AALove2~10
Kesulitan adalah salah satu ujian dalam hidup
Sangat mudah bahagia bersama disaat sukses
Dan kita akan tetap bahagia bersama dalam situasi tersulit
Hanya dengan Setia dan Jaga hati
Itu saja....
~Digo-Sisi~
*****
"Bilang sama saya siapa diantara kalian yang berkhianat!?"
Suasana hening. Umi Digo menunjuk tiga security didepannya yang tertunduk dengan wajah gugupnya.
Kenapa umi jadi ikut turun tangan? Karna ia tahu Digo takkan bisa menahan diri untuk tidak dengan kekerasan memaksa mereka mengaku siapa yang telah berkhianat?
Umi merasa tak tega melihat Digo yang frustasi karna kegagalan panennya. Setelah diselidiki ternyata penyebab kematian ikan kemungkinan keracunan sisa makanan yang berlebihan. Kemungkinan itu terlihat dari banyaknya sisa makanan yang tertempel didasar dan didinding kolam. Kelebihan makanan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri pembusuk, sehingga dapat mengurangi kadar oksigen, dan menghasilkan bahan "beracun" lain yang dapat berakibat fatal pada ikan.
"Rafi?" Umi berkata pada security yang pertama duduk paling kanan. Yang disebut Rafi itu hanya menggeleng tegas.
"Tama?" Yang disebut Tama terdiam tanpa suara.
"Dio?"
Umi beralih pada Dio.
"Lo bilang aja Tama, siapa yang memaksa masuk ketika lo kena shift ketiga," ucap Security bernama Dio itu membuat Tama bertambah gugup.
"Maksudnya gimana?" tanya Umi terlihat marah.
Shift ketiga adalah shift tengah malam sampai pagi. Berarti ada yang datang ditengah malam buta. Siapa?
"Saya melahirkan anak saya bukan hanya untuk dijahati orang ya, gara-gara hasil panennya gagal, restoran yang bekerja sama dengan dia memutuskan kontrak karna Digo tidak bisa memenuhi stok mereka, saya kira kalian punya hati untuk mau ikut menyelesaikan persoalan ini dengan bekerja sama mengungkap siapa sebenarnya dalang dari kasus ini!" Tegas ucapan umi pada security didepannya.
"Tengah malam itu dia nggak bisa masuk karna saya tolak, dia hanya menitipkan banyak sisa makanan untuk dimasukkan kedalam kolam ikan, dan saya tidak tahu kalau hal itu akan memicu kematian ikan!" Sahut Tama dengan nada gugup.
"Siapa dia?" tanya umi lagi.
Tama menggeleng.
"Saya nggak tahu siapa dia, bu!"
"Bohong!"
"Bener bu, saya nggak tau!"
"Ciri-cirinya?"
"Dia hanya bilang namanya Une!"
"Une?" Umi mengeryitkan alis. Une? Une bekas anak buah ditambak Digo terdahulu dibawah kepemimpinan Doni suami Shila? Umi mengeryitkan alis mengingat Uncle dan Anty Digo yang sekaligus adiknya itu?
Jadi ini perbuatan Doni dan Shila? Mungkin saja. Umi menghela nafasnya. Tapi Une dulu dipecat entah karna apa? Jadi rasanya Une juga tak mungkin bekerja untuk Doni dan Shila sekarang.
"Silahkan bekerja lagi, saya akan bicarakan dengan Digo, tolong kalau ada apa-apa di shift kedua dan ketiga segera laporkan jangan diam saja, ini merugikan anak saya!"
Umi berdiri dan berlalu dari ruangan security. Memasuki ruangan Digo, uminya menarik nafas terlebih dahulu. Terlihat Digo sedang tidur dipangkuan Sisi sambil melipat tangannya didada dengan menggenggam tangan Sisi.
"Ada informasi baru, umi?" tanya Sisi memandang umi yang duduk disebrang mereka dengan ekspresi tegang.
"Kita nunggu om Rinto saja, Si!"
"Memang kenapa umi?"
"Menurut pengakuan Tama, ada yang datang kesini memberi sisa makanan yang sangat banyak tiap hari dan dititipkan sama dia, dia sendiri nggak tau kalau ikan ikan itu nggak boleh kelebihan makanan karna bisa keracunan!" tutur Umi membuat kening Sisi berkerut.
"Aneh," gumam Sisi.
"Anehnya dimana, Si?"
"Masa dia nggak tau ikan nggak boleh banyak dikasih sisa makanan? Dia berapa lama kerja disini? Rasanya lebih dari enam bulan kan umi?"
"Tapi dia bilang yang datang itu menyebut dirinya Une, diakan anak buah Digo dulu ditambak anty dan uncle, urusannya itu pasti sekongkol sama orang-orang itu!"
"Berarti kita harus analisa lagi umi, yang bener itu Une atau Tama, yang jelas pelakunya punya motif yang nggak baik, dan kemungkinan kemungkinan lain pasti ada!"
"Mana mungkin Une sekongkol sama Uncle dan Anty, umi, bukannya dia dipecat gara-gara nasehatin anty jangan memaksakan kehendak sama Digo!" Sahut Digo sambil membuka matanya yang sedikit berat.
"Lalu kenapa dia sekarang nggak ikut kamu setelah kamu nggak lagi sama-sama anty dan uncle?" tanya umi menyelidik.
"Kan kemarin Digo serahin sepenuhnya sama karyawan dan karyawati disana umi, mau ikut sama Digo atau tetap bersama anty dan uncle," jawab Digo sambil beranjak duduk.
"Apa umi yakin ucapan Tama bisa dipercaya, umi?" tanya Sisi akhirnya.
"Menurut cerita dia begitu," sahut umi setelah terdiam sejenak.
"Takutnya dia cuma cari selamat dan cari kambing hitam," ucap Sisi lagi.
"Tapi diakan nggak tau Une ya, kok bisa nyebut nama Une?" sahut umi lagi dengan nada bertanya sambil mengerutkan kening.
Sisi ikut mengerutkan kening.
Kenapa rasanya persoalan jadi tambah rumit? Sepertinya tak ada yang bisa dipercaya. Semua orang disekitar mereka jadi mencurigakan.
"Sepertinya kita harus waspada sama semua orang yang ada disekitar kita," Digo menaruh telapak tangannya dikepala Sisi.
"Kok bilang begitu?" Sebenarnya Sisi satu suara dengan Digo tapi dia ingin tahu apa alasan Digo mengatakan mereka harus waspada pada semua orang.
"Karna kita tak tahu isi hati orang terhadap kita, apakah itu dia baik apalagi buruk," sahut Digo lagi.
"Umi akan lebih memaksa lagi agar Tama mau bicara yang sesungguhnya!" ucap Umi.
Tok.Tok.
Pintu terbuka setelah terdengar diketuk.
"Tumben ngetuk pintu?" tanya Digo melihat Jabar masuk dengan wajah tegang.
"Ngetuk pintu salah, nggak ngetuk nti dibilang nyelonong, apa sih yang bener dimata lo, bos?" sahut Jabar mencelos.
"Saat ini nggak ada yang bener!" Digo balik menyahut.
"Memang, nih bukti Tama penyebab tambak lo gagal!!"
"Apa?"
Jabar mengeluarkan handphone dan terlihat rekaman video dimana Tama sedang berbicara dengan Dio.
"Ngapain gue ngaku, mau matiin mata pencarian gue lo? ada yang disalahkan ini, lagian juga emang une pernah datangin gue kerumah nanyain bos,"
"Otak lo kayak cewe banget, bro!"
"Biar saja, daripada bos kita yang ingusan tapi sok mau kawin itu, pikirin kesejahteraan kita dulu baru mau kawin, mampuskan ikannya pada mati!"
"Ck. Gila lo!"
Rasanya geram sekali melihatnya. Digo sampai mengepalkan tangannya kuat-kuat. Digo berdiri dengan wajah keras diiringi gerakan cepat Sisi menahannya.
"Digo, Digo, please tahan emosinya!"
"Enggak bisa tahan sama kebusukan kayak gini, Sisi!"
"Please, tarik nafas dulu sayang, ya ya jangan tersulut emosi,"
"APA LO NGGAK NGERTI PERASAAN GUE?"
"DIGO?" Umi ikut bersuara dengan nada keras mendengar kalimat kemarahan Digo.
Digo seketika tersadar dan menghempaskan dirinya lagi di Sofa. Siapa yang tidak kalut? Berhari-hari mengurus kegagalan panen dan mengulang lagi dari awal, ternyata pelakunya tak jauh-jauh. Hanya gara-gara rencana pernikahannya, siapa yang tak murka?
"Maafin aku ya..." Digo menatap Sisi menyesal. Sisi mengangguk mencoba memahami meski dadanya sempat nyeri karna bentakan Digo.
"Maaf ya!" Digo meraih kepala Sisi dan memeluknya karna merasa bersalah melihat wajah Sisi yang pias karna mendengar suara dengan nada kerasnya. Bukan salah Sisi, bahkan dia hanya mencoba menenangkan.
Suara tarikan air didalam hidung Sisi terdengar membuat Digo menyadari Sisi menangis. Digo tambah erat memeluk Sisi dalam dekapannya sementara hidung Sisi menyentuh lekukan lehernya.
"Lo harus tahan emosi lo bos, biar gue yang selesaikan Tama," ucap Jabar sambil melangkah menuju keluar.
"Umi ikut Ja," umi berdiri dari duduknya setelah menghela napas. Jabar berhenti didepan pintu menunggu Umi yang menghampiri lalu bersama-sama keluar dari ruangan Digo.
Lama Digo dan Sisi terdiam sepeninggal Umi dan Jabar. Digo sungguh merasa bersalah pada Sisi.
"Maaf..."
"Kamu tuu nggak bisa nahan diri apa, supaya jangan bentakin aku terus?"
"Iya, aku salah."
"Kamu selalu mau nimbulin masalah baru kalau ada masalah."
"Nggak sengaja, maafin aku, itu memang kekurangan aku sayang, maaf ya!"
Digo menciumi kepala Sisi berulang kali dan menghapus airmatanya.
"Janji ya, ada terus disaat tersulit sekalipun..." ucap Digo berharap Sisi tetap berada disampingnya dan bertahan menghadapi dirinya yang terkadang tak bisa mengendalikan emosi.
Sisi menyusut hidungnya yang mengeluarkan cairan lalu Digo membantu menyusutnya dan membiarkan bajunya menjadi tempat membersihkan tangan dari cairan berlendir dari hidung Sisi yang disusutnya.
"Aku selalu akan sama-sama kamu terus dimasa paling sulit sekalipun, Digo," sahut Sisi seperti bergumam dan aku semakin memeluknya.
*****
Fakta baru, ternyata Tama tak ingin dinyatakan bersalah sendirian. Ia mengaku bahwa Une juga menginginkan tambak Digo gagal panen. Alasannya karna gadis itu tak ingin Digo menikah segera dengan Sisi. Une ada perasaan tertentu pada Digo sejak dulu makanya Anty dan Uncle dulu dilawannya karna menghalangi keinginannya untuk mendekati Digo.
Siapa yang mau percaya? Tak ada yang mau percaya karna video diponsel Jabar menunjukkan kalau Tama mengakui perbuatannya.
"Sudahlah Tama, kenapa lo nyalahin gue, jelas-jelas lo yang kasih makan berlebihan sama itu ikan-ikan agar mati dan gagal panen, kenapa lo nyalahin gue?" Une yang dijemput untuk mengklarifikasi tuduhan Tama menunjuk wajah laki-laki itu dengan sangar. Sejak kapan mereka kenal?
"Kan lo kemarin ada ngomong ke gue, mending bikin mati aja itu ikan-ikan biar mereka gagal menikah!" Sahut Tama tidak kalah sangar.
"Apa sih kalian ini?" tanya umi tak sabar. "Sudahlah Tama, akui saja kesalahanmu biar hukumannya tidak tambah berat," lanjut umi.
"Gue nggak ngerti kenapa sampai kalian repot sekali sampai berusaha menggagalkan pernikahan gue? Berat banget bila gue sama Sisi kenapa?"
"Karna Une suka sama lo, bos, dia benci sama Sisi," Sahut Tama menbuat Une melotot.
"Lo yang benci kan sama Sisi, karna dia Digo mikirin kawin lalu nggak mikirin kesejahteraan lo!" sahut Une panas.
"Gue nggak ngerti ya kenapa kalian ini benci sama Sisi? Salah Sisi apa gitu sama kalian?" komentar Digo dengan wajah mengeras jengkel.
"Salah aku, aku dicintai pria yang dicintai banyak orang, ncit!" sahut Sisi membuat Digo menatapnya penuh arti.
"Kalau aku cinta dan ingin menikah sama kamu, itu salah juga?" Tanya Digo dengan nada menekan sementara yang lain terdiam hening.
"Salah bagi yang mencintai kamu," sahut Sisi lagi.
"Kalau gitu minggu depan kita menikah, beberapa hari ini aku urus surat menyuratnya dulu, jangan pikir karna aku gagal panen, aku menunda pernikahanku, sekarang malah ingin aku percepat..."
**********************************
Banjarmasin, 21 Agustus 2016
Hahaha entahlah, rasanya kangen banget update cerita ini.
Teman-teman, terima kasih semangatnya ya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top