AALove2~16

"Sayang, pasangin anting aku, sudah bener ini masuknya apa lubangnya buntu ya..." Sisi yang duduk didepan cermin sambil meraba telinganya memasukkan anting yang hanya tinggal tusuk tapi nggak bisa tembus. Digo mendekati dan membantu Sisi memasang anting.

"Enggak buntu kok kayaknya, kamu aja yang salah posisi nusuknya kali..." Digo menyentuh telinga Sisi.

"Makanya bantuiiiinnnnn..." ucap Sisi dengan nada manja.

"Iya bentaran sayang, sabar ya ini ditembusin," Digo membantu memasangkan sebelah anting Sisi yang sedari tadi susah dimasukkan.

"Sakit?" tanya Digo mengusap anting yang sudah dipasangnya.

"Sedikit shhh...." Sisi mengerucutkan hidungnya.

"Kok bisa ya sakit padahal make anting teruskan?" tanya Digo sambil mengelus telinga Sisi yang baru saja dipasangkan anting.

"Kemarin agak gatal jadi aku lepas..." sahut Sisi.

"Udah, sayang Sisi."

"Makacihhh sayang Digo."

Pandangan Digo jatuh pada leher Sisi yang jenjang ketika menengadah kearahnya. Reflex Digo menunduk dan menyentuh leher Sisi dengan bibirnya membuat Sisi merinding.

"Digooo..." Sisi melotot dari cermin. Susah payah tanda yang dibuat Digo tadi siang dihilangkan dengan menutupi pakai foundation. Sekarang mau bikin baru lagi.

"Umiii, Abiiiii......" suara Maliq mengejutkan Sisi. Anak itu datang bersama ibunya. Baru saja Digo membukakan pintu dan Maliq menunggu diruang tamu bersama ibunya. Digo lalu pamit masuk kedalam kamar memanggil Sisi yang sedang siap-siap akan pergi kerumah Aba-nya Jabar.

"Liq ga liat," ucap Maliq menutupi matanya. Sisi menahan tawa dan mencubit lengan Digo.

"Sakit tau," Digo tertawa sambil balas mencubit lengan Sisi. Ada-ada aja mereka. Nggak Jabar dan Flo, sekarang ada Maliq yang suka demo. Digo menggendong Maliq dan membawanya keluar kamar dan Sisi menggandeng lengannya. Udah kaya keluarga kecil aja, ada Abi, Umi dan anaknya.

*****

"Assallamualaikummmm...."

"Wa'alaikumsalammmm...."

"Haiii pengantin baruuuu," teriakan Aba-nya Jabar saudara almarhum Abi Digo mengisi ruangan yang diramaikan keluarga mereka ketika mereka baru sampai disana.

"Udah tiga bulan Ami, bukan baru lagi," sahut Sisi mendekati dan mencium tangan Aba Jabar yang dia sebut Ami atau paman itu.

"Masih barulah, masih hangat kan belum dingin..." sahut Aba Jabar.

"Euy, jangan ampe dinginlah, Ami gimana sih?" Sahut Digo protes dengan ucapan Ami-nya.

"Yah tergantung kaliannya, mau dioven terus atau masukin kulkas," sahut Umi meledek membuat yang lain tertawa ramai.

"Aihhh udah bawa anak aja, anak siapa nih?" tanya Jabar menunjuk Maliq yang ada digendongan Digo.

"Anak tetangga," sahut Sisi.

"Bukan diculikkan?" tanya Jabar curiga.

"Diculiklah, karna emaknya terpaksa ngelepas sama kita," sahut Digo lagi.

"Ya ampun kok bisa?" Sahut Flo sambil mencubit pipi Maliq.

"Dia lengket sama uminya," sahut Digo lagi sementara Sisi menghampiri Aba Jabar, Umi Digo juga keluarga yang lebih tua untuk disalami.

"Umi?" Kening Jabar berkerut tak mengerti. Lengket sama uminya tapi kenapa ikut orang?

"Tuhh uminya...." Digo menunjuk Sisi dengan dagunya sementara Maliq masih berada dalam gendongannya.

Maliq akhirnya mereka bawa keacara keluarga karna ketika lepas magrib tadi itu, Digo dan Sisi bersiap-siap pergi anak itu datang lagi ke apartemen mereka. Dua jam tertidur, Maliq terbangun karna diambil ibunya sementara Digo sudah kembali ke tambaknya.

"Hmmm, hitung-hitung mancing punya baby lah..."

"Baru juga hampir tiga bulan, belum juga setahun udah pakai pancingan segala..." sahut Jabar menanggapi ucapan Digo tentang keinginan punya seorang baby.

"Udah kepingin gue!" Sahut Digo, "kasian Sisi sendirian dirumah, akhir-akhir ini gue jarang balik siang karna terlalu sibuk," lanjut Digo lagi.

"Berdoa aja deh bos, masa lo berdua nggak subur sih?"

"Nggak tau padahal gaspol gue!!"

"Wuihhh gaspol, itu kepingin punya anak atau karna emang napsu doang ...?" seru Jabar meledek diiringi tawa Digo. Digo menurunkan Maliq dan duduk disofa. Maliq berdiri diantara pahanya kini.

"Ntar juga lo ngerasain gimana nikmatnya jadi pengantin baru, mau lagi dan lagi ... "

Jabar tertawa terbahak mendengar ucapan Digo. Teringat kejadian dirumah saat masih tinggal berempat.

"Gue dukung lo langsung pindah, daripada Flo unjuk rasa..." lanjut Digo lagi dan Jabar tergelak lagi.

"Apaan sih nih dua orang, ikut nimbrung dong!?" Kata Sisi yang mendekati mereka.

"Jangan, ini urusan cowok," sahut Jabar.

"Dia minta ajarin first nigth umi..." Digo menahan tawa sambil memandang Sisi yang mendaratkan pantat disampingnya.

"Cailah mbem dan ncit udah dibuang?" tanya Jabar dengan nada meledek mendengar panggilan Digo pada Sisi sudah berubah.

"Ditegur sama Maliq, ya kan Maliq..." Sisi mencubit pipi Maliq yang sedari tadi anteng diantara kaki Digo sambil mengamati Digo dan Sisi berinteraksi.
"Kok pendiem sih ni anak?" ujar Jabar lagi keheranan.

"Ada orang baru dia diem, sama kita dirumah dia ngoceh mulu kok!" Kata Sisi menarik Maliq dan mengangkat anak itu untuk duduk dipangkuannya. Maliq bersandar didada Sisi.

"Umii..." panggil Maliq sambil menengadah menatap Sisi.

"Iya?" Tanya Sisi menunduk memandang Maliq.

"Liq ausss...." ucap Maliq memelas.

"Oh mau minum," Sisi membenahi rambutnya sebelum menggeser Maliq dari pangkuannya.

"Umi..." panggil Maliq lagi.

"Hmm kenapa Liq?" tanya Sisi lagi melihat Maliq yang masih menengadah menatapnya sebelum Sisi menurunkan dari pangkuan.

"Ni kok melah, umi luka?"

Sisi melebarkan mata mendengar ucapan Maliq terlebih tangan mungilnya menunjuk tanda dileher Sisi.

"Gala-gala tadi digigit abi ya umi? tanya Maliq lagi sebelum Sisi menjawab membuat wajah Sisi memerah. Jabar menahan tawanya. Mampus dah. Makanya jangan macem-macem ada anak kecil. Ternyata anak kecil unjuk rasanya bisa didepan umum.

"Maliq mau minum, sini abi ambilkan," Digo berdiri bersiap mengambilkan minuman yang terlihat tersusun diatas meja disudut ruangan.

"Nih nih minumnya, tante Flo udah ambilkan ya... " Flo yang sedari tadi hanya menyimak menyahut sambil menyodorkan minuman ditangannya pada Maliq dan meminumkannya sementara Sisi seperti beku ditempatnya.

'Ini gara-gara Digo nih! Lagian kapan Maliq lihat Digo kasih tanda dileher gue sih, bukannya tadi siang dia tidurnya menghadap tembok?' Sisi membatin antara malu dan bingung. Eh, bukannya tadi Maliq tiba-tiba masuk kamar. Sisi teringat kejadian memasang anting sebelum pergi tadi. 'Oh iyaaa....!' Sisi membatin lagi.

"Maliq, bilang nanti sama abi umi ya, kalau shooting jangan depan anak kecil," ucap Flo setelah Maliq selesai minum.

"Coting apa te'?" tanya Maliq bingung.

"Shooting gigit-gigitan..." sahut Flo asal.

"Liq cuka ditium ja, ga cuka digigit," sahut Maliq lagi dengan lucunya.

"Emangnya umi sering dicium abi depan Maliq?"

Maliq mengangguk menjawab tanya Flo.

"Dasar ya kalian ini, nggak inget ada anak orang sosor sosoran juga kerjaannya..." celetuk Jabar mulai ribut.

'Yah mulai deh didemo,' batin Sisi dan Digo.'Padahal kan tadi gue ciumannya pas siap-siap dikamar, sedangkan Maliq diruang tamu menunggu bersama ibunya, tau-tau dia udah ada disamping kita yang berdiri didepan meja rias.' Sungut Sisi dalam hati.

Terpaksa Digo dan Sisi diam, nanti panjang ceritanya kalau sampai Flo dan Jabar ribut dan didengar oleh orang-orang tua yang sedang berkumpul disudut lain. Malu. Urusan dalam kamar jangan sampai jadi konsumsi publik dong. Haha.
Tapi namanya juga pengantin baru, harus rela jadi bulan-bulanan.

"Tunggu giliran lo Ja...!!" Ancam Digo dengan wajah sentimen menunjuk wajah Jabar disambut tawa terbahak yang ditunjuk.

"Gue pasrah dahhh..." sahut Jabar, "nikmatin dulu ngecengin lo bedua," gelaknya lagi.

"Tunggu lo tiga hari lagi, jangan sampai lo lebih hot shootingnya dari gue....."

*****

Ternyata lo bener, asoyyyy, berasa yang lain ngontrak euyyyyy........

Pesan dari Jabar setelah pernikahannya membuat Digo tergelak dan menunjukkannya pada Sisi.

"Nohhh Jabarrrr......"

Masih mending lo nggak di demo

Nggak didemo gimana, mertua gue bolak-balik depan kamar gueeee

Digo dan Sisi tertawa geli membaca pesan Jabar.

Makanya buruan pindah lo

Disuruh seminggu dulu sama mertua sebelum pisah sama anaknya

Ya udah, sabar berarti

Udah nggak sabar pingin berduaan biar bisa bebas guling-gulingan

"Ishhh, kayak gitu kemarin unjuk rasa mulu sama kita...." komentar Sisi sambil bersandar dibahu Digo yang sedang memandang layar hape.

"Makanya dia unjuk rasa duluan sebelum kita yang nge-cengin, dasar!" Digo menaruh handphonenya dimeja kecil samping tempat tidur.
Digo menekan saklar lampu diatas mereka dan seketika kamar mereka jadi gelap lalu menyalakan lampu tidur diatas meja hingga kamar menjadi remang-remang.

Sisi membetulkan posisi tubuhnya dan memeluk Digo. Digo mengecup keningnya dan membalas pelukan Sisi.

"Jangan sampai Jabar berhasil memproduksi janin duluan nih........"

"Ya mau gimana? Namanya juga belum dikasih, kan kita punya Maliq!"

"Maliq lucu ya, semoga kita cepetan dapet baby deh biar bisa diuyelin gemesssss!!" Digo menguyel-uyel pipi Sisi.

"Aamiin, semoga yaa, aku siap kok sekarang nampung benih kamu...." ujar Sisi mengingat ucapannya yang merasa belum siap hamil dan merawat bayi kemarin.

"Pasti siap sayang......"

Sisi memandang Digo dengan wajah resah. Mungkin Digo tak menyadari dengan raut wajah Sisi yang mulai gelisah karna suasana dalam kamar remang-remang. Sisi merasa tak nyaman karna tak bisa memenuhi keinginan Digo segera.

"Ya Allah, kenapa aku belum hamil juga?"

**************************
Banjarmasin, 11 September 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: