HANYA KARNA SOAL FISIKA
Entah, sejak kapan Lisa mencoret-coret kertas yang tidak berdosa itu. Hanya mencari jawaban yang tidak ia ketahui, dan pastinya hanya membingungkan otaknya saja. Sudah hampir setengah jam, Lisa mencari kebenaran akan soal yang diberikan oleh sang guru kepada murid-muridnya. Namun, tidak kunjung ia dapatkan. Dengan lesu, Lisa membereskan semua alat tulisnya dan bergegas pergi.
"Hanya satu soal aja bikin pusing, gimana kalau sepuluh coba?" tanyanya dalam hati.
"Dasar, lonya aja yang nggak becus, Lisa." jawab Karina.
"Emang, lo bisa, Na?" tanya Lisa kepada Karina dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Ya enggak lah. Emang ada kamusnya ya, kalau Karina bisa ngerjain soal ginian." Karina tertawa seraya memegangi perutnya.
•••
Hari ini, Lisa berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Demi mendapatkan contekan dari teman-teman, ia rela meninggalkan kasurnya yang empuk. Saat sudah berada di dalam kelas, ternyata belum ada siapapun disana. Hanya Lisa yang baru saja sampai.
"Aih, ternyata masih kepagian. Harusnya tadi sarapan dulu ...." gerutu Lisa, "apa gue, tidur dulu ya?" lanjutnya.
Akhirnya, Lisa tidur dibangkunya. Dengan tangan yang menjadi tumpuannya. Belum lama tertidur, suara bising mengganggu kenyenyakannya. Teman-taman Lisa semua meributkan soal yang diberikan Pak Ali, selaku guru fisika. Bahkan, murid paling pintarpun tidak bisa mengerjakannya. Ada apakah dengan soal tersebut.
"Serius kalian nggak ada yang nemu jawabannya?" tanya Lisa.
"Ya serius dong peak, kalo ketemu mah nggak akan sepusing ini. Jawab Karina.
"Cuma garagara soal fisika, kalian jadi ketularan peaknya gue ya, hahahaa." Lisa tertawa.
"Kutukupret emang," jawab mereka kompak.
"Tapi gue heran, masa iya soal fisika disuruh ngitung kepastiannya Buk Mella!" ucap Karina bingung.
"Nah, itu juga yang bikin gue bingung, Rin." jawab Lisa.
Semua sibuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh Pak Ali. Dari menghitung sampai menggunakan logika semuanya tidak mampu menemukan jawabannya. Sampai, ada ide gila yang menyerbu di pikiran Lisa. Menanyakan jawaban tersebut, kepada guru yang bernama Mella. Tapi, apa iya Buk mella bisa menjawab soal itu. Atau tanyakan saja soal ini kepada dokter cinta.
"Gue nyerah, yakali kalau diitung beberan jadinya ntar apaan." Lisa mebyerah disetujui oleh teman-temannya.
Semua duduk dan menunggu Pak Ali. Dan ingin mengajukan protes akan soal yang diberikan tersebut. Apa-apaan ini, bagaimana bisa sebuah kesetiaan dihitung menggunakan rumus fisika. Kalau memang bisa, seluruh dunia akan menggunakan rumus itu. Tapi nyata ya sampai sekarang belum ada rumus yang bisa ngukur kesetiaan dan kawan kawannya.
"Pagi," sapa Pak Ali dengan santainya.
"PAGI PAK!!!" jawab para murid dengan berteriak dan membuat Pak Ali kaget sampai kacamatanya terjatuh.
Saat ia berjongkok untuk mengambil kacamatanya ....
Weksss
Pak Ali langsung berdiri dan menutupi celana bagian belakangnya dengan wajah sedikit kesal dan menahan malu. Dengan cepat ia berlari, belum sampai depan pintu Pak Ali berbalik lagi.
"Jangan kemana-mana, saya akan kembali lagi nanti!" ucap Pak Ali lalu berlari entah kemana.
"HAHAHAHA--." gelak tawa menggelegar di seluruh penjuru ruangan.
Setelah beberapa menit akhirnya, Pak Ali datang kembali mengenakan celana baru.
"Baiklah, ada yang bisa menjawab soal kemarin?" tanya Pak Ali.
"Tidak Pak," jawab pada murid kompak.
"Pak, sepertinya ada yang salah dengan soal kemarin." terang Lisa.
"Dibagian yang mana Lisa?" tanya Pak Ali lagi.
"Keseluruhan pak!" tegas Lisa.
"Baiklah. kalau begitu. Saya akan menambahkan satu soal lagi, dengar dan tulis soalnya," kata Pak Ali, "seorang jomblo memiliki tekanan 10000 Pa dalam hidupnya dengan volume hati 3000 L. Jika suhu hatinya saat melihat orang berpacaran adalah 247 °C dan ketetapan hidupnya 8,314 J/mol. Berapakah masa pacar yang dibutuhkan agar hidup jomblo tersebut tenang?" lanjut Pak Ali yang membuat para murid menganga.
"Pak, yang benar aja. Kemaren tentang kepastian sekarang hidup jomblo besok apa lagi pak?" protes Lisa.
"Tentang mantan!" jawab Pak ali sewot.
Semua murid hanya memukul keningnya sendiri-sendiri, betapa anehnya soal-soal ini. Soal yang kemarin saja belum terpecahkan, malah sekarang ditambah lagi dengan soal baru.
"Saya beri waktu 30 menit untuk mengerjakan. Saya mau istirahat dulu," kata Pak Ali.
Semua murid menggerutu, sampai mereka menemukan ide untuk memberikan soal serupa kepada sang guru.
"Gimana, apa udah pada selesai?" Tanya Pak Ali.
"Belum Pak,"
"Gimana kalian ini, sudah diberi waktu yang lama belum juga selesai." Pak Ali protes.
"Ya gini aja Pak, gimana kalau sekarang gantian kita yang memberi Bapak soal. Soalnya sanga mudah, pasti Bapak bisa. Mau ya?" tanya Karina.
Pak Ali terlihat sedikit panik, tap tak ayal meng-iyakan permintaan sang murid.
"Baiklah," jawabnya.
"Begini Pak, dengarkan baik-baik." Lisa menirukan gaya bicara Pak Ali, "karna Bapak memberikan kami 2 soal, maka kami juga memberikan Bapak jumlah yang sama." lanjutnya.
"Jika jarak roket dari permukaan bumi adalah 700 m dengan gravitasi 10m/s2 dan jari-jari bumi 180 km. Tentukan lama waktu dan kecepatan untuk doi putus sama pacarnya dan balikan dengan kita?" tanya Lisa.
"Itu soal, atau curhatan?" tanya Pak Ali.
Yang tadinya Lisa dan kawan-kawan terpusingkan dengan soal fisika itu. Sekarang gantian Pak Ali yang kebingungan, harus menjawab apa.
"Saya harus menjawab apa?" tanya Pak Ali.
"Jawab sebisanya Pak!" seru Karina.
"Jawab dulu soal Bapak yang kemaren," kata Pak Ali, "sebuah benda bermasa 400 gr di lempakecepatan kecepatan 20 m/s. jika sudut yang terbentuk 30°C. Makan, berapa besar energi yang harus Bapak tahan menunggu kepastian Bukan mella?" lanjut Pak ali.
"Bapak jawab pertanyaan kami terlebih dahulu biar kami tau jawabannya seperti apa?" kata Karina.
"Saya hanya memberikan soal, kenapa saya juga kena." batin Pak Ali.
"Begini, saya hanya ingin mendapatkan jawaban. Tapi, kenapa malah saya yang kena jebakan kalian. Walaupun saya guru fisika, soal semacam itupun saya juga bingung. Maka dari itu, saya tanyakan soal tersebut pada kalian." jelas Pak Ali.
Sontak semua murid menggerutu tidak jelas. Terutama Lisa dan Karina,l yang tidak terima karna waktu berharganya terbuang sia-sia, hanya untuk mengerjakan soal yang entah berasal dari mana. Dan yang pasti pena dan kertasnya terbuang sia-sia untuk mencoret-coret kemarin.
"Kenapa Bapak memberikannya kepada kita. Bapak aja nggak bisa gimana kabarnya kita-kita pak?" protes Lisa.
"Siapa tau, ada ahli cinta disini dan memberikan jawaban untuk saya. Eh ternyata malah saya lagi yang kena," jawab Pak Ali.
"Emang, bapak dapet soalnya dari siapa?" tanya Karina.
"Buk Mella," jawab Pak Ali lagi dengan senyuman aneh.
.
Jadi, biang dari soal ini adalah Buku Mea.
"Lalu, kenapa Bukan Mella memberikan Soal tersebut kepada Bapak?" tanya Lisa penasaran.
"Karna, saya menyatakan perasaan. Terus dia memberikan saya soal tersebut. Jika saya bisa menjawabnya, makasih dia akan menerima saya begitupun sebaliknya jika tidak bisa jawab dia akan menolak saya." jelas Pak Ali.
Mengapa menjadi rumit gini, semua berasal dari soal yang membingungkan. Menjadi sebuah kenyataan yang sangat sukar. Soal yang memabukkan tapi juga menyesakkan. Dimana kejombloan seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus fisika.
Sontak semua murid di kelas tidak terima, mereka sudah mengerjakan soal yang memang belum diketahui jawabannya. Tapi, selanjutnya mereka semua tertawa. Mau saja mereka mengerjakan soal semacam itu,
"Saya ada ide Pak," kata Lisa.
"Ide apa itu?" tanya Pak Ali.
"Bapak jawab aja, sebisa Bapak. Jadi kami tidak perlu repot-repot mengerjakan soal itu," jawab lisa.
"Apa-apaan kau ini!"
"Maksud Lisa tuh gini Pak. Seberapa lama Bapak bagus menunggu kepastian Buk Mella? Selama hati saya masih bertahan maka, saya juga akan setia menunggu. Terus berapa masa pacar yang dibutuhkan jomblo? Seberat apapun akan saya terima dengan lapangan dada." jelas Lisa dengan pedenya.
"Itu jawaban atau curhatan Lisa."
"Jawaban sekalian curhat, lagian soalnya aneh gitu." jawab Lisa.
Garagara soal fisika yang entah siapa yang menciptakannya, membuat otak berpikir lebih keras. Karna kerasnya sampai ngilunya menjalani ke hati. Jika hati ngilu tubuh pun juga ikutan kaku, sampai seluruh tubuh mendapatkan imbasnya.
"Kamu ketularan soal fisika ya, Lisa." kata Pak Ali.
"Maksudnya Pak?" tanya Lisa.
"Menyebabkan gangguan kejiwaan untuk orang yang berada disampingnya!" jawab Pak Ali.
Lisa memutar bola matanya, "yakali, emang Lisa apaan Pak?".
"Virus mematikan!" Jawab Karina sambil tertawa.
Tak urung mereka tetap memikirkan jawaban dari soal-soal itu. Bagaimana cara mendapatkan jawaban dan bagaimana caranya orang bisa memikirkan soal seperti itu. Apakah karna yang menciptakan seorang ahli fisika yang sedang menjomlo dan menunggu kepastian. Atau seorang jomblo yang bercita-cita menjadi ilmuan jadi membuat soal semacam itu.
30 menit menjelang istirahat.
"Ada yang ngerti jawabannya?"
"Enggak Pak, saya nyerah."
"Nggak tau,"
"Pusing."
Begitu kira-kira saat Pak Ali menanyakan soalnya. Banyak alasan juga eluhan. Tak sanggup memprediksikan jawaban yang sebenarnya.
"Saya nyerah Pak, walaupun berpikir seribu kali, Kalau udah saatnya ketemu jodoh pasti disatukan. Beda sama soal ini, meski berpikir sampai pusing nggak ada ketemu sama jawabannya." jelas Lisa.
"Kamu ... memang benar. Kita diousingkan hanya karna soal fisika semua jadi pusing dan bingung. Pelajaran pun terganggu," ucap Pak Ali.
"Iya Pak, karna soal fisika waktu saya terganggu untuk mengerjakannya. Belum lagi cemilan yang saya makan. Semua butuh duit, butuh istirahat juga." curhat Lisa.
Semua berawal dari soal Fisika yang berkembang menjadi kebingungan. Apakah belajar sesulit ini. Meraih ilmu banyak godaan yang ganggu, gimana cara agar fokus pada satu titik saja.
Hanya karna soal fisika, membuktikan kalau soal fisika tidak hanya susah di luarnya. Tapi juga di dalamnya. Tidak semua dapat dikerjakan dengan mudah, walau oleh murid paling cerdas sekalipu. Hanya ada satu kalimat yang tersimpan di dalam pikiran Lisa.
"Apa hanya karna soal fisika, gue greget sendiri sampe bingung mau ngapain Lagi?"
Selesai ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top