha tersenyum.
Ia pun memutuskan untuk keluar kelas.
"Kenapa dia? Aneh sekali sikapnya" ucap siswa laki-laki tersebut.
Tiba-tiba, tepat di depan pintu, seperti biasanya tiga orang gadis yang biasa mengganggu (y/n) datang menghampiri (y/n).
"Ada apa ini? Kenapa wajahmu menjijikan sekali?"
"Bukankah seperti biasanya juga menjijikan ya?"
Para gadis itu pun tertawa terbahak-bahak. Lalu salah seorang dari mereka menarik paksa sebelah tangan (y/n) dengan sangat kasar.
"Ayo. Ikut kami sekarang!"
Tidak seperti biasanya, (y/n) tidak melawan sedikitpun dan hanya mengikuti apa yang mereka inginkan. (Y/n) sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk melawan mereka.
***
Ketiga gadis itu mencoret-coret wajah (y/n) menggunakan spidol berwarna hitam.
"Nah, kalau begini kan cantik. Hahahahaha....!" seru salah seorang gadis diikuti oleh gelak tawa dua orang gadis lainnya.
(Y/n) hanya teduduk lemah sambil bersandar di tembok. Ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah Rin. Ia masih tidak percaya Rin mencampakkannya begitu saja.
Tiba-tiba, salah satu gadis menjambak rambut (y/n) dengan sangat kasar. Lalu ia menarik wajah (y/n) kearah wajahnya. Hal itu membuat (y/n) meringis kesakitan.
"Hei, kenapa kau diam saja dari tadi? Kami itu bosan, tau! Atau jangan-jangan... kau sudah tidak takut lagi ya dengan kami?"
Gadis itu pun melepaskan tangannya dari rambut (y/n). Lalu gadis lainnya berdiri dan secara tiba-tiba menendang wajah (y/n) dengan cukup keras, sehingga membuat (y/n) terkapar di atas lantai. Ia masih tidak melakukan perlawanan apapun. Walaupun sebenarnya ia masih merasakan rasa sakit di kepala dan pipinya, tetapi semua rasa sakit itu kalah menyakitkannya dengan rasa sakit di hatinya saat ini.
Para gadis itu langsung menendang-nendang tubuh (y/n) yang terkapar di lantai. Namun tetap saja, (y/n) hanya terdiam.
"Rasakan ini, wanita jalang!"
"Ini akibatnya kalau kau berani menantang kami"
Tiba-tiba, datanglah Sousuke dari kejauhan. Ketiga gadis tersebut langsung merasa gelisah dan ketakutan.
"Sial! Si gorila itu lagi!"
"Ayo cepat kita pergi saja!"
"Ah! Merepotkan!"
Ketiga gadis itu pun langsung berlari meninggalkan (y/n) begitu saja.
Mata Sousuke langsung terbelalak melihat tubuh (y/n) yang terkapar di lantai.
"Oi! (Y/n)-san!" seru Sousuke sambil berlari kearah (y/n).
"(Y/n)-san, kau tidak apa-apa?" tanya Sousuke sambil membantu (y/n) untuk duduk.
"Sousuke-...san?" ucap (y/n) sambil menatap mata Sousuke.
Sousuke langsung memegangi wajah (y/n).
"Wajahmu... Keterlaluan mereka. Ayo kita bersihkan segera!" seru Sousuke sambil membantu (y/n) untuk berdiri dan menuntunnya untuk berjalan menuju toilet.
***
Sousuke menunggu (y/n) membersihkan wajahnya tepat di samping pintu masuk toilet wanita.
Tak lama kemudian, (y/n) pun keluar dari toilet.
"(Y/n)-san, apa nodanya bisa hilang?"
(Y/n) hanya mengangguk. Wajahnya sudah kembali bersih sekarang. Beruntungnya, spidol yang para gadis itu gunakan bukanlah spidol permanen.
Sousuke pun berjalan mendekat kearah (y/n). Lalu ia mencoba untuk mengelap wajah (y/n) yang basah dengan sebuah handuk.
"Sini. Biar aku keringkan"
(Y/n) pun terdiam sejenak. Karena merasa tidak enak dengan Sousuke, ia pun mencoba mengelap wajahnya sendiri.
"Tidak apa-apa, Sousuke-san. Aku bisa mengelapnya sendiri"
Saat mengelap wajahnya, tiba-tiba pandangan (y/n) mendadak menjadi berkunang-kunang. Ia terus-terusan memegangi kepalanya yang sakit dengan sebelah tangannya
"(Y/n)-san! Ada apa? Oi! (Y/n)-san!"
Sekarang pandangannya menjadi hitam. Yang hanya ia bisa rasakan hanyalah suara Sousuke.
Tiba-tiba, (y/n) jatuh pingsan. Untungnya, tangan Sousuke yang cekatan langsung menahan berat tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. Sousuke langsung menggendong (y/n) dan membawanya menuju UKS.
Sebelah bahu Sousuke yang terluka membuatnya agak kesakitan saat menggendong tubuh (y/n). Tetapi, ia rela menahan rasa sakitnya itu demi menolong (y/n).
(Y/n) bisa memandangi sekilas wajah Sousuke yang berada di atas wajahnya. Tak lama kemudian, ia kembali tak sadarkan diri.
***
"Tidak usah khawatir. Ia hanya kelelahan. Sebentar lagi juga dia akan bangun" ucap seorang perawat uks sekolah.
"Yokatta. Terima kasih" ucap Sousuke sambil menghela nafas lega.
"Kalau begitu aku tinggal dulu, ya" pamit perawat tersebut dan langsung berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
Sousuke langsung memandangi (y/n) yang terbaring lemah di kasur.
Keterlaluan kau Rin. Kasian sekali (y/n), gumam Sousuke.
Semakin lama Sousuke memandangi wajah (y/n), semakin ia dapat melihat betapa cantiknya wajah (y/n).
Sousuke memberanikan diri untuk mendekat kearah (y/n). Ia pun membungkukkan tubuhnya agar wajahnya dapat semakin dekat dengan wajah (y/n).
Ia berniat untuk merebut ciuman dari bibir (y/n). Lalu ia memejamkan kedua matanya dan mendekatkan bibirnya kearah bibir (y/n).
Hampir sedikit lagi mereka berdua berciuman, tiba-tiba (y/n) pun terbangun dari pingsannya. Secara spontan, Sousuke pum menghentikkan gerakannya. Wajahnya berubah menjadi sedikit kemerahan.
(Y/n) membuka matanya perlahan. Ia bisa melihat wajah Sousuke dari dekat.
"S...Sousuke...-san?" ucap (y/n) lemas. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul. Sousuke bisa merasakan hembusan nafas (y/n) tepat di depan wajahnya.
"(Y/n)-san. Kau sudah sadar?" tanya Sousuke dengan suara pelan. Sousuke belum mengubah posisinya tersebut. Sejujurnya ia merasa sedikit malu, tetapi karena melihat reaksi (y/n) yang merasa tidak terganggu sama sekali dengan itu, membuat wajahnya tetap berada dalam jarak yang sangat dekat dengan wajah (y/n).
"D...dimana...aku?"
"Kau di UKS sekarang. Tadi tiba-tiba saja kau jatuh pingsan"
Tiba-tiba, (y/n) mengingat tentang bahu kanan Sousuke yang cedera.
"Kau yang menggendongku kesini, Sousuke-san?"
Sousuke hanya menganggukan kepalanya. Lalu sebelah tangan (y/n) meraih pundak Sousuke dan mengelusnya perlahan.
"T..tapi, bahumu kan cedera. Apakah aku, membuat bahumu menjadi sakit?" tanya (y/n) dengan wajah penuh kekhawatiran.
Sousuke pun mengelus sebelah pipi (y/n) dengan sangat lembut.
"Sama sekali tidak. Yang terpenting sekarang adalah kau sudah sadar, (y/n)-san" ucap Sousuke sambil tersenyum.
Tak lama, mata (y/n) pun berkaca-kaca.
"G...gomen ne. Aku selalu merepotkanmu, Sousuke-san"
Sousuke pun mengelap air mata (y/n) dengan tangannya.
"Tidak, kok. Tidak usah kau pikirkan"
Tiba-tiba, (y/n) mengingat kenangan manisnya bersama Rin. Sontak ia pun menangis.
Sousuke yang tidak tega melihat (y/n) langsung memeluk tubuh (y/n) yang sedang terbaring lemas di kasur UKS.
(Y/n) terkejut dengan perilaku Sousuke tersebut.
"S...Sousuke-san?"
"Kumohon, jangan bersedih lagi. Aku tidak tega bila harus melihatmu tersakiti seperti ini terus" ucap Sousuke sedikit berbisik.
(Y/n) pun tersenyum. Lalu ia membalas pelukkan Sousuke itu dengan melingkarkan tangannya ke punggung Sousuke.
"Kau memang sahabat yang baik, Sousuke-san" ucap (y/n) pelan sambil tersenyum.
Sousuke pun tersenyum. Ia merasa senang karena semakin lama dirinya dan (y/n) semakin dekat satu sama lain.
***
Sudah satu bulan berlalu sejak (y/n) dan Rin putus. Dan hari ini adalah hari dimana Rin berulang tahun. (Y/n) masih belum bisa melupakan semua hal tentang Rin. Ia pun memutuskan untuk memberikan kado kepada mantan kekasihnya itu.
(Y/n) baru sampai di kelasnya. Ia langsung meletakkan tasnya dan duduk di bangkunya. Tak lama kemudian, Rin masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangkunya tanpa melirik sedikitpun kearah (y/n).
Karena kalah bertanding saat itu, Rin sampai tidak sekolah selama dua minggu. Selama itu ia terus berlatih keras berenang agar ia tidak gagal di lomba selanjutnya. Sehingga ia baru kembali bersekolah sekitar dua minggu yang lalu. Dan sepertinya ia masih belum bisa memaafkan (y/n).
Rin benar-benar menganggap (y/n) tidak ada, sampai-sampai (y/n) tidak berani hanya sekedar menyapa Rin. Hal itu membuat (y/n) sangat sedih. Tetapi, khusus untuk hari ini, ia mencoba untuk memberanikan dirinya untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya.
(Y/n) sedikit melirik kearah Rin. Namun, Rin tetap mengabaikannya. (Y/n) menarik nafas dalam-dalam untuk memulai berbicara pada Rin. Tetapi, entah mengapa suaranya tidak mau keluar. Seakan-akan perkataanya itu tertahan begitu ia melihat Rin. Padahal saat berpacaran dulu, mereka sering bercanda gurau setiap harinya. Sejujurnya, ia sekarang sangat takut kepada Rin. Tetapi, ia masih sangat mencintainya. Hal itu membuat hati (y/n) benar-benar hancur. (Y/n) benar-benar merasa ditinggal sendirian oleh Rin.
Tiba-tiba, (y/n) berlari ke luar kelas sambil menahan air matanya. Dirinya benar-benar hancur melihat Rin yang bersikap begitu dingin padanya.
Setelah menenangkan dirinya, (y/n) pun berjalan menuju kelas Sousuke. Lalu ia mencari sosok sahabatnya itu dari pintu kelas.
Sousuke yang sedang duduk di bangkunya dengan cepat langsung menghampiri (y/n).
"Ada apa, (y/n)-san?"
"Ano, Sousuke-san. Maaf kalau mendadak. Apa aku boleh meminta tolong padamu?" tanya (y/n) malu-malu sambil menyembunyikan sebuah kado yang ia pegang di belakang punggungnya.
"Tentu saja. Apa itu, (y/n)?"
(Y/n) pun menunjukkan sebuah kado kepada Sousuke.
"Etto, Ini kan hari ulang tahun Rin-kun, bisakah kau memberikan kado ini pada Rin-kun?"
Sousuke hanya terdiam. Sebelumnya, ia mengira bahwa (y/n) sudah melupakan semua hal tentang mantannya itu.
"Sebenarnya, aku ingin memberikannya sendiri. Tetapi, aku benar-benar takut. Hubungan kami belum membaik sejak saat itu. Aku ini memang pengecut, ya" ucap (y/n) sambil berusaha tersenyum.
Hati Sousuke seketika hancur. Ia kira (y/n) sudah mulai menyukainya.
"Wakatta. Akan kuberikan pada Rin" ucap Sousuke sambil menerima kado tersebut.
"Hontouni Arigatou ne, Sousuke-san. Maaf kalau aku selalu merepotkanmu. Oh iya, dan satu lagi. Tolong ucapkan selamat ulang tahun dariku kepada Rin-kun, ya" balas (y/n) sambil tersenyum simpul.
Sousuke hanya mengangguk.
"Sore jya. Aku kembali ke kelasku dulu. Sekali lagi terima kasih banyak!" ujar (y/n) sambil melangkah pergi menuju kelasnya.
Semakin lama, sosok (y/n) hilang dari pandangan Sousuke. Karena sangat kesal, Sousuke meremas kado tersebut sehingga menghancurkan isi didalamnya.
"Sial!" ucap Sousuke pelan dengan penuh rasa kesal.
Ia sama sekali tidak berniat memberikan kado itu kepada Rin
Lalu ia kembali berjalan masuk ke dalam kelas sambil membuang kado tersebut ke dalam tong sampah.
***
Keesokan harinya, karena hari minggu, Rin mengajak Sousuke untuk berkunjung ke sebuah cafe.
Sousuke sudah sampai di cafe itu duluan. Tak lama kemudian, Rin datang menghampiri dirinya.
"Oi! Sousuke!"
"Yo, Rin"
Rin pun duduk tepat di samping Sousuke.
"Tumben sekali kau mengajakku keluar seperti ini" ucap Sousuke.
"Kau ini dingin sekali. Yah... Sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan padamu"
"Apa itu?"
Rin pun menunduk. Wajahnya tiba-tiba murung.
"Ini tentang (y/n). Aku benar-benar merasa bersalah karena telah memarahinya saat itu"
"Maksudmu saat kau memutuskan dia?" tanya Sousuke pura-pura tidak mengetahui apapun.
Rin pun menganggukkan kepalanya.
"Aku ini memang benar-benar keterlaluan. Ia sampai menangis seperti itu. Sejujurnya aku tidak tega melihatnya. Aku benar-benar menyesal telah putus dengannya. Sebenarnya, aku masih benar-benar mencintainya" ucap Rin sambil mengepalkan tangannya.
"Lalu kenapa kau melakukan itu?"
"Saat itu aku gelap mata hanya karena kalah dalam pertandingan. Aku depresi karena dikalahkan saingan terberatku. Dan aku malah menyalahkan (y/n). Tetapi, aku ingin sekali memperbaiki semuanya. Sebenarnya, selama dua minggu aku tidak sekolah, aku tidak sepenuhnya latihan. Aku benar-benar merasa frustasi. Bukan hanya karena lomba itu, tapi juga karena (y/n). Setiap hari aku selalu memikirkannya. Kukira dengan rentang waktu dua minggu tersebut aku bisa memperbaiki hubunganku dengan (y/n). Namun entah mengapa, bukannya semakin mudah, aku malah semakin sulit untuk berinteraksi dengannya. Aku ini memang benar-benar payah!"
"Jadi, kau ingin aku memperbaiki hubunganmu dengan (y/n), begitu?"
"Tidak perlu sejauh itu. Aku hanya ingin menceritakan hal ini padamu agar aku merasa sedikit lebih lega. Lagipula aku sudah sangat percaya padamu. Oh iya. Belakangan ini kalian pasti dekat bukan?"
Sousuke tiba-tiba mematung mendengar perkataan Rin tersebut. Ia khawatir Rin akan mencurigai hubungan dirinya dengan (y/n).
"Um. Begitulah" jawab Sousuke singkat.
Tiba-tiba, Rin memukul meja dengan sebelah tangannya dan ia mendekatan tubuhnya kearah Sousuke.
"Bagaimana reaksinya? Apa (y/n) mencariku selama ini?!" seru Rin.
Sousuke merasa sangat risih dengan perilaku Rin tersebut.
"Dia... sepertinya... telah melupakanmu, Rin" ucap Sousuke sambil berbohong.
Seketika mata Rin menjadi berkaca-kaca. Tubuhnya seketika mematung tidak bisa digerakkan. Ia kira (y/n) masih mencintainya, sehingga ia masih bisa memperbaiki semuanya.
Rin pun kembali ke tempat duduknya. Ia kembali mengepalkan tangannya. Wajahnya benar-benar terlihat murung. Ia merasa sangat kesal sekaligus sedih.
"Pantas saja ia melupakan hari ulang tahunku kemarin" ucap Rin sambil menunduk.
Sousuke bingung harus menjawab apa. Ia merasa sedikit bersalah. Tetapi, di sisi lain, rasa sukanya pada (y/n) lebih besar daripada persahabatannya dengan Rin. Ia benar-benar tidak ingin menyerah. Ia akan melakukan apapun demi mendapatkan (y/n).
"Gadis secantik dan sebaik dirinya pasti mudah mendapatkan kekasih baru. Tapi, aku benar-benar tidak rela bila ia harus bahagia bersama orang lain" lanjut Rin.
"Jadi, apa yang mau kau lakukan?"
"Entahlah. Mungkin aku hanya perlu waktu. Tapi untuk melupakan (y/n) rasanya tidak mungkin. Aku pasti akan mendapatkannya kembali!"
Sousuke benar-benar sudah muak dengan pembicaraannya dengan Rin. Ia pikir Rin sudah melupakan (y/n). Namun ia akan tetap berusaha agar mereka berdua tidak dapat kembali bersama lain.
"Arigatou na, Sousuke. Kau sudah mau mendengarkan keluh kesahku"
"Eh?"
Rin pun menggandeng bahu Sousuke dengan sebelah tangannya.
"Kau memang sahabat yang baik" ucap Rin sambil menunjukkan gigi hiunya pada Sousuke.
Sousuke hanya membalasnya dengan senyum palsunya.
Aku tidak akan pernah menyerah. Sekalipun kau sahabatku, Rin, gumam Sousuke.
***
Saat di perjalanan menuju sekolah, Sousuke bertemu dengan (y/n) di perjalanan.
"Sousuke-san, ohayou!" panggil (y/n) sambil sedikit berlari kearah Sousuke.
"A! (Y/n)-san!"
(Y/n) pun berjalan beriringan dengan Sousuke.
"Kau terlihat lebih ceria hari ini. Ada apa?" tanya Sosuke sambil sedikit menunduk agar tingginya sama dengan (y/n).
(Y/n) pun tersenyum.
"Sebenarnya, aku ingin tahu bagaimana reaksi Rin saat kau memberi kado itu. Jadi, apa dia menyukainya?" tanya (y/n) penuh rasa optimis. Ia yakin Rin pasti menyukai kado darinya itu karena itu adalah benda favorit Rin.
"Maaf mengecewakanmu, (y/n). Sepertinya ia tidak suka saat kau memberinya hadiah" ucap Sousuke yang lagi-lagi berbohong.
Tiba-tiba, (y/n) menghentikkan langkahnya. Ia tidak percaya, Rin sangat membencinya hingga sejauh itu.
Sousuke pun menoleh kebelakang untuk melihat (y/n) yang tiba-tiba berhenti berjalan. Ia melihat mata (y/n) yang tiba-tiba berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Sousuke tersebut.
"S...sepertinya aku terlalu percaya diri. Rin-kun ternyata.... masih membenciku, ya" ucap (y/n) sambil berusaha untuk menahan air matanya dan berusaha untuk tersenyum.
Sejujurnya, Sousuke tidak tega ketika harus melihat (y/n) kecewa seperti itu, tetapi ia harus melakukannya agar (y/n) membalas perasaannya.
Sousuke pun mendekat kearah (y/n) dan memeluk tubuhnya erat. Seketika, (y/n) meneteskan air matanya tepat di dada Sousuke yang bidang.
"Maafkan aku, (y/n)"
(Y/n) pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa kau meminta maaf? Ini kan bukan kesalahanmu. Setidaknya, aku sudah mencoba, bukan?" ucap (y/n) pelan.
Tidak, (y/n). Ini memang kesalahanku. Maafkan aku (y/n). Aku terpaksa melakukannya, gumam Sousuke.
(Flashback end...)
***
(Y/n) benar-benar merasa sangat marah. Ia sudah tidak mau lagi bertemu dengan Rin.
Tiba-tiba, Rin menggenggam erat kedua bahu (y/n).
"(Y/n)-chan. Kumohon, maafkan kesalahanku. Kembalilah padaku!"
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" seru (y/n) sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Rin dari bahunya.
"Aku mohon, (y/n)-chan. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi"
"Berisik! Berhenti memanggilku -chan! Lepaskan!" teriak (y/n).
Hati Rin terasa sangat hancur karena sekarang (y/n) sudah benar-benar membencinya. Semakin lama waktu berjalan, hubungan mereka berdua malah semakin buruk.
Tiba-tiba, seseorang datang menghampiri mereka. Ternyata dia adalah Haruka. Matanya langsung tertuju pada (y/n).
Rin dan (y/n) pun menoleh kearah Haruka.
Mata Rin terbelalak begitu ia melihat Haruka berdiri di sampingnya. Ia tak menyangka akan melawan Haruka lagi di pertandingan kali ini. Ia merasa sedikit takut sekaligus kesal.
"H...Haruka...-san?" ucap (y/n).
Spontan, Rin langsung menoleh kearah (y/n) dengan tatapan tidak percaya.
"(Y/n)-chan. Apa kau kenal dengan Haruka?" tanya Rin penasaran.
(Y/n) tidak menjawab pertanyaan Rin tersebut.
Tiba-tiba, Haruka menggenggam sebelah tangan (y/n) dan langsung menariknya agar (y/n) menjauh dari Rin.
(Y/n) benar-benar terkejut dengan sikap Haruka tersebut. Ia pikir Haruka masih marah kepadanya karena salah paham dengan Makoto saat itu.
Dengan cepat, Rin langsung menggenggam erat sebelah tangan (y/n).
"Oi! Apa maksudmu tiba-tiba datang dan menarik tangan gadisku?" ucap Rin kesal.
Entah mengapa perkataan Rin tersebut membuat (y/n) merasa sangat kesal. Ia pun langsung menarik tangannya dengan kasar agar segera terlepas dari genggaman tangan Rin. Hal itu membuat Rin sangat terkejut.
"Aku bukan gadismu lagi, Rin!"
Haruka terkejut dengan perkataan (y/n) tersebut.
'Bukan gadismu lagi?' Apa jangan-jangan Rin adalah mantan (y/n)?, pikir Haruka. Lalu, ia dan (y/n) berjalan menjauhi Rin.
Rin hanya bisa mematung di depan vending machine. Perkataan (y/n) tadi terus terngiang-ngiang di telinganya. Hatinya benar-benar terasa hancur.
"Sialan kau, Haruka!" ucap Rin kesal.
Setelah merebut kejuaraan dalam lomba, Haruka juga ikut merebut gadis pujaan hatinya. Hal itu membuat hati Rin sangat panas.
***
Makoto, Gou, Nagisa dan Rei masih duduk di tempat duduk penonton.
"Haruka-senpai sedang mengganti pakainnya, ya?" tanya Rin sambil berjalan menuju kursi tempat duduknya. Ia baru kembali dari toilet pria.
"Iya, baru saja dia pergi" jawab Gou.
"Haah! (Y/n)-chan kenapa lama sekali?" keluh Nagisa.
"Benar juga, ya. Apa mungkin (y/n)-nee chan tersesat, ya?" tanya Gou khawatir.
Mendengar hal itu, Makoto menjadi khawatir terhadap (y/n). Ia pun segera beranjak dari tempat duduknya.
"Aku akan coba mencarinya" ucap Makoto. Lalu ia langsung berjalan menuruni tangga.
"Tanomu, yo. Mako-chan!" seru Nagisa.
***
Makoto mencoba mencari (y/n) ke kantin. Ia pikir (y/n) membeli minuman disana. Tetapi sayangnya (y/n) tidak ada disana. Ia malah menemukan sosok teman masa kecilnya bersama Haruka, yaitu Rin. Disana, Rin sedang duduk di meja kantin sambil sedikit termenung. Dengan cepat, Makoto langsung menghampiri Rin.
"Rin! Kau kah itu?" panggil Makoto sambil berjalan mendekati Rin.
"A! Makoto? Hisashiburi! Kenapa kau ada di sini? apa kau ikut lomba juga?" tanya Rin.
"Iya benar. Kau juga pasti ikut lomba, bukan?"
Rin hanya menganggukkan kepalanya.
"Oh iya. Ngomong-ngomong, apa kau melihat seorang gadis yang tingginya kira-kira setinggi ini dan memakai kaus renang Iwatobi berwarna kuning?" tanya Makoto yang berusaha mendeskripsikan ciri-ciri (y/n).
Rin merasa sedikit terkejut. Ia merasa ciri-ciri yang disebutkan Makoto tersebut mirip dengan (y/n). Tadi (y/n) mengenakan kaus kuning berlengan pendek. Rin tidak tahu kalau kaus itu adalah kaus klub renang Iwatobi.
"T...tunggu sebentar Makoto. Apakah nama gadis itu..., Nakajima (y/n)?" tanya Rin sedikut ragu.
Makoto terkejut karena Rin bisa tahu nama (y/n).
"Eh? Bagaimana kau bisa tahu, Rin?" tanya Makoto.
"(Y/n) itu adalah mantanku, Makoto!" seru Rin.
"M...mantan?"
Mata Makoto seketika terbelalak mendengar perkataan dari Rin tersebut. Ia benar-benar tidak percaya (y/n) pernah berpacaran dengan Rin.
"Kau sedang mencarinya, bukan? Ayo kita cari bersama-sama. Ada yang mau aku bicarakan dengannya" ucap Rin sambil menarik tangan Makoto untuk mencari (y/n).
Bukan hanya Haruka, bahkan Rin juga menyukai (y/n)? Apa Rin juga berniat untuk kembali perpacaran dengan (y/n)?, gumam Makoto. Ia semakin pesimis untuk bisa mendapatkan (y/n).
***
Haruka berjalan di depan (y/n) sambil tetap mengenggam erat pergelangan tangan (y/n).
Haruka...-san? Kenapa dia mencariku? Apa ia dan Makoto-san sudah berbaikan?, pikir (y/n).
Setelah berjalan cukup jauh, Haruka tiba-tiba mengehentikkan langkahnya. Hal itu membuat (y/n) ikut berhenti di belakangnya.
Haruka melepaskan genggamannya dari tangan (y/n). Suasana pun seketika menjadi hening.
"H...Haruka..-san?" tanya (y/n) dengan suara pelan. Ia khawatir Haruka masih marah padanya.
"(Y/n)-san, kenapa kau bisa mengenal Rin?" tanya Haruka. Ia ingin memastikan sebenarnya ada hubungan apa antara (y/n) dan Rin.
(Y/n) seketika terdiam. Sejujurnya ia sudah tidak mau lagi mendengar nama Rin di telinganya.
"Dia mantanku. Dulu, dia meninggalkan aku begitu saja. Dan sekarang dia malah ingin kita bersama lagi. Apa-apaan dia itu?!" gerutu (y/n) sambil menunduk dan mengepalkan kedua tangannya. Padahal ia sudah susah payah untuk melupakan semua hal tentang Rin, tetapi sekarang Rin malah seenaknya meminta (y/n) untuk kembali lagi bersamanya. Hal itu membuat (y/n) sangat kesal.
Walaupun (y/n) berkata terkesan bahwa ia membenci Rin. Entah mengapa hal itu malah membuat Haruka takut akan kehilangan (y/n). Apalagi Rin adalah mantan (y/n). Pastinya mereka berdua memiliki kenangan yang sulit untuk dilupakan.
Suasana pun hening sejenak.
"Nee, (y/n)-san"
"Ada apa, Haruka-san?"
Haruka pun membalikkan tubuhnya agar bisa bertatapan dengan (y/n). Ia pun berjalan mendekati (y/n) dan langsung memeluk (y/n). Ia merasa sangat takut kehilangan (y/n).
(Y/n) benar-benar terkejut karena Haruka tiba-tiba memeluknya. Dalam sekejap (y/n) melupakan rasa kesalnya terhadap Rin.
"Aku minta maaf karena telah mencurigaimu" ucap Haruka dengan suara pelan.
"Eh?" balas (y/n). Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang Haruka katakan.
Sejujurnya Haruka sudah tidak tahan berlama-lama marah kepada (y/n). Ia sebenarnya masih sangat menyukai (y/n).
"Kau mau kan memaafkan aku?" tanya Haruka.
(Y/n) pun terdiam sejenak. Tak lama kemudian ia pun tersenyum manis.
"Dari awal pun aku sudah memaafkanmu, Haruka-san"
Tanpa Haruka sadari, perkataan (y/n) tersebut membuatnya tersenyum. Ia benar-benar lega, ternyata (y/n) sudah memaafkannya. Kemudian ia melepaskan pelukannya dari tubuh (y/n). Mata mereka pun saling menatap satu sama lain.
"Mulai sekarang panggil saja aku Haru. Karena aku ingin lebih dekat lagi denganmu, (y/n)-san" ucap Haruka dengan suara yang semakin lembut.
"A...apa maksudmu, Haru-"
Perkataan (y/n) tersebut terpotong oleh Haruka yang tiba-tiba saja mencium bibir (y/n). Hal itu membuat (y/n) sangat terkejut. Ia pun ikut memejamkan matanya. Haruka bisa merasakan bibir lembut (y/n) menempel dengan bibirnya. Begitu pula dengan (y/n), ia bisa merasakan kehangatan dari ciuman yang Haruka berikan kepadanya.
(Y/n) merasa sangat senang karena bisa berciuman dengan Haruka.
Bersamaan dengan itu, secara kebetulan Makoto dan Rin berjalan melewati (y/n) dan Haruka sehingga dengan mata kepala mereka sendiri mereka melihat Haruka dan (y/n) yang sedang berciuman.
Makoto dan Rin benar-benar terkejut melihat kejadian itu. Mereka tak menyangka hubungan Haruka dan (y/n) sudah sedekat itu.
Hati Makoto semakin hancur. Ia sudah benar-benar menyerah mendapatkan (y/n).
Berbeda dengan Rin, hatinya terasa sangat panas melihat Haruka begitu mesra dengan (y/n). Ia benar-benar merasa sangat marah.
~Bersambung
---------------------------------------------------
Uppuppuppu~
Ohayouu minnaaaa
Yami Tsuki desuuuu~~
Gimana sarapan halunya? Awoakwoakwoak...
Duhh senengnya direbutin ya reader-chan. (>ω<)
Mulai chap ini bakal lebih banyak konfliknya sih dibanding fan service nya.
Ya kan demi mendapatkan hati reader-chan apa sih yang engga wkwkwkwk
Yah pokonya tanoshimi ni shite kudasai ne, minna(≧▽≦)
Gak lupa, Yami jg mau ngucpin terima kasih yang sebesar-besaenyaa buat kalian yang masih dukung Yami hingga saat iniii.. "Makacihh banyak ya reader-channnn(*˘︶˘*).。.:*♡"
Sebagai bentuk terima kasih dari Yami, Yami mau ngasih foto yang dijamin bakal bikin reader-chan tergoda. Foto apakah itu? Ini diaaaaa.....
Jeng...jeng...jeng...
Ini diaaa... foto seksoy membahanoy Yamiii. Pake kerang biar kayak ariel awoakwoakwoak....
Yosh sekian dulu yaa dari Yami buat kali ini. Ikutin terus yaa ff Yami yang satu ini.
And....
See you in the next chapter...
Babaiiiii
MUACHHHH :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top