Chapter 11

Sudah sekitar sebulan (y/n) dan Rin berpacaran. Semua siswa di SMA Samezuka sudah mengetahui hubungan mereka berdua. Bagaimana tidak? Seorang laki-laki idaman para siswa perempuan akhirnya sudah memilih gadis pujaan hatinya. Hal tersebut menjadi topik yang hangat dibicarakan para siswa SMA Samezuka saat itu.

Kemana pun (y/n) pergi, Rin selalu ikut bersamanya. Terkadang Rin selalu memamerkan kemesraanya bersama (y/n). Sehingga seisi sekolah tahu hubungan mereka berdua. Hal tersebut terkadang membuat (y/n) tersipu malu. Rin melakukan hal itu agar pria lain tidak bisa mendekati (y/n).

***

Seperti biasa, (y/n) sedang membaca buku di bangkunya. Rin menarik kursinya kearah bangku (y/n) agar dapat duduk lebih dekat dengannya. Sebenarnya, Rin sedang mencari perhatian (y/n). Namun (y/n) mengabaikannya dan tetap membaca bukunya.

Tiba-tiba, Rin mencubit pipi (y/n).

"A...aduh. Ada apa, sih? Lepaskan, Rin-kun!" seru (y/n).

"Sebebarnya pacarmu ini aku atau buku, sih?" gerutu Rin. Lalu ia melepaskan cubitannya.

(Y/n) hanya terdiam lalu ia kembali membaca bukunya.

"Oi. Jawab aku!"

Rin yang kesal karena tak kunjung dihiraukan oleh (y/n) langsung menarik wajah (y/n) agar mau memandangnya. Mata mereka pun saling menatap satu sama lain.

"Kalau aku sedang bicara lihat mataku!" ucap Rin.

"Ada apa, sih? Masa kau cemburu dengan buku?!" ucap (y/n) sedikit kesal. Saat ini ia sedang tidak ingin diganggu oleh sikap manja Rin.

Tiba-tiba, Rin pun tertawa.

"Apa yang lucu?!" seru (y/n).

Rin pun melepaskan tangannya dari wajah (y/n).

"Kau ini. Mau sedang marah, maupun sedang menangis, kau pasti terlihat cantik, (y/n)-chan" ucap Rin sambil tersenyum.

Wajah (y/n) seketika memerah. Walalupun sudah satu bulan berpacaran, ia selalu merasa malu bila Rin menggodanya di depan umum.

"D...dasar! Sudah kubilang kan jangan menggodaku di tempat umum. Aku tidak suka itu" gerutu (y/n) sambil menggembungkan pipinya tanda ia sedang merasa kesal. Namun, bukannya terlihat menyeramkan, ia malah terlihat semakin imut.

"Baik...baiklah. Aku janji tidak akan menggodamu lagi di depan umum" ucap Rin.

(Y/n) hanya terdiam. Lalu ia melanjutkan kegiatan membaca bukunya.

"Oh iya! Ngomong-ngomong besok adik perempuanku berulang tahun. Kami mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan di rumah. Pokonya kau harus datang, ya"

"Eh? Ulang tahun adikmu? Pasti aku akan datang. Tapi, kenapa mendadak begini? Aku kan belum membeli kado"

"Soal itu. Sebenarnya aku ingin mengenalkanmu kepada keluargaku. Jadi pesta barbeque ini adalah ideku. Aku khawatir kalau alasannya hanya untuk mengenalkanmu, kau tidak mau ikut karena malu" ucap Rin.

"Memangnya aku sepemalu itu, ya? Rin-kun, kemanapun kau mengajakku, aku pasti mau, kok" ucap (y/n) sambil tersenyum. Sejak berpacaran dengan Rin ia menjadi lebih percaya diri.

"Bagaimana kalau ku ajak kau ke jenjang pernikahan? Apa kau mau ikut?"

"E...eh? P...pertanyaan macam apa itu?!" seru (y/n) dengan pipi yang memerah. Ucapan Rin tersebut membuatnya salting sendiri.

Rin pun tertawa terbahak-bahak.

"Aduh kau ini. Masih saja memiliki sifat pemalu. Tapi sebenarnya, sisi itu yang paling aku suka darimu, (y/n)-chan" ucap Rin sambil tersenyum.

"Kau bilang tidak akan menggodaku lagi. Sudah, aku mau pergi. Kau ini menggombal terus dari tadi" ucap (y/n) sambil berdiri dari duduknya dan langsung pergi. Sebenarnya ia suka-suka saja saat Rin menggodanya, hanya saja karena dilihat oleh banyak orang, ia menjadi merasa malu hingga terkadang ia terkesan ketus kepada Rin. Tetapi, Rin sudah memaklumi hal itu.

"Oi! Kau mau kemana?!" seru Rin sambil mengejar (y/n).

***

Akhirnya hari ulang tahun Gou pun tiba. (Y/n) sudah siap dengan pakaian terbaiknya. Ia memakai dress berwarna putih diatas lutut berlengan pendek bermotifkan bunga-bunga yang cantik. Saat ini ia sedang menata rambutnya di depan cermin.

Apa tidak mengapa aku mengenakan pakaian ini?, gumam (y/n) ragu. Ia sedikit tidak percaya diri dengan penampilannya. Tetapi mau bagaimana lagi, itu adalah satu-satunya pakaian terbaik yang ia miliki.

"(Y/n)-chan! Temanmu sudah datang!" panggil ibu (y/n) dari lantai satu. Kamar (y/n) yang dulu berada di lantai dua.

Eh? Rin-kun sudah datang? Cepat sekali?, gumam (y/n).

"Baik, okaasan. Aku akan segera turun" balas (y/n) sambil sedikit berteriak. Ia langsung mengambil tasnya dan sebuah kado untuk Gou. Lalu ia sedikit berlari menuruni tangga.

Saat menuruni tangga, ia sudah disambut oleh Rin yang sedang menunggu di pintu rumahnya. Mata Rin terbelalak melihat kecantikan (y/n). Ia sampai bingung ingin berkata apa. Bahkan wajahnya pun sedikit memerah.

(Y/n) pun menghampiri Rin sambil merasa malu-malu. Ia kebingungan, sedari tadi Rin tidak menanggapi penampilannya. (Y/n) menyangka Rin berfikir bahwa pakaiannya tidak cocok untuk ia kenakan.

"K...kenapa? J...jelek, ya?" tanya (y/n) sambil menunduk.

Rin pun tersenyum kearah (y/n).

"Sudah berapa kali aku bilang, kau selalu cantik di mataku, (y/n)-chan. Aku menyukainya, kok" ucap Rin.

"Kau bisa saja, Rin-kun. A...arigatou" balas (y/n) sambil tersenyum malu-malu.

"Ayo. Sekarang kita pergi" ajak Rin sambil mengulurkan tangannya kearah (y/n).

(Y/n) membalas uluran tangan Rin dan mengenggamnya erat. Rin bisa merasakan kehangatan dari tangan (y/n).

***

Karena perjalanan dari kota Samezuka ke kota Iwatobi cukup jauh, mereka berdua menaiki mobil Rin.

"Maaf, kau sampai harus repot-repot menjemputku seperti ini" ucap (y/n) sambil menunduk. Ia merasa bersalah karena ia tidak tahu dimana rumah Rin. Karena selama di Samezuka, Rin tinggal di asrama. Sedangkan keluarganya tinggal di kota Iwatobi.

"Kau ini. Tidak usah kau pikirkan, (y/n)-chan. Aku ini kan pacarmu. Lagi pula aku juga khawatir kalau kau pergi sendirian. Kalau ada apa-apa bagaimana?" tanya Rin sambil melirik kearah (y/n) sebentar lalu kembali memandang ke depan untuk kembali fokus menyetir.

(Y/n) pun tersenyum. Ia sangat senang karena bisa memiliki kekasih yang perhatian seperti Rin.

"Oh ayolah! Jangan tersenyum manis seperti itu. Kalau sedang menyetir seperti ini kan, aku jadi tidak bisa melihatnya" ucap Rin.

Perkataan Rin tersebut membuat (y/n) tertawa.

"Aduh, sekarang kau malah sengaja tertawa seperti itu" lanjut Rin. Lalu ia pun ikut tertawa.

***

Setelah sekitar satu jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah Rin.

Rin pun memakirkan mobilnya di garasi rumahnya. Lalu ia melepas sabuk pengamannya. Sedangkan (y/n) masih tetap mengenakan sabuk pengamannya. Wajahnya terlihat sedikit cemas

Rin melirik kearah (y/n).

"Ada apa, (y/n)-chan?" tanya Rin.

"A...aku hanya...sedikit gugup. Aku takut keluargamu tidak akan menyukaiku"

Rin langsung mengenggam erat sebelah tangan (y/n) sambil menatap mata (y/n).

"Kalau keluargaku tidak menyukaimu, aku tidak akan membawamu kesini. Aku mengajakmu kesini karena aku yakin mereka akan langsung menyukaimu. Gadis cantik dan baik sepertimu tidak mungkin ditolak oleh keluargaku. Percayalah padaku" ucap Rin sambil

Mata (y/n) pun menjadi berbinar. Lalu ia pun tersenyum.

"Wakatta. Aku percaya padamu, Rin-kun. Arigatou ne"

Mereka berdua pun keluar dari mobil dan langsung berdiri di depan pintu rumah.

"Kau sudah siap?" tanya Rin.

(Y/n) hanya mengangguk.

Rin pun mengetuk pintu. Tak lama kemudian, pintu pun dibuka oleh seseorang dari dalam rumah. Ternyata itu adalah ibu Rin.

"Okaerinasai, Rin! Akhirnya kau sampai juga" sambut ibu Rin hangat. Ia pun melirik kearah (y/n).

"Ah! H...hajimemashite! Saya Nakajima (y/n). Yoroshiku onegaishimasu" ucap (y/n) sambil membungkuk.

"Ara! Jadi ini pacarmu, Rin? Manis sekali. Yoroshiku ne, Nakajima-san. Ayo, silahkan masuk" ucap ibu Rin sambil tersenyum.

"Arigatou gozaimasu" ucap (y/n) sopan.

Lalu mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.

"Oniichan, okaeri! Are? Apa dia pacar oniichan?" tanya Gou sambil memandangi (y/n).

"Tentu saja. Cantik, bukan?"

"Hajimemashite. Nakajima (y/n) desu. Kau pasti Gou-san, benar kan?" tanya (y/n) ramah.

"Iya. Terima kasih sudah mau datang, Nakajima-neesan" balas Gou sambil tersenyum.

"Sama-sama. Panggil saja aku (y/n), Gou-san. Oh iya, ini. Selamat ulang tahun, ya" ucap (y/n) sambil menyerahkan sebuah kado kepada Gou.

"Ya ampun! Padahal tidak usah repot-repot seperti ini. Aku jadi tidak enak"

"Tidak apa-apa, ambillah. Aku memang ingin memberikan kado padamu"

"Arigatou ne, (y/n)-neesan" ucap Gou sambil menerima pemberian kado dari (y/n).

"Um. Tidak masalah" ucap (y/n) sambil tersenyum.

***

Mereka berempat pun berbincang ria di ruang tamu.

"Tak kusangka Rin bisa memiliki pacar sebaik dirimu" ucap ibu Rin.

"Ah! Tidak, kok" balas (y/n) sambil tersenyum.

"Nakajima-san ini anak dari berapa saudara?"

"Saya kebetulan adalah anak tunggal"

"Kalau Rin menyakiti hatimu atau semacamnya katakan saja padaku, ya" lanjut ibu Rin.

(Y/n) hanya tersenyum sambil tertawa kecil.

"Oi! Okaasan. Aku tidak mungkin menyakiti (y/n)" ucap Rin sambil menghela nafas panjang.

"Yah, okaasan hanya tidak mau kau seenaknya kepada Nakajima-san" ucap ibu Rin dengan nada bercanda. Ternyata ia sedang mencoba menggoda anak sulungnya itu.

"Tentu saja aku akan menjaganya baik-baik. Kenapa okaasan tidak percaya padaku seperti itu?"

....

Rin dan ibunya pun melanjutkan obrolan yang terkesan sedikit berdebat tersebut. Walaupun sebenarnya ibu Rin hanya berusaha mencairkan suasana.

(Y/n) hanya tertawa kecil melihat Rin dan ibunya saling beradu argumen. Ia sudah mengetahui dari mimik wajah ibu Rin bahwa ia hanya bercanda.

"Ii na. Oniichan bisa mendapat pacar seperti (y/n)-neesan" celetuk Gou.

"Eh? Tidak, kok. Memangnya kenapa, Gou-chan?" tanya (y/n).

"(Y/n)-neechan benar-benar sesuai dengan tipe oniichan. Aku mengetahuinya karena waktu itu dia pernah menceritakannya padaku"

"Hee? Begitukah? Mungkin, hanya kebetulan"

Gou hanya terdiam.

Andai saja aku bisa mengungkapkan perasaan pada orang yang kusukai. Sama seperti yang oniichan lakukan padamu, (y/n)-neechan, gumam Gou.

"Jangan-jangan, ada laki-laki yang sedang kau sukai, Gou-chan?" tanya (y/n) dengan nada jahil.

"Ah! Etto,...soal itu.." jawab Gou gugup.

Tiba-tiba, ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar.

Tak lama, Rin pun membuka pintu. Ternyata itu adalah Sousuke.

"Wah! Sousuke! Kukira kau tidak akan datang" sambut Rin hangat kepada Sousuke.

"Tentu aku akan datang"

"Ayo, silahkan masuk"

Sousuke pun masuk ke dalam rumah. Ia melihat ibu Rin, (y/n) dan Gou yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Ara! Kau pasti temannya Rin, bukan? Selamat datang. Ayo, silahkan duduk disini" ucap ibu Rin sambil mempersilahkan Sousuke untuk duduk di sofa.

"Arigatou gozaimasu" balas Sousuke. Tak lama ia pun langsung duduk tepat berhadapan dengan Gou.

"Kau, Sousuke, kan? Yang waktu itu bersama Rin-kun?" tanya (y/n).

"Um. Tak kusangka akhirnya kalian berpacaran sekarang" balas Sousuke.

(Y/n) hanya tersenyum. Lalu ia menoleh kearah Gou yang berada tepat di sampingnya. Gou kelihatan sangat gugup. Wajahnya seketika memerah.

Apa yang harus kulakukan? Sousuke berada tepat di hadapanku!, gumam Gou.

Hanya dengan melihat itu saja (y/n) sudah paham bahwa Gou menyukai Sousuke.

Hee? Jadi Sousuke laki-laki yang kau sukai itu?, tanya (y/n) dalam hati sambil tersenyum.

"Karena semua sudah berkumpul, bagaimana kalau kita mulai menyiapkan makanannya? Siapa yang bersedia membantuku?" tanya ibu Rin.

Wah! Ini adalah kesempatan Gou dan Sousuke memliki waktu berdua, pikir (y/n).

"Izinkan saya membantu obasan. Rin kun juga ayo bantu, ya " ucap (y/n) sambil menarik tangan Rin.

"Oi! Aku tidak mau. Lagipula itu kan tugas perempuan"

"Ii kara. Ayo ikut bantu saja!" ucap (y/n) sedikit memaksa hingga membuat Rin beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

Gou melirik kearah (y/n). Mata (y/n) berkedip kearah Gou.

Ini kesempatanmu, Gou-chan. Ganbatte ne!, gumam (y/n).

Seketika Gou mengetahui maksud (y/n) untuk membantunya.

Suasana menjadi sangat canggung. Mengingat Sousuke adalah orang yang sangat dingin. Apalagi sekarang Gou sedang sangat kikuk. Ia bingung harus melakukan apa.

***

Gou sudah menyukai Sousuke sejak ia datang ke festival budaya di SMA Samezuka. Saat itu pakaian Gou basah karena ulah Nitori yang salah menembakkan pistol air kearah Gou. Saat itu, Haruka, Makoto, Rin, Nitori, Rei, dan beberapa orang lainnya sedang bermain perang pistol air.

Saat itu Sosuke merasa sangat marah kepada Nitori. Karena Nitori sudah menyakiti adik sahabatnya.

Tak lama, Sousuke memakaikan jaketnya yang besar untuk menutupi tubuh Gou yang basah. Saat itu jantung Gou berdegup sangat kencang. Mulai saat itulah ia menyukai Sousuke.

***

"B...bagaimana kabarmu, Sousuke-kun?"

"Baik. Dan kau?"

"A...aku juga, baik"

"Begitukah? Syukurlah"

Suasana pun hening kembali dan kembali menjadi canggung. Mereka berdua tidak bisa mengobrol terlalu lama karena sifat Sousuke terlalu dingin.

"Ini. Selamat ulang tahun, Gou" ucap Sousuke sambil menyerahkan sebuah kado.

Gou benar-benar terkejut karena Sousuke sampai repot-repot menyiapkan kado untuknya.

"Hontouni arigatou, Sousuke-kun" ucap Gou sambil tersenyum.

***

Disisi lain, (y/n), Rin dan ibu Rin sudah menyiapkan semua perlalatan untuk memasak barbeque di taman rumah Rin.

"Sekarang tinggal memasak. Are? Dimana Gou dan temanmu, Rin?" tanya ibu Rin umyang sibuk mencari keberadaan mereka berdua.

"Sebentar. Akan kupanggil mereka berdua" ucap Rin sambil berjalan memasuki rumah lalu memanggil mereka untuk pergi ke taman.

"Baik semuanya sudah berkumpul. Ayo kita mulai pesta barbeque-nya" ucap ibu Rin bersemangat.

Mereka pun memanggang daging diatas pemanggang lalu memakannya bersama-sama. Benar-benar malam yang penuh kebersamaan. Rin sangat senang karena ia bisa berbagi kebahagiaan dan kehangatan keluarganya bersama kekasihnya, (y/n).

"Oh iya aku hampir lupa. Ayo kita bermain kembang api" ajak (y/n) sambil mengeluarkan beberapa batang kembang api dari dalam tasnya.

"Kau ini seperti anak kecil, ya" ucap Rin sambil tertawa.

"Hee? Tapi menyenangkan, bukan?" balas (y/n).

"Um. Ayo kita lakukan, (y/n)-neesan!" balas Gou bersemangat.

"Wah! Cantik!" ucap Gou kagum sambil memandangi kembang api yang ia pengang.

Tak lama kemudian, ia menoleh kearah Sousuke yang sedang memegang sebatang kembang api dengan wajah kakunya.

Hal tersebut membuat Gou tertawa sendiri. Lalu ia menghampiri Sousuke.

"Kau tidak tahu cara bersenang-senang dengan kembang api, ya?"

"He?"

Gou pun memegang tangan Sousuke yang sedang memegang sebatang kembang api, lalu menggerakannya ke kiri dan ke kanan

"Hora! Gerakkan saja seperti bentuk yang kau inginkan, seperti ini" ucap Gou.

Sousuke pun tertawa kecil.

"Cara para gadis bersenang-senang itu aneh sekali, ya" celetuk Sousuke.

Tawa khas Sousuke membuat jantung Gou berdegup sangat kencang. Tanpa ia sadari, hal tersebut membuatnya tersenyum.

(Y/n) yang melihat dari jauh pun ikut senang melihatnya.

***

Hari sudah semakin malam. Waktunya untuk (y/n) dan Sousuke untuk pulang.

"Sudah larut malam. Sudah waktunya untuk aku pulang" pamit (y/n).

"Ayo, aku antar. Hatchim!" ucap Rin sambil bersin cukup keras.

"Eh! Ada apa, Rin-kun? Apa kau sakit?" tanya (y/n) yang merasa khawatir.

"Tidak kok. Aku tidak apa-apa"

Ia pun memegangi dahi Rin dengan punggung tangannya.

"Tubuhmu panas sekali. Istirahat saja di rumah" ucap (y/n).

"Tidak. Aku harus mengantarmu. Kalau terjadi apa-apa bagaimana? Apalagi ini sudah larut malam" balas Rin sambil memegangi kedua bahu (y/n).

"Tidak usah khawatir. Aku bisa pulang sendiri, kok. Aku takut keadaanmu akan memburuk setelah mengantarkan aku pulang, Rin-kun"

"Tenang saja, Rin. Aku yang akan mengantar (y/n) pulang. Kau istirahat saja di rumah" ucap Sousuke yang tiba-tiba datang dari belakang. Rin pun melepaskan tangannya dari bahu (y/n).

"Kau benar bisa melakukannya, Sousuke?"

"Tentu saja"

Dengan berat hati, Rin menerima tawaran Sousuke tersebut. Ia merasa tidak tenang bila (y/n) tidak berada disisinya.

"Baiklah kalau begitu. Sousuke, aku mohon padamu, tolong jaga (y/n) untukku. Jangan sampai ia terluka sedikitpun"

"Tenang saja. Aku akan menjaganya sampai ke rumah. Percayalah padaku, Rin"

"Aku percaya padamu, Sousuke" ucap Rin lalu ia memandang (y/n) dan langsung memegangi wajahnya dan menatap matanya dalam-dalam.

"Berjanjilah kau tidak akan apa-apa, (y/n)-chan" ucap Rin sambil sedikit berbisik.

(Y/n) pun mengangguk.

"Um, percayalah padaku, Rin-kun"

Rin pun langsung mencium kening (y/n). Hal itu membuat (y/n) merasa sedikit malu.

"Segera kabari aku kalau kau sudah sampai di rumah"

"Um. Arigatou ne, Rin-kun. Semoga cepat sembuh, ya"

"Aku menyayangimu"

"Aku juga, Run-kun. Jya, aku pamit dulu, ya"

***

Akhirnya (y/n) pulang bersama Sousuke. Mereka sedang berjalan menuju halte bis.

Karena jalanan yang cukup gelap, membuat (y/n) sedikit ketakutan.

Sousuke yang melihat hal itu langsung meraih tangan (y/n) dan menggenggamnya erat. Ia bisa merasakan tangan (y/n) yang lembut mengenggam erat tangannya.

"Tidak usah takut. Aku pasti akan menjagamu sampai ke rumah" ucap Sousuke.

"Um. Arigatou ne, Sousuke-san" ucap (y/n) sambil tersenyum. Ketika Sousuke melihat senyuman (y/n), hatinya terasa sangat tenang.

***

Saat di dalam bis, (y/n) duduk bersebelahan dengan Sousuke.

Karena terlalu kelelahan, (y/n) akhirnya tertidur di bahu Sousuke.

Jantung Sousuke tiba-tiba berdegup sangat kencang. Ia bisa mendengar dengan jelas suara nafas (y/n) yang sedang tertidur. Entah mengapa hal itu membuatnya sangat nyaman.

Walaupun sedang tertidur, ia masih terlihat cantik. Beruntung sekali Rin bisa mendapatkan gadis seperti dia. Aku jadi iri padanya, gumam Sousuke sambil memandangi wajah (y/n). Lalu, ia pun menoleh kearah jendela dengan (y/n) yang masih tertidur lelap di bahunya.

***

Akhirnya (y/n) sampai di rumahnya.

"Hontouni arigatou, Sousuke-san. Kau sampai repot-repot harus mengantarku"

"Tidak apa-apa. Lagipula aku juga harus kembali ke asrama. Sore jya, mata ne" ucap Sousuke sambil mengangkat sebelah tangannya dan berjalan menuju asrama.

(Y/n) pun membalas lambaian tangan Sousuke dan langsung masuk ke rumahnya.

***

Di dalam kamar ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur.

"Ah! Lelah sekali!"

Lalu ia meraih ponselnya untuk mengabari Rin bahwa ia sudah pulang.

Tetapi, setelah melihat jam menunjukan pukul 12, ia pun mengurungkan niatnya. Ia takut akan mengganggu waktu istirahat Rin.

Tak lama kemudian, Rin menelponnya.

"Eh? Rin-kun?"

(Y/n) segera mengangkat telepon dari Rin tersebut.

"Moshi moshi, Rin-kun?"

"(Y/n)-chan. Kau sudah sampai rumah, kan?" tanya Rin dari dalam telepon dengan nada penuh kekhawatiran.

"Sudah, kok. Tidak perlu khawatir. Sudah kubilang kan aku tidak akan apa-apa"

"Yokatta. Aku benar-benar khawatir sampai tidak bisa tidur dengan tenang"

"Kau ini. Padahal istirahat saja. Aku takut suhu tubuhmu bertambah panas"

"Tidak usah mengkhawatirkanku. Sebebtar lagi juga aku akan sembuh. Maafkan aku karena tidak mengantarmu tadi. Aku jadi merasa bersalah"

"Keadaanmu lebih penting, Rin-kun. Sudah, sekarang pergilah tidur"

"Baiklah, malaikatku. Kalau itu permintaan darimu aku akan segera tidur. Kau juga, cepatlah tidur. Oyasumi, (y/n)-chan"

"Oyasumi, Rin-kun. Mimpi indah, ya"

"Mimpi indahku adalah kau, (y/n)-chan"

"Kau ini, sedang sakit juga masih saja sempat menggodaku" ucap (y/n) sambil tertawa kecil.

"Tentu saja. Aku tutup ya. Aku menyayangimu, (y/n)-chan"

"Um. Mata ne, Rin-kun"

Rin pun menutup teleponnya. Tak lama kemudian, (y/n) pun terlelap di kasurnya yang empuk.

***

Beberapa hari kemudian, (y/n) dan Rin bersekolah seperti biasanya. Saat ini sedang waktunya istirahat. Mereka berdua sedang duduk di taman sambil menikmati waktu bermesraan mereka.

"Tumben, kau tidak membaca bukumu, (y/n)-chan" celetuk Rin yang duduk tepat disamping (y/n).

"Aku sudah selesai membacanya. Lagipula, waktu berdua denganmu jauh lebih penting dibandingkan buku" balas (y/n) sambil tersenyum.

"Kau ini, sudah mulai belajar menggombal, ya" ucap Rin sambil tertawa.

"Eh? Itu benar, kok. Siapa juga yang menggombalimu? Dasar Rin-kun ge-er" ujar (y/n) sambil tertawa kecil.

"Ah! Bilang saja kau malu mengakuinya. Untung saja kau semanis ini, jadi aku masih bisa memaafkanmu"

"Lihat! Sekarang siapa yang menggombal?"

Rin pun tertawa terbahak-bahak.

"Iya...iya. Aku yang salah. Selalu saja lelaki yang salah" ucap Rin sambil menghela nafas.

(Y/n) hanya membalas dengan tawanya.

Tiba-tiba, Sousuke datang menghampiri mereka berdua.

"Oi, Rin! Disini kau rupanya"

"Sousuke? Ada apa?"

"Klub renang sebentar lagi akan mengadakan pertemuan. Kita harus segera berkumpul di kolam renang sekolah"

"Benarkah? Kenapa mendadak sekali?"

"Entahlah. Aku juga baru dikabari Ketua Seijuro tadi"

Rin pun menoleh kearah (y/n) lalu menatap matanya.

"(Y/n)-chan, gomen ne. Aku harus pergi sekarang. Kau tidak apa-apa kan kalau sendirian?" ucapnya dengan tatapan sedikit khawatir.

"Tidak apa-apa, kok. Lagi pula para gadis itu tidak pernah menggangguku lagi. Kau pasti khawatir tentang itu kan?"

Rin hanya mengangguk. Lalu ia memegang sebelah pipi (y/n) sambil sedikit mengusapnya.

"Um. Kalau terjadi apa-apa, segera hubungi aku, oke?"

(Y/n) hanya mengangguk sambil tersenyum manis kepada Rin.

Rin pun segera beranjak dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan (y/n) sendirian di kursi taman. Sambil berjalan ia menoleh kearah (y/n) dan melambaikan tangannya. (Y/n) pun membalas lambaian tangan Rin tersebut.

(Y/n) pun memutuskan untuk pergi meninggalkan taman dan berjalan menuju toilet untuk membasuh wajahnya yang terasa kotor karena debu.

***

Sesampainya di toilet, betapa terkejutnya (y/n) karena ia kebetulan berpapasan dengan tiga gadis yang saat itu pernah mengintimidasinya untuk menjauh dari Rin.

Tatapan para gadis itu seketika berubah menjadi sangat menyeramkan ketika melihat (y/n).

(Y/n) benar-benar merasa ketakutan. Ketiga gadis itu pun langsung berjalan mendekati (y/n).

"Lihat, Siapa yang datang! Seorang pelacur datang menemui kita" seru seorang gadis.

Tiba-tiba, ia langsung mencekik leher (y/n). (Y/n) pun menjadi kesulitan untuk bernafas

"T...tolong. L...lepaskan" ucap (y/n) pelan sambil menahan rasa sakit.

"Mau kita apakan dia?"

"Tentu kita siksa saja wanita murahan ini. Suruh siapa dia tidak mau menuruti perintah kita?"

Gadis itu pun melepas cengkramannya dari leher (y/n) dan mendorong tubuh (y/n) ke lantai.

Tubuh (y/n) terjatuh cukup keras sehingga sulit baginya untuk bangun. Nafasnya menjadi sangat tidak beraturan. Seluruh tubuhnya gemetaran. Ia benar-benar merasa ketakutan.

Para gadis itu pun langsung menendang-nendang tubuh (y/n) dengan cukup keras.

"K...kumohon...h...hentikanlah!" seru (y/n) sambil menangis. Ia hanya bisa melindungi wajahnya dengan tangannya yang diinjak-injak.

"Hah? Apa kau bilang?! Bicara itu yang keras, dasar wanita jalang!"

Salah satu dari mereka berjalan menuju washtafle. Lalu ia menyumbat washtafle tersebut agar air yang mengalir dari kran dapat tertampung.

Mereka pun menghentikkan tendangan mereka. (Y/n) pun berusaha untuk duduk sambil tetap menangis. Ia merasa sangat kesakitan terutama di bagian perut. Karena dari tadi gadis-gadis itu lebih sering menendang-nendang perut (y/n) dibandingkan bagian tubuhnya yang lain.

Setelah air di dalam washtafle terisi penuh, salah satu gadis itu langsung menarik dengan kasar rambut (y/n) lalu menggiringnya ke arah washtafle.

"M...maafkan aku.. Kumohon, hentikan!" rintih (y/n) sambil menahan rasa sakit di kepalanya karena rambutnya yang ditarik paksa oleh para gadis itu. Kedua tangan (y/n) ditahan oleh kedua gadis lainnya, sehingga (y/n) sama sekali tidak bisa melakukan perlawanan apapun.

"Berisik! Dasar pelacur!"

Lalu gadis itu mendorong kepala (y/n) kedalam washtafle yang berisi air. Hal tersebut membuat (y/n) semakin kesulitan untuk bernafas. Apalagi kondisi paru-paru nya yang tidak normal, membuatnya semakin merasa tersiksa.

(Y/n) berusaha mengangkat kepalanya agar segera terangkat dari dalam air, namun ia gagal karena tenaga para gadis itu jauh lebih kuat darinya.

Setelah beberapa lama, gadis itu pun akhirnya mengangkat kepala (y/n) dari dalam air dengan sangat kasar.

(Y/n) pun menjadi terbatuk-batuk karena air terlalu terlalu banyak masuk ke dalam hidung dan mulutnya.

"Dengar! Aku ulangi. Mulai sekarang kau putuslah dengan Rin! Kalau tidak kau lakukan juga, kami akan menyiksamu lebih parah dari ini. Mengerti kau?!

P...putus dari...,Rin-kun? Kenapa? Kenapa mereka selalu mengusik hidupku.... Tidak, mereka benar. Aku hanya menjadi pengganggu bagi mereka. Aku memang tidak pantas untuk Rin-kun. Gomen, Rin-kun, gumam (y/n).

Gadis itu pun mendorong kepala (y/n) dengan sangat kasar lalu mereka pun pergi begitu saja dan meninggalkan (y/n) sendirian di dalam toilet.

Kedua kaki (y/n) tiba-tiba terasa sangat lemas. Sehingga ia terjatuh ke lantai. Ia benar-benar merasa ketakutan. Semakin lama, tangisannya semakin menjadi-jadi.

"R...Rin...-kun..." ucapnya sambil menangis terisak-isak.

***

Saat pulang sekolah, Rin memperhatikan gerak-gerik (y/n) yang terlihat aneh. Wajahnya benar-benar terlihat kusut. Terlihat dengan sangat jelas mata dan wajah (y/n) yang memerah akibat menangis. Hal itu membuat Rin heran sekaligus khawatir.

Rin langsung mendekati (y/n) yang sedang membereskan buku-bukunya.

"(Y/n)-chan, kau tidak apa-apa? Apa kau sakit?" tanya Rin sambil memegang sebelah bahu (y/n).

Tiba-tiba, (y/n) langsung menyingkirkan tangan Rin dari bahunya. Lalu ia segera pergi keluar kelas tanpa menjawab pertanyaan dari Rin tersebut.

"Oi! Kau mau kemana?" tanya Rin yang semakin merasa khawatir. Ia pun berusaha mengejar langkah kaki (y/n).

"(Y/n)-chan! Kau mau kemana?!"

(Y/n) tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Sontak, Rin pun langsung mengenggam erat tangan (y/n) agar ia tidak bisa pergi kemana-mana.

"Tolong jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?"

(Y/n) tetap terdiam. Bahkan ia tidak membalikkan tubuhnya kearah Rin.

"Menjauhlah dariku" ucap (y/n) dengan suara pelan.

"Hey! Kau ini kenapa? Apa kau marah padaku?"

"Kumohon, tinggalkan aku sendirian!" seeu (y/n).

"Kau ini bicara apa, (y/n)-chan?"

"Jangan panggil aku (y/n)-chan lagi! Aku sudah muak denganmu!" teriak (y/n) sambil berusaha menahan tangisannya. Ia pun langsung berlari menjauh dari Rin.

Gomen ne, Rin-kun. Aku terpaksa berbohong. Sejujurnya, aku masih sangat menyukaimu. Gomen!, gumam (y/n) sambil tetap berlari.

(Y/n) pun berlari menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba ia menghentikkan langkahnya. Ternyata diluar, hujan sedang turun sangat deras.

"Oi, (y/n)-chan! Tunggu!" teriak Rin yang ternyata masih mengejarnya di belakang.

Karena (y/n) tidak mau Rin terus menerus mengejarnya, ia nekat berlari menerobos derasnya air hujan.

Disisi lain, Rin tidak menyerah begitu saja. Ia pun ikut berlari ditengah hujan demi mengejar kekasihnya itu.

"(Y/n)-chan!" teriak Rin di tengah suara hujan.

(Y/n) berusaha untuk tidak menoleh kearah Rin dan tetap melanjutkan larinya.

Akhirnya Rin dapat menyusul (y/n). Ia pun membalikkan bahu (y/n) agar ia dapat bertatapan dengannya.

"Lepaskan, Rin-kun!" teriak (y/n) sambil berusaha melepas genggaman tangan Rin dari bahunya.

"Tidak akan!" ucap Rin sambil tetap menggenggam erat bahu (y/n).

"Aku sudah muak denganmu! Aku membencimu, Rin-kun!" teriak (y/n) penuh dengan kebohongan.

Rin hanya terdiam.

"Aku mau kita putus saja! Aku sudah tidak kuat lagi!" teriak (y/n) sambil menangis.

Rin pun memegang wajah (y/n). Sehingga mata mereka berdua saling menatap satu sama lain.

"Walaupun kau membenciku, aku akan tetap mencintaimu, (y/n). Dan, aku tidak akan pernah mau putus denganmu"

(Y/n) tiba-tiba menangis. Air matanya bercampur dengan air hujan yang turun sangat deras.

"K...kenapa?! Kenapa kau sangat keras kepa-"

Tiba-tiba, Rin menarik wajah (y/n) kearah wajahnya lalu mencium bibir (y/n).

Setelah beberapa saat, Rin pun melepaskan ciumannya. Mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Kau sedang berbohong, benar kan?" tanya Rin.

"Eh?" (Y/n) benar-benar terkejut karena Rin bisa mengetahui kebohongannya.

"Para gadis sialan itu mengganggumu lagi, bukan? Kenapa kau tidak bilang padaku?"

"G...gomen. Aku...benar-benar ketakutan, Rin-kun. Gomen ne" ucap (y/n) pelan sambil meneteskan air matanya. Tubuhnya benar-benar gemetaran.

Rin pun memeluk (y/n) erat.

"Seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku sudah dua kali gagal melindungimu. Maaf" ucap Rin tepat di telinga (y/n).

Mata (y/n) seketika berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Rin tersebut. Seketika rasa takutnya hilang ketika berada di dalam dekapan Rin.

"Tolong. Jangan tinggalkan aku sendirian, Rin-kun. Aku takut" ucap (y/n) sambil tetap memeluk Rin.

Rin pun tersenyum.

"Tidak usah takut. Aku akan selalu berada disisi mu... Aku mencintaimu, (y/n)-chan"

Walaupun tubuh mereka sama-sama basah kuyup oleh air hujan, mereka mampu memberikan kehangatan satu sama lain.

~Bersambung

---------------------------------------------------

Uppuppuppu~

Hwaaaa, minaaaaa

Akhirnya Yami bisa up lebuh cepettt. Yokattaaaaa~~~

Mohon maklum ya, reader chann. Untuk chap seterusnya Yami bakal up dg rentang waktu yg sama kaya gini ( sekitar 1-2 minggu, atau kalo disaat2 tertentu bakal lebih keknya) _(._.)_

Hadeh Yami lg pusing banget nih sm matkul TI. Yami bener2 ga ngertiiii!!! Yami kan bukan lulusan SMK dikasih coding2an gituuuuu. YA MANA YAMI NGERTI BAMBANK? ASWJAKAKSJSHWKAK

Belum lagi tugas2 lain yg Yami belum kerjain. huft... Tapi setidaknya kalo yang lain masih bisa Yami tangani.

Yami gakuat. Yami pengen nikah aja sama Nagito-kyun(TдT)

Udah dulu deh curcol dari Yami nya. Takutnya ntar malah keterusan mwehehe...

Btw, kalian jaga terus kesehatan kalian, ya. Di daerah Yami Covid udah parah banget. Padahal 2 minggu yang lalu bersih dari Covid.

Reader-chan jg sebisa mungkin jangan pergi keluar kalo ga penting2 amat. Udah stay at home aja dan baca ff Yami ini wkwkwkw...

Reader-chan : Malah promosi

Ehehe~ Tapi kan bener             ( ・∀・)*tersenyum polos

Sip, udah deh gitu aja dari Yami buat kali ini. Semoga suka yaa sama update-an nyaa...

Salam sehat daei Yamiii...

See you in the next chapter, reader-chan

Uppuppuppu~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top