Chapter 13
Akhirnya hubungan Rin dan (y/n) bertahan hingga satu tahun. Hubungan mereka tidak mulus begitu saja. Mereka sering bertengkar satu sama lain tetapi mereka juga cepat berbaikan lagi. Sehingga hubungan mereka bisa langgeng hingga satu tahun. Tetapi...
***
Sousuke sedang berada di kantin sambil membawa nampan berisi makanan. Rupanya ia sedang mencari tempat duduk untuk makan.
Tiba-tiba, matanya tertuju pada (y/n) yang sedang duduk sendirian sambil menyantap makan siangnya. Disana terdapat tiga kursi kosong yang tersedia.
Dengan cepat Sousuke langsung berjalan menghampiri (y/n). Ia benar-benar antusias karena bisa bertemu dengan (y/n) di saat seperti ini. Ini adalah kesempatannya untuk mendekati (y/n).
"(Y/n), bolehkah aku duduk disini?"
"Eh? Sousuke-san. Um. Tentu saja. Silahkan" ucap (y/n) ramah sambil menganggukan kepalanya.
Sousuke pun langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan (y/n).
Entah sejak kapan Sousuke sudah menyukai (y/n). Padahal (y/n) berpacaran dengan sahabatnya sendiri, yaitu Rin. Tetapi, Sousuke tetap tidak bisa menghilangkan perasaanya itu pada (y/n) dan dia tidak akan mengalah begitu saja untuk mendapatkan hati (y/n).
Rin sedang tidak ada disini. Ini adalah kesempatanku, gumam Sousuke.
"Kau memesan makanan apa, (y/n)?"
"Oh ini aku memesan mie saus daging. Kalau Sousuke-san?"
"Donburi. Kau mau mencobanya?" tawar Sousuke.
"Eh...? Tidak usah, Sousuke-san" balas (y/n).
Tiba-tiba, Rin datang sambil membawa nampan berisi makanan.
"(Y/n)-chan! Aku sudah kembali" seru Rin sambil duduk tepat di sebelah kursi (y/n).
"Ah! Rin-kun!" sambut (y/n) hangat. Lalu Rin langsung mencium pipi (y/n) tepat di depan mata Sousuke.
Sontak, Sousuke pun langsung menunjukkan raut wajah tidak suka, khususnya kepada Rin.
Lalu, Rin menoleh kearah Sousuke yang duduk di seberangnya.
"A! Sousuke! Kau ada disini juga ternyata!"
Sousuke langsung menyembunyikan ekspresinya yang sebenarnya dengan tersenyum kearah Rin.
"Apa aku mengganggu kalian berdua disini?" celetuk Sousuke.
Rin dan (y/n) saling menatap satu sama lain.
"Kalau tidak ada tempat duduk lain, kami tidak keberatan, kok. Iya, kan, Rin-kun?" tanya (y/n) sambil menatap mata kekasihnya.
Rin langsung merangkul (y/n) dengan sebelah tangannya. Sehingga (y/n) bersandar di dadanya.
"Tentu saja. Kau kan sahabatku, Sousuke"
Sousuke hanya terdiam. Lalu ia pun melanjutkan menyantap makan siangnya.
"Ngomong-ngomong, kalian terlihat lebih mesra dari sebelumnya. Ada apa memangnya?"
Rin dan (y/n) pun tertawa kecil.
"Tentu saja! Ini sudah satu tahun tepat sejak aku menyatakan perasaanku kepada (y/n)" ucap Rin sambil tetap merangkul (y/n).
"Jadi begitu. Pantas saja"
Rin pun menoleh kearah (y/n).
"Padahal sudah satu tahun, tapi aku tidak pernah bosan melihat wajah cantikmu, (y/n)-chan" ucapnya.
(Y/n) pun tertawa kecil.
"Kau juga. Hari ini kau terlihat tampan, Rin-kun"
Rin pun memandangi bibir (y/n) dan berniat untuk menciumnya. Ia benar-benar tidak tahan lagi karena (y/n) benar-benar terlihat manis.
Rin memegangi sebelah pipi (y/n), lalu ia mendekatkan wajahnya kearah (y/n) untuk menciumnya.
Tetapi, (y/n) menahan bibir Rin dengan kedua tangannya.
"E...eh? E...etto, Rin-kun. A...aku malu. D...Disini banyak sekali orang. A...apalagi ada Sousuke-san disini. A...aku jadi merasa tidak enak. " ucap (y/n) dengan wajah memerah.
Hati Sousuke terasa sangat panas. Ia kesal dengan Rin karena ia bisa mencium (y/n) dimanapun ia mau.
Rin mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
"Kau ini. Jadi maksudmu kau mau aku melakukannya di tempat sepi sambil melakukan hal yang lebih dari ini, begitu?" ucap Rin sambil berbisik.
"Ah! R...Rin-kun! A...apa maksudmu?"
"Kita kan sudah pernah melakukannya? Kau mau melakukannya lagi?"
Sousuke benar-benar terkejut mendengar perkataan Rin tersebut. Hal itu membuat dirinya semakin marah.
J...Jadi, selama ini (y/n) pernah bermain bersama Rin? Kurang ajar kau Rin!, gumam Sousuke.
"R...Rin-kun! J..jangan ceritakan hal itu disini. A...aku malu"
Wajah (y/n) semakin memerah karena menahan rasa malunya.
Rin pun tertawa terbahak-bahak.
"Baik, baik, sayangku. Aku hanya bercanda. Aku kan sudah janji untuk merahasiakannya"
"Kau ini selalu saja bercanda, Rin-kun"
Tak lama, Rin pun mengecup kening (y/n).
Sousuke benar-benar sudah muak dengan pemandangan di depannya. Tetapi ia tetap menyembunyikan ekspresinya yang sesungguhnya dengan berpura-pura senang dengan hubungan Rin dan (y/n).
***
Saat kegiatan klub, (y/n), Rin, Sousuke dan anggota klub renang Samezuka lainnya sedang berkumpul di kolam renang sekolah. Mereka semua sedang mengadakan pertemuan yang bisa dibilang cukup penting.
"Baik, apakah semuanya sudah berkumpul?" tanya Seijuro.
"Sepertinya sudah, kapten!" seru seorang laki-laki bersurai abu-abu yang bernama Aiichiro Nitori.
"Bagus kalau begitu. Baiklah. Disini kita akan membicarakan tentang lomba renang yang akan diadakan kurang lebih satu bulan lagi. Tetapi, karena kita memiliki banyak anggota, dan lomba yang tersedia pun terbatas, terpaksa aku harus menyeleksi kalian. Sebenarnya, aku sudah menyeleksi kalian secara diam-diam dan aku telah memilih siapa saja yang akan mengikuti lomba ini..." seru Seijuro sambil membaca catatan berisi nama perwakilan anggota klub yang akan mengikuti lomba nanti.
"Perwakilan yang pertama, Matsuoka Rin!"
"Hai!" jawab Rin tegas.
"Kau akan mengikuti cabang lomba renang gaya bebas"
"Wakarimashita"
"Baik, selanjutnya, Mikoshiba Momotaro!"
"Hai!!!" teriak Momotaro antusias. Ia adalah adik dari kapten renang SMA Samezuka. Ia senang bisa ikut berpartisipasi dalam lomba kali ini.
"Kau akan mengikuti cabang lomba renang gaya punggung"
"Yattaaaa!!!" seru Momotaro sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Selamat, Momo-kun!" ucap Nitori sambil ikut terlihat senang.
Seijuro pun melanjutkan menyebutkan beberapa perwakilan lainnya. Namun sayangnya, (y/n) tidak masuk ke dalam kandidat tersebut.
***
Setelah latihan beberapa menit, (y/n) memutuskan untuk duduk di bangku pinggir kolam renang sambil meminum sebotol air.
Lalu, Nitori berjalan mendekatinya.
"(Y/n)-chan, kau sudah selesai latihannya?"
"Ah! Nitori-san! Iya, aku sedikit kelelahan. Aku mau istirahat dulu sebentar"
"Boleh aku duduk di sampingmu?"
"Tentu saja"
Nitori langsung duduk di samping (y/n).
(Y/n) memandangi wajah Nitori yang sedikit murung.
"Ada apa?" tanya (y/n).
"Ah...T...tidak apa-apa, kok" ucap Nitori sambil berusaha tersenyum.
(Y/n) terdiam sejenak.
"Kau pasti kecewa ya karena tidak terpilih menjadi perwakilan lomba?"
"Eh? Etto...U...um" balas Nitori sambil menganggukkan kepalanya.
"Sebenarnya, aku sangat menantikan lomba ini dari jauh-jauh hari. Tetapi ternyata kemampuanku masih kurang untuk berpartisipasi dalam lomba ini" lanjut Nitori.
(Y/n) pun tersenyum. Lalu ia memegangi sebelah bahu Nitori.
"Tenang saja, Nitori-san kan baru kelas 10. Masih banyak kesempatan untukmu. Teruslah berlatih! Aku yakin kau pasti bisa!" seru (y/n) sambil tersenyum manis.
Tiba-tiba, wajah Nitori memerah.
"A...arigatou, (y/n)-chan"
"Lagipula, aku juga tidak lolos sebagai perwakilan. Jadi, bagaimana kalau kita berlatih bersama-sama?" ajak (y/n).
"Eh? Benarkah?"
"Tentu! Kenapa tidak?"
"Um. Aku mau!" balas Nitori penuh semangat.
(Y/n) hanya tersenyum. Lalu ia melirik
kearah kolam renang untuk mencari keberadaan Rin. Ternyata, ia sedang sibuk berlatih berenang gaya bebas. bersama kandidat lainnya.
Ganbatte ne, Rin-kun, gumam (y/n) dalam hati.
***
Sejak Rin sibuk berlatih untuk lomba, tidak seperti sebelumnya, waktunya bersama (y/n) menjadi semakin berkurang. Sehingga (y/n) lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian. Tetapi, (y/n) tetap mau menunggu Rin hingga selesai latihan, walaupun ia harus menunggu hingga malam hari.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. (Y/n) masih setia menunggu Rin latihan di kolam renang sekolah.
Tak lama kemudian, Rin naik ke atas kolam renang. Ia langsung berjalan menghampiri (y/n) yang sedang duduk di kursi.
"Rin-kun! Ini handukmu!" ucap (y/n) sambil menyerahkan sebuah handuk kepada Rin.
"Arigatou, (y/n)-chan" balasnya sambil mengambil handuk tersebut dan langsung memakainya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Ia pun duduk tepat di samping (y/n).
"Apa sudah selesai latihannya?" tanya (y/n).
"Kau mau pulang sekarang, ya?" balas Rin sambil memandangi wajah (y/n).
"A! Tidak, kok. Aku akan menunggumu sampai kau selesai latihan"
Rin pun menundukkan kepalanya.
"Gomen ne. Aku jadi hanya memiliki sedikit waktu denganmu"
Tiba-tiba (y/n) mengecup sebelah pipi Rin.
Spontan, Rin pun melirik kearah wajah (y/n).
"Tidak apa-apa, Rin-kun. Fokus saja dengan lombamu. Aku yakin kau pasti akan menang" ucap (y/n).
Rin pun tersenyum kearah (y/n). Ia merasa senang karena memiliki kekasih yang pengertian.
Lalu Rin memegangi wajah (y/n) sambil menatap kedua matanya.
"Aku berjanji. Setelah lomba ini selesai, aku akan menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu"
(Y/n) pun mengangguk. Lalu ia tersenyum kearah Rin.
"Arigatou ne. Saat perlombaan nanti aku pasti akan datang, kok"
Tiba-tiba Rin mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n). Sehingga dahi mereka berdua saling menempel satu sama lain.
"Kau berjanji?" bisik Rin
"Um. Aku berjanji"
***
Keesokan harinya, Saat jam istirahat, (y/n) sedang duduk sendirian di bangkunya.
Selain saat kegiatan klub, Rin juga sering menggunakan waktu istirahat untuk latihan. Bahkan, ia juga sering menggunakan waktu saat pelajaran berlangsung untuk berlatih. Sehingga belakangan ini, (y/n) selalu menghabiskan waktunya sendirian.
Perut (y/n) tiba-tiba berbunyi. Rupanya ia merasa lapar. Lalu ia memutuskan untuk pergi ke kantin.
Saat berjalan keluar kelas, tiba-tiba ia menabrak tubuh seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.
"A...aduh!"
"A! Maaf! Eh? (Y/n)-san?" tanya laki-laki bertubuh besar dan kekar itu. Ternyata ia adalah Sousuke.
(Y/n) pun menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah Sousuke.
"Ah! Sousuke-san! Kukira siapa tadi"
"Kau mau pergi kemana?"
"Aku mau pergi ke kantin"
"Boleh aku ikut denganmu?"
"Tentu saja. Ayo!"
Mereka berdua pun berjalan menuju kantin.
Saat di perjalanan, mereka saling mengobrol satu sama lain.
Sousuke menoleh kearah (y/n) yang berjalan tepat di sampingnya.
"Ano, (y/n)-san"
"Hm? Nani, Sousuke-san?" ucap (y/n) sambil melirik kearah Sousuke.
"Belakangan ini kau kan sering sendirian, apa kau tidak apa-apa?" tanya Sousuke yang khawatir kepada (y/n).
"Um, aku tidak apa-apa, kok. Aku harus berusaha untuk mandiri, karena aku tidak selalu bersama dengan Rin-kun"
Begitu mendengar kata Rin dari mulut (y/n), Sousuke langsung merasa sangat kesal.
Tiba-tiba, Sousuke menarik sebelah tangan (y/n).
(Y/n) pun merasa sedikit terkejut.
"Eh? Sousuke-kun?" tanya (y/n) sambil menoleh kebelakang.
Sousuke terdiam sejenak.
"Bagaimana, kalau aku yang selalu menemanimu, (y/n)-san? Anggap saja aku ini pengganti Rin. Habisnya, aku khawatir kalau kau akan disakiti lagi oleh para gadis itu. Lagipula, aku juga tidak terpilih untuk mengikuti lomba renang itu "
"Sousuke...-san?"
"Kau mau kan?"
(Y/n) pun membalikkan tubuhnya. Lalu ia tersenyum manis kearah Sousuke.
"Um. Hontouni arigatou, Sousuke-san"
Senyuman (y/n) tersebut membuat Sousuke tersipu malu. Tetapi, entah mengapa ia sangat menyukainya.
Apa ini kesempatanku untuk mendekati (y/n)?, gumam Sousuke.
Tiba-tiba, Sousuke merasa rasa sakit yang luar biasa di bagian bahu kanannya. Hal itu membuat (y/n) sangat terkejut.
"Sousuke-san! Ada apa?!" tanya (y/n) panik.
Sousuke terus-terusan memegangi bahu kanannya tersebut.
"T...Tidak usah khawatir, (y/n)-san. I..ini sering terjadi padaku" ucap Sousuke sambil menahan rasa sakit di bahunya.
Spontan, (y/n) pun melingkarkan sebelah tangan Sousuke ke bahunya.
"(Y/n)-san?"
"Kalau kau kesakitan seperti itu, bagaimana aku tidak khawatir? Ayo, aku akan mengantarmu ke UKS!" seru (y/n) dengan wajah penuh kekhawatiran.
Hal itu membuat Sousuke benar-benar tersentuh. Ternyata (y/n) peduli dengan keadaannya.
***
Sesampainya di UKS, ternyata pintu UKS dalam keadaan terkunci.
"Aduh! Bagaimana ini?" tanya (y/n) panik.
"A...aduh!" rintih Sousuke.
"Sousuke-san! Bertahanlah!"
"G...gomen, (y/n)-san"
(Y/n) tidak menyerah begitu saja, ia tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.
"Kau pasti punya obat di asramamu kan?"
"I...Iya, ada"
"Kalau begitu. Ayo, kita ke asrama sekarang!"
***
Seharusnya (y/n) tidak bisa masuk ke asrama seenaknya, karena disana adalah asrama siswa laki-laki. Tetapi, untungnya penjaga asrama sedang tidak ada dan karena sedang jam pelajaran, keadaan asrama benar-benar sepi dari siswa laki-laki.
(Y/n) dan Sousuke masuk ke dalam kamar asrama milik Sousuke. Lalu (y/n) langsung mendudukkan Sousuke di atas kasur.
"Duduklah disini. Sekarang aku akan mengambilkan obatnya. Dimana kau meletakannya?"
"Di dekat lemari sebelah sana. Maafkan aku (y/n)-san" ucap Sousuke yang masih berusaha menahan rasa sakit.
Dengan cepat, (y/n) langsung mengambil obat itu dan berjalan mendekati Sousuke.
Sousuke pun membuka baju seragamnya agar (y/n) bisa mengobati bahunya. Tetapi, kelihatannya ia sedikit kesulitan saat membuka bajunya di bagian kanan karena bahunya.
"Sini! Biar aku bantu kau melepasakannya!" seru (y/n) sambil membantu Sousuke melepaskan bajunya.
(Y/n) pun bisa melihat tubuh kekar Sousuke dari dekat.
Sousuke benar-benar tersanjung dengan perilaku (y/n) tersebut. Jantungnya tidak mau berhenti berdegup kencang. Hal itu membuatnya semakin menyukai (y/n).
Selain cantik, dia juga perhatian sekali. Ah! Andai saja aku bisa memilikinya. Rin ini, apa dia tidak takut kalau (y/n) direbut oleh orang lain?, gumam Sousuke.
Begitu (y/n) melihat bahu Sousuke, ia benar-benar terkejut. Bahu kanan Sousuke benar-benar membengkak dan memar-memar.
Dengan cepat, (y/n) langsung mengobati bahu Sousuke tersebut dengan menggunakan kapas.
"S...sakit!"
"Maaf, Sousuke-san. Tolong tahan sebentar lagi" ucap (y/n) sambil melanjutkan mengobati bahu Sousuke.
Sebenarnya, (y/n) merasa tidak tega ketika melihat Sousuke kesakitan seperti itu. Tetapi, ia harus melakukannya agar bahu Sousuke segera sembuh.
"Sudah aku obati. Apa masih terasa sakit sekarang?"
Sousuke langsung memandangi bahu kanannya. Lalu matanya langsung tertuju pada wajah (y/n) yang masih menunjukkan ekspresi khawatir.
Sousuke pun menggelengkan kepalanya. Rasa sakitnya memang masih ada, namun sudah berkurang.
"Arigatou, (y/n)-san. Maaf sudah membuatmu repot"
"Tidak usah khawatir. Yang terpenting sekarang bahumu sudah tidak sakit lagi. Ngomong-ngomong, sejak kapan bahumu sudah seperti ini?"
Sousuke pun terdiam sambil menunduk. Wajahnya menunjukkan rasa kekecewaan.
"Sebenarnya, luka ini sudah lama aku sembunyikan. Aku sudah berteman dengan Rin sejak kami masih kecil. Saat itu Rin sempat tinggal di Amerika. Selama itulah aku selalu berlatih keras agar aku bisa menyamai kemampuanku dengan Rin. Aku berlatih terlalu keras, sampai akhirnya bahuku cedera seperti ini. Awalnya aku biarkan saja. Tetapi, lama kelamaan rasa sakitnya semakin terasa dan aku semakin tidak bisa menahannya. Makanya aku jarang sekali berenang selama masuk ke klub renang Samezuka. Dan seharusnya aku menjalankan operasi. Tetapi, kalau gagal, aku tidak bisa berenang lagi"
"B...benarkah?" tanya (y/n) dengan tatapan tidak percaya. Ia benar-benar terkejut dengan ucapan Sousuke. Apalagi saat mendengar bahwa Sousuke seharusnya menjalankan operasi.
Kasihan sekali Sousuke-san, gumam (y/n).
"Ah! Maaf. Aku jadi mengeluh begini didepanmu. Padahal kau sudah menolongku"
(Y/n) pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa. Aku sepertinya sedikit mengerti dengan perasaanmu saat ini, Sousuke-san. Bagimu ini pasti terasa sangat sulit, bukan?" ucap (y/n).
Sousuke pun terdiam sejenak.
"Aku hanya tidak ingin tertinggal oleh Rin. Aku harus menjadi rivalnya, apapun yang terjadi"
(Y/n) pun tersenyum.
"Yokatta... Ternyata kau masih memiliki semangat, Sousuke-san. Aku akan selalu mendukungmu. Aku yakin kau pasti bisa"
Sousuke benar-benar senang karena bisa mendapat semangat dari (y/n). Lalu, ia pun tersenyum.
"Arigatou, (y/n)-san"
"Sebenarnya, aku juga takut Rin-kun akan pergi, Sousuke-san. Sejak aku bertemu dengannya, hidupku benar-benar berubah. Aku benar-benar beruntung bisa bersamanya. Tapi..."
"Tapi kenapa?" tanya Sousuke.
"Belakangan ini, Rin-kun benar-benar sibuk dengan lomba renangnya. B...bukannya aku tidak mendukung apa yang menjadi pilihannya. Tetapi, seakan-akan, aku ditinggal sendirian olehnya. Aku benar-benar takut. Sejujurnya, aku tidak mau sendirian lagi. Kehilangan otousan saja sudah membuatku tersiksa, aku tidak mau kehilangan orang yang kusayangi lagi"
Sousuke hanya terdiam. Lalu ia langsung memeluk tubuh (y/n).
Sejujurnya, (y/n) merasa sedikit malu karena berada di pelukkan Sousuke yang sedang bertelanjang dada, namun disisi lain, tubuh Sousuke yang besar membuatnya merasa nyaman berada di dekapannya.
"Tidak usah takut. Masih ada aku disini. Aku akan selalu bersamamu, (y/n)-san"
Tanpa (y/n) sadari, wajahnya tiba-tiba tersenyum.
"Arigatou, Sousuke-san"
Tubuh (y/n) kecil sekali. Tidak kusangka aku bisa memeluk tubuh mungilnya ini, gumam Sousuke. Tak lama, Sousuke pun ikut tersenyum.
"Nee, (y/n)-san"
"Iya?"
"Tentang penyakitku ini, tolong jangan beritahu pada siapapun, terutama kepada Rin."
"Um. Wakatta"
Sejak saat itu, (y/n) dan Sousuke menjadi lebih dekat dari sebelumnya
***
Hari dimana Rin mengikuti lomba pun tiba. Pagi-pagi sekali (y/n) sudah siap untuk pergi menonton kekasihnya bertanding.
Ia berjalan menuju pintu lalu berpamitan kepada ibunya.
"Okaasan, aku pergi duluan, ya! Are?!"
(Y/n) terkejut karena melihat wajah ibunya yang benar-benar pucat sambil memegangi kepalanya yang sakit.
Sontak, (y/n) langsung berjalan mendekati ibunya yang berada di meja makan tersebut.
"Okaasan, daijoubu?" tanya (y/n) sambil memegangi kedua bahu ibunya. (Y/n) benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya tersebut.
Ibu (y/n) pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"T...tidak apa-apa, kok. Kepala okaasan hanya sedikit sakit. Kau harus pergi ke sekolah pagi-pagi, bukan? Tidak usah khawatirkan okaasan. Sekarang kau pergilah ke sekolah, ya"
"Tapi, wajah okaasan pucat sekali"
"Tidak apa-apa. Dengan makan obat saja pasti rasa sakitnya akan hilang kok" ucap ibu (y/n) sambil beranjak dari duduknya dan berjalan menuju lemari dapur untuk mengambil obat.
Tiba-tiba, ibu (y/n) terjatuh. (Y/n) benar-benar terkejut.
"Okaasan! Ada apa? Okaasan!"
Ibu (y/n) tidak menjawab (y/n). Ia terus-menerus memegangi kepalanya yang semakin sakit.
"Ayo, kita ke rumah sakit sekarang!" seru (y/n) sambil mengantar ibunya ke rumah sakit.
Di perjalanan, secara tidak sengaja (y/n) menjatuhkan handphone-nya di jalan. Tetapi, karena merasa sangat panik, ia pun tidak menyadarinya.
***
Disisi lain, para anggota klub renang Samezuka sudah berkumpul di sekolah. Semua anggota sudah berkumpul, kecuali (y/n).
Rin sedang sibuk berjalan bolak balik sambil berusaha menelpon (y/n). Tetapi entah mengapa (y/n) tak kunjung mengangkat teleponnya. Hal itu membuat Rin menjadi khawatir.
"Aduh! (Y/n)! Kau ini pergi kemana? Kita sudah hampir terlambat" ucap Rin sedikit kesal.
Lalu seseorang berjalan turun dari bis dan menghampiri Rin. Ternyata itu adalah Mikoshiba Seijuro.
"Oi, Rin! Ayo! Kita harus segera berangkat. Kalau tidak, kita bisa terlambat" seru Seijuro.
"Tapi. (Y/n) belum juga datang. Tolong tunggulah dia sebentar lagi"
"Kalau dia ternyata tidak datang bagaimana? Lagipula ia tidak mengikuti cabang lomba apapun. Kita sudah memiliki banyak suporter dari anggota yang lain. Berhentilah bersikap kekanak-kanakkan, Rin. Kau harus benar-benar serius menghadapi pertandingan ini" ucap Seijuro dengan nada tegas.
Dengan berat hati, Rin pun terpaksa menuruti perkataan Seijuro.
(Y/n), tidak biasanya kau terlambat seperti ini. Tetapi, kau pasti akan datang, bukan? gumam Rin dengan rasa cemas.
Ia pikir (y/n) akan berangat sendiri menuju tempat lomba. Ia yakin itu. Karena ia percaya bila (y/n) sudah berjanji, ia tidak akan pernah mengingkarinya. Tetapi, disisi lain ia juga merasa khawatir bila telah terjadi sesuatu terhadap (y/n), sehingga membuatnya terlambat datang.
Selain itu, alasan Rin berharap sekali (y/n) datang hari ini adalah, Rin ingin memberi kejutan kepada (y/n) bahwa ia akan mengajak (y/n) untuk tinggal berdua bersamanya di Australia setelah mereka lulus SMA nanti. Ia juga ingin memberikan hadiah kepada (y/n) sebagai permintaan maafnya karena belakangan ini ia sangat sibuk.
Rin pun berjalan memasuki bis dan duduk di kursi. Tak lama kemudian, Sousuke pun duduk tepat disampingnya.
Sousuke melirik kearah Rin. Wajahnya menunjukkan rasa kekhawatiran. Sousuke tahu Rin pasti sedang memikirkan (y/n). Hal itu membuat Sousuke ikut merasa khawatir terhadap keadaan (y/n).
Tak lama bis pun berangkat.
"Nee, Sousuke!" ucap Rin sambil memandangi jendela bis.
"Hm?"
"Apa (y/n) marah padaku?"
"Hah? Apa maksudmu?"
"Belakangan ini, aku dan (y/n) jarang sekali berkomunikasi. Terakhir kita berkomunikasi sekitar dua minggu yang lalu. Aku benar-benar sibuk begitu lomba sudah semakin dekat. Dan kelihatannya ia baik-baik saja walaupun aku sudah lama tidak mengabarinya. Jangan-jangan, ia sudah memiliki orang lain yang selalu perhatian padanya"
Sousuke sedikit merasa tersindir dengan perkataan Rin tersebut. Karena belakangan ini (y/n) selalu dekat dengannya dan tentu saja Rin tidak mengetahuinya.
"Kalian masih berpacaran, bukan?" tanya Sousuke berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja"
"Kalau begitu kalian tinggal percaya saja satu sama lain. Kau hanya harus percaya pada (y/n), mudah bukan?" ucap Sousuke. Perkataan dan hatinya tidak berjalan selaras. Sebenarnya yang ia inginkan saat ini adalah Rin dan (y/n) segera putus.
Rin hanya terdiam. Ia berusaha untuk mencerna perkataan Sousuke tadi.
Sousuke benar. Hubunganku dengan (y/n) belakangan ini agak renggang, dan aku tidak pantas untuk mencurigainya. Aku harus percaya padanya, gumam Rin.
"Lagipula, kau harus fokus dengan lombamu, Rin. Bukankah kau ingin menjadi atlet renang profesional?"
Perkataan Sousuke tersebut membuat Rin merasa tertampar. Ia merasa sejak berpacaran dengan (y/n) seketika ia melupakan mimpi besarnya itu. Oleh karena itulah, ia pun berusaha untuk fokus dan tidak memikirkan (y/n) untuk saat ini.
Lalu Rin menoleh kearah Sousuke.
"Perkataanmu memang selau benar, Sousuke. Arigato na"
Sousuke hanya tersenyum kearah sahabatnya itu.
Benar, Rin. Fokuslah dengan mimpimu itu. Biar aku saja yang menjaga dan memiliki (y/n), gumam Sousuke.
***
Sesampainya di rumah sakit, ibu (y/n) langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat.
"Maaf, anda tidak diizinkan untuk masuk. Tolong tunggulah disini" ucap seorang perawat kepada (y/n). Lalu perawat itu mask ke dalam ruangan Unit Gawat Darurat.
(Y/n) benar-benar merasa sangat khawatir. Ia takut kalau ibunya akan meninggalkannya, maka ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Hal itu membuatnya sangat takut.
(Y/n) pun meneteskan air matanya. Ia menjadi merasa bersalah karena belakangan ini ia jarang sekali membantu pekerjaan ibunya. Karena sejak berpacaran dengan Rin, ia sering pulang larut malam. Bahkan terkadang ia juga tidak pulang ke rumah karena menginap di rumah Rin.
"G...gomen, ne, okaasan" ucapnya sambil menangis.
***
Akhirnya rombongan klub renang SMA Samezuka pun tiba di lokasi lomba. Seijuro langsung mengarahkan para anggota klub untuk duduk di kursi stadion.
Walaupun sudah berusaha untuk fokus, pikiran Rin selalu tertuju pada (y/n).
Ia tetap yakin bahwa (y/n) pasti akan datang untuk menontonya bertanding. Ia melirik ke sekelilingnya untuk mencari (y/n), namun sosoknya tak kunjung ia temukan.
"Rin! Sebaiknya kau segera mengganti pakaianmu. Sebentar lagi lomba akan dimulai" perintah Seijuro.
"Wakatta"
Lalu Rin berjalan menuju ruang ganti.
Fokuslah, Rin. Sekarang prioritasmu adalah memenangkan lomba ini, gumamnya.
***
"Okaasan! Bangunlah! Kumohon!" seru (y/n) sambil menangis.
Perlahan, ibu (y/n) membuka matanya. Ia bisa melihat wajah anak tunggalnya dari dekat.
(Y/n) benar-benar terkejut sekaligus merasa bersyukur.
"Okaasan! Yokatta!" seru (y/n). Lalu ia langsung memeluk ibunya yang terbaring lemah di kasur rumah sakit.
"(Y/n)...-chan" ucap ibu (y/n) sambil tersenyum. Ia pun mengelus-elus kepala putrinya itu dengan sebelah tangannya.
***
"Bagi para peserta cabang lomba renang gaya bebas diharapkan untuk segera berkumpul di ruang tunggu peserta..."
Rin masih terduduk di kursi stadion. Ia merasa sangat kesal sekaligus khawatir karena (y/n) tak kunjung datang. Ia sudah berusaha beberapa kali menghubungunya, namun (y/n) tetap tidak menjawabnya. Hal itu membuat pikiran Rin menjadi kacau.
(Y/n), kau ini pergi kemana?, pikir Rin sambil mengepalkan kedua tangannya.
Seijuro pun berjalan mendekati Rin.
"Rin! Kenapa kau diam saja? Segeralah pergi ke ruang tunggu. Sebentar lagi lombanya akan dimulai!" seru Seijuro.
Rin pun segera berdiri dengan penuh rasa kesal. Ia pun menghela nafasnya dalam-dalam dan langsung berjalan menuju ruang tunggu lomba.
***
Akhirnya, (y/n) dan ibunya sampai di rumah. Lalu (y/n) mengantar ibunya ke kamar.
Ibu (y/n) langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
"Dokter bilang okaasan terlalu kelelahan. Jadi sekarang okaasan tidur saja dulu, ya"
"Um. Arigatou, (y/n)-chan"
(Y/n) hanya terdiam. Ia merasa sangat bersalah karena selama ini ia tidak pernah membantu ibunya.
"Gomen ne, okaasan. Belakangan ini, aku tidak pernah membantumu. Aku benar-benar minta maaf" ucap (y/n) sambil menunduk.
"Tidak apa-apa, (y/n)-chan. Aku hanya tidak mau merebut masa mudamu"
"Tidak kok. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi"
Ibu (y/n) pun tersenyum kearah putrinya.
Lalu (y/n) mencium kening ibunya. Tak lama, ibunya pun tertidur.
(Y/n) berjalan perlahan menuju pintu dan meninggalkan ibunya sendirian di dalam kamar. Lalu ia melirik jam dinding. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 1 siang.
Gawat! Aku sampai lupa dengan lomba Rin-kun. Bagaimana ini? Apakah masih sempat? Tetapi, kenapa Rin tidak menghubungiku?, pikir (y/n). Lalu ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya untuk mengambil handphone-nya.
Eh? Dimana handphone-ku?
(Y/n) sibuk mencari handphone-nya di saku celananya dan seluruh sudut rumah. Tetapi sayangnya, ia tak kunjung menemukannya.
Aku tidak boleh membuang-buang waktuku disini. Aku harus segera pergi ke lokasi perlombaan. Rin pasti sudah menungguku. Aku tidak boleh mengecewakannya, gumam (y/n). Lalu ia langsung pergi menuju tempat perlombaan renang diadakan dengan menggunakan bis kota.
***
Rin sedang duduk di ruang tunggu peserta.
(Y/n), apa terjadi sesuatu padamu? Kenapa kau tidak datang juga?, pikir Rin. Ia khawatir dalam perjalanan telah terjadi sesuatu pada (y/n).
Tiba-tiba seorang laki-laki bersurai hitam duduk tepat disampingnya. Ia pun melirik kearah laki-laki tersebut. Betapa terkejutnya dia, ternyata laki-laki tersebut adalah Haruka. Satu satunya orang yang Rin anggap sebagai rival terberatnya.
"Haru?!"
Haru pun menoleh kearah Rin.
"Kau! Rupanya kau mengikuti lomba ini juga!" ucap Rin dengan nada serius.
"Sudah lama tidak berjumpa, Rin"
Entah mengapa perkataan Haruka tersebut membuat Rin merasa kesal. Lalu Rin menarik kacamata Haruka yang berada di lehernya dengan sangat kasar.
"Jangan sombong kau! Kau pikir kau bisa mengalahkan aku disini?!" seru Rin.
"Akan kulakukan. Aku akan mengalahkanmu disini!"
"Kepada seluruh peserta lomba renang cabang gaya bebas diharapkan untuk segera pergi menuju area perlombaan. Terima kasih"
"Cih!"
Rin pun melepaskan cengkramannya dari kaca mata Haruka. Lalu ia segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju area perlombaan.
Rin benar-benar merasa sangat kesal. Ia tahu kalau kemampuannya saat ini masih belum bisa mengalahkan Haruka. Apalagi ini adalah cabang renang gaya bebas yang merupakan keahlian Haruka. Perasaan Rin benar-benar kacau saat ini. Ia sudah dibuat pesimis duluan karena Haruka.
Semua peserta lomba sudah berbaris rapi tepat di belakang blok start mereka masing-masing. Begitu pula dengan Rin dan Haruka.
Rin menghela nafas panjang. Ia masih berharap (y/n) akan datang untuk melihatnya bertanding. Ia pun melirik kearah kursi penonton. Namun tetap saja ia belum menemukan sosok kekasihnya itu. Ia pun merasa sangat kecewa.
***
Setelah beberapa lama, akhirnya (y/n) sampai di lokasi perlombaan. Ia langsung berlari menuju tempat duduk penonton untuk mencari rombongan klub renang SMA Samezuka.
Namun, keadaan disana sudah agak sepi. Itu artinya, perlombaan sudah usai. Di arena perlombaan pun hanya tersisa para panitia dan beberapa juri saja.
Oh tidak! Lombanya sudah selesai. Apa yang harus kulakukan sekarang?, gumam (y/n).
(Y/n) benar-benar bingung harus melakukan apa. Lalu ia memutuskan untuk mencari keberadaan Rin. Ia yakin Rin masih berada di lokasi lomba.
Ia sudah mencari kemana-mana namun ia tidak juga menemukan sosok kekasihnya itu. Ia sangat khawatir Rin akan marah padanya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari Rin di luar gedung perlombaan.
"Rin-kun! Rin-kun!" panggil (y/n) sambil sedikit berlari.
Tak lama kemudian, (y/n) melihat seorang laki-laki bersurai maroon sedang berdiri membelakanginya sambil mengenakan topi dan jaket hitam. Akhirnya ia bisa menemukan Rin. Ia benar-benar merasa senang.
Sontak, (y/n) langsung berlari kearah Rin.
"Rin-kun! Disini kau rupanya!" ucap (y/n) sambil mengatur nafasnya karena kelelahan sehabis berlarian ke sana kemari mencari Rin.
Namun, Rin tidak menjawab (y/n). Ia tetap berdiri sambil membelakangi (y/n).
(Y/n) merasa Rin marah kepadanya.
"Maafkan aku. Aku datang terlambat. Bagaimana dengan lombamu?"
Rin pun terdiam sejenak.
"Aku kalah. Sekarang pergilah" ucap Rin singkat.
"He? B...benarkah?"
"Kumohon, pergilah!"
"Eh?!"
Rin hanya terdiam. Sekarang ia sedang sangat terpukul karena kalah telak melawan Haruka dalam lomba renang.
(Y/n) benar-benar terkejut dengan sifat Rin.
"R...Rin-kun, maafkan aku. Aku tahu kau pasti sangat mar-" tiba-tiba, ucapan (y/n) terpotong.
"Tentu saja aku sangat marah! Sepanjang perlombaan waktuku habis memikirkan dirimu! Aku jadi tidak bisa fokus dalam pertandingan! Dan kau baru datang sekarang?! Kau ini pergi kemana saja?!" seru Rin.
"A...aku mengantar okaasan ke rumah sakit"
"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku? Aku sudah meneleponmu beberapa kali tadi!"
"A...aku tidak tahu dimana handphone-ku. Sepertinya aku tidak sengaja menghilangkannya. Maafkan aku" ucap (y/n) dengan suara pelan.
Rin tidak percaya dengan perkataan (y/n) tersebut. Ia pikir (y/n) hanya membuat-buat alasan.
"Berhentilah berbohong, (y/n)!" teriak Rin.
(Y/n) benar-benar terkejut. Rin tidak pernah memarahinya seperti itu sebelumnya.
Rin pun meneteskan air matanya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Rin-kun... Aku tidak berbohong! Percayalah padaku!"
"Berisik! Menjauhlah dariku! Aku sudah tidak mau bertemu denganmu lagi!"
Perkataan Rin tersebut membuat hati (y/n) benar-benar hancur. Ia bingung harus menjawab apa. Ia berusaha keras untuk menahan air matanya.
"Belakangan ini sikapmu juga aneh. Kau seperti tidak peduli walaupun aku tidak mengabarimu" lanjut Rin.
"Apa maksudmu, Rin-kun? Aku hanya tidak ingin mengganggu waktu berlatihmu!"
Rin pun membalikkan tubuhnya kearah (y/n).
"Lagi-lagi kau membuat alasan. Sejak kapan kau menjadi pembual seperti ini?!" teriak Rin.
"Aku tidak berbohong! Kenapa kau tidak mempercayaiku?!"
"Pasti kau memiliki orang lain selain aku kan?!"
"Tidak mungkin! Aku tidak akan pernah mengkhianatimu, Rin-kun!"
"Sudah cukup. Aku benar-benar sudah muak denganmu! Mulai sekarang kita putus!" teriak Rin. Lalu ia langsung pergi meninggalkan (y/n) sendirian.
Sontak, air mata langsung membasahi pipi (y/n).
~Bersambung
---------------------------------------------------
Uppuppuppu~
Minnaaa....
Yami desu yooo...
Ini pertama kalinya Yami nambahin lagu di update-an kali ini. Kebetulan lagunya pas aja jadi Yami tambahin. Yami saranin reader-chan dengerin yaa lagunya. Biar lebih kerasa aja feel nya. Kalo ga percaya, coba aja liat liriknya(●´ϖ'●)
Btw, judul lagunya "Daisuki na no ni". Ini op anime Zetsuen no tempest. Barangkali reader-chan ada yang pernah nonton kah???
Btw ini malming ya? Wadohhh... Yami saranin kalo lagi pandemi jangan dulu pada keluar sama doi yaa. Yami aja yang udah tua gini kalah sama bocil, belum pernah malmingan seumur hidup *mengsad(つд⊂)エーン
Udahhh mending halu aja yuk sama Yami. Biar Yami ada temen mwhehehe....
Hmm... Mungkin segitu aja ya dari Yami buat kali ini. Semoga suka yaa sama update-an nyaaa(ノ´∀`*)
Makacihh buat semua dukungannya yaaaa....
Yami totemo ureshii yo(*^^)v
Salam sehat dari Yamiii.(@^^)/~~~
Uppuppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top