Part 5

"MBOK IPEH"teriakan Clorinda menggema diruang tamu.

"Iya non Vania"ucap seseorang berjalan menghampiri Clorinda.

"Pinjem baju daster mbok dong"ucap Clorinda lembut.

Mbok Ipeh membulatkan matanya, bagaimana mungkin anak majikannya meminjam baju daster miliknya.

"Non, baju bibi jelek semua gak pantes buat non"ucap mbok Ipeh jujur.

Clorinda menatap mbok Ipeh malas"Mbok gak usah gitu, emangnya pernah gitu Vania hina mbok atau jelek-jelekin baju mbok. Vania pinjem baju mbok karena mau gagalin rencana bunda".

"Maaf non, maksud bibi bukan gitu kok. Yaudah non tunggu disini ya bibi ambilin dulu"ucapnya.

Clorinda mengangguk lalu berjalan ke sofa untuk duduk, sebenarnya apa yang sedang di rencanakan oleh Natasha.
Clorinda melirik jam yang sudah menunjukan pukul tujuh malam, pasti jika dirinya datang telat Natasha pasti akan mengomel.

"Ah mending gue mandi ular aja kali ya, ini si mbok mana sih"ucapnya tak sabaran.

"Non ini baju nya"ucap mbok Ipeh memberikan daster berwarna pink.

Clorinda membulatkan matanya , haruskah dirinya memakai daster warna pink.

"Mbok gak ada lagi warna yang lebih kalem gitu , jangan pink dong"ucap Clorinda sedikit geli.

"Menurut bibi ini cocok buat non" mbok Ipeh tersenyum.

Clorinda mengambil daster tersebut lalu tersenyum tipis "Ya udah deh makasih ya mbok, Vania ke atas dulu mau siap-siap".

Clorinda bangkit dari duduknya lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, sesampainya diatas Clorinda langsung membuka pintu kamarnya untuk bersiap-siap.

*****************************************

Clorinda berdiri di meja rias kamarnya , ia mengucir rambutnya lalu memoles sedikit wajahnya dengan beda. Clorinda merasa masih kurang dengan penampilannya, ia mengambil spidol lalu membuat sebuah tompel besar di pipinya.

"Ah udah pas ini, gue yakin tuh  sahabat bunda pasti ilfeel liat gue nanti"ucapnya senang.

Clorinda berjalan keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga.

"Pak Agus"ucap Clorinda sedikit keras.

"Ia non, astagfirullah non kenapa jadi kaya gini"ucap pak agus kaget saat berjalan dari dapur.

"Gapap pak, Vania cuma mau ini pake baju ini. bapak anterin Vania ya ke cafe bunda"ucap Vania terkekeh.

Pak Agus mengangguk lalu berjalan duluan keluar untuk menyiapkan mobil, Clorinda tersenyum senang melihat reaksi pak Agus tadi. Berarti sahabat dari Natasha pun akan ikut kaget melihat dirinya, ia berjalan keluar karena tidak ingin membuat Natasha berceramah.
Clorinda memasuki mobilnya dan pak Agus mulai melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan senyum terukir diwajah cantiknya, Clorinda sudah tidak sabar melihat expresi sahabat dari Natasha melihat penampilan dirinya.

Tanpa terasa Clorinda sudah sampai di depan cafe milik Natasha, ia turun dari mobil lalu berjalan memasuki  cafe.

"Tante, bunda ketemuan sama sahabatnya dimana ? anterin Vania dong"ucap Clorida tersenyum manis.

Shinta memandang intens Clorinda dari bawah sampai atas , bagaimana bisa Clorida berpakaian seperti pembantu , dan bahkan lebih jelek dari pembantu dengan tompel yang besar di pipinya.

"Vania, kamu sehat?"tanya Shinta selidik.

"Sehat lah tante, cepet anterin Vania nanti bunda marah lagi"ucap Clorinda tak sabaran.

Shinta menghembuskan nafas berat, ia membawa Clorinda ke tempat private room yang Natasha gunakan untuk pertemuan bersama sahabatnya. Shinta tidak berani melihat expresi Natasha dan semua orang yang berada disana, ia yakin Natasha akan sangat kaget melihat putrinya ini.

"Ini ruangan pertemuannya, kamu masuk aja ya"ucap Shinta.

Clorinda mengangguk lalu membuka pintu ruangan " Hai semua"

Semua orang yang berada diruang itu menatap ke arah pintu, dengan berbagai pandangan yang sulit di artikan. Natasha melotot melihat gaya berpakaian Clorinda, ia suda menyuruh Clorinda tampil cantik bukan seperti ini.

"Vania, kamu ngapain kaya gini"ucap Natasha kaget.

Clorinda tidak menjawab malah menunjukan senyum polosnya , ia berjalan lalu duduk disamping Cleosa.

"Hai abang"sapa Clorinda lembut.

"Eugh hai juga baby"ucap Cleosa kikuk.

Reva sedari tadi menahan tawanya, ia yakin putri Natasha mengikuti kelakuan ibunya.
Vanno dan Natasha saling pandang mereka bingung harus memulai bagaimana.

"Um kenalin Vania , ini tante Reva sebelahnya itu suaminya om Axel dan yang cowok ganteng itu namanya Arsen"ucap Natasha memperkenalkan.

"Oh"jawab Clorinda polos.

Cleosa menahan senyumnya, mengapa adiknya ini malah merespons singkat padahal ia tau Natasha sedang mencairkan suasana.

"Arsen kamu ajak Vania ke taman gih, mamah sama papah ada yang mau di bicarain sama tante Natasha"suruh Reva.

"Loh tante, abang aku gak di ajak?"tanya Clorinda bingung.

"Abang kamu mau ayah ajarin bisnis, jadi kamu sama Arsen keluar dulu"ucap Vanno lembut.

"Oh"

"Kamu nanti kenalan sama Arsen ya diluar nanti , Arsen jangan malu ya buat ngajak Vania ngobrol dia orangnya asik kok"ucap Natasha ramah.

Clorinda mengangguk lalu bangkit dari kursinya, Arsen mengikuti Clorinda mereka berdua berjalan keluar dari private room.
Clorinda berjalan menuju taman lalu duduk di sebuah ayunan ,Arsen berdiri di depan Clorinda.

Dirinya manatap orang di depan datar, mengapa Natasha nyuruh Clorinda untuk mengenal dia. Padahal Clorinda udah buat acara makan malam ini supaya gagal dengan gaya berpakaian dirinya.

"Lo anak tante Natasha?"tanya cowok itu.

Clorinda bercermin menggunakan kaca yang ia bawa , ia tersenyum tipis melihat dirinya yang menggunakan daster mbok Ipeh tompel yang besar di pipinya,  dan rambut yang di kucir.
Clorinda sengaja datang ke acara makan malam pake baju seperti ini , agar Natasha tidak mengenalkan dirinya dengan anak sahabatnya. Namun sayang sepertinya rencana dirinya gagal.

"Ya"

"Kenalin gue Arsen Juvenal Elfreda Austria"ucapnya tersenyum manis mengulurkan tangannya.

Clorinda menjabat tangannya "Clorinda Vania Sophie Lexandrian cewek cantik imut manis melebihi Christina Perri"

Dia menatap Clorinda dari bawah sampai atas lalu tersenyum manis , Clorinda mengerutkan dahi.

"Lo cantik meski pakai baju kaya gitu"ucapnya lembut.

"Sorry omongan lo gak mempan sama gue"ucap Clorinda datar.

"Tapi gue serius, lo cantik bahkan sangat cantik dengan tompel palsu lo itu"ucap Arsen tersenyum.

Clorinda menatap sebal pada Arsen, bagaimana bisa Natasha mengenalkan dirinya pada terong genit seperti Arsen.
Clorinda memilih beranjak dari duduknya meninggalkan Arsen di taman. Clorinda berjalan keluar menuju parkiran , ia yakin pak Agus masih disini menunggu dirinya.

Arsen menatap kepergian Clorinda dengan senyuman yang terukir di wajah tampan miliknya.

"Cewek yang menarik kayanya dia beda dari cewek lain diluar sana. gue harus jadiin dia sebagai pacar karena gue rasa love at first sight"ucap Arsen penuh tekad.

Arsen beranjak dari duduknya lalu berjalan  kembali memasuki restoran, untuk bergabung bersama keluarganya dan keluarga Clorinda melanjutkan acara makan malam. Arsen duduk kembali bersama kedua orangtua nya dan keluarga Clorinda.

"Loh Vania mana?"tanya Natasha bingung.

"Kayanya dia pulang tante"jawab Arsen sedikit ragu.

"Haha, anak lo mirip kelakuan emaknya duh Caca"ucap Reva terkekeh.

"Diem lo"ucap Natasha sebal.

Cleosa Nicolas Hamizan Anderson kembaran dari Clorinda hanya tersenyum tipis , ia tau kelakuan adiknya itu akan selalu membuat Natasha kesal atau sebal apalagi dengan gaya pakaian dia saat datang ke acara makan malam ini.

"Btw ya Caca, gue udah urus kepindahan anak gue ke LIS"ucap Reva senang.

Natasha langsung menatap Reva berbinar-binar " Serius lo? ah gue seneng akhirnya anak gue ada yang mau juga"

Cleosa mengerutkan dahi, ia seperti mengerti arah obrolan Natasha dan Reva.

"Gimana Arsen kamu cocok kan?"tanya Reva  lembut.

"Iya mah , Arsen cocok dia gadis yang beda"ucap Arsen tersenyum tipis.

Arsen memang mengetahui karena Reva sudah memberitahu, bahwa dirinya akan di kenalkan pada anak sahabat dari Reva.
Sedangkan Natasha tidak bilang pada Clorinda, ia yakin anaknya itu akan berbuat sesuatu seperti sekarang contohnya yang datang dengan gaya aneh lalu pulang tanpa pamit.

"Ah Arsen kamu memang pantes jadi menantu tante"ucap Natasha senang.

Vanno dan Axel mereka berdua sedang asik mengobrolkan tentang bisnis mereka berdua, Cleosa menatap intens Arsen ia akan mengawasi Arsen , ia tidak akan membiarkan Clorinda disakiti oleh Arsen.

"Nico , nanti kamu bantuin Arsen deket sama Vania ya"perintah Natasha.

"Iya bunda"

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, Reva maupun Natasha meninggakan private room. Mereka semua sekarang sedang berada di parkiran.

"Ca, gue balik duluan ya. Lo hati-hati pulangnya bareng laki sama anak lo"ucap Reva memasuki mobil.

"Iya lo juga ya hati-hati" Natasha melambaikan tangannya melihat mobil Axel yang sudah pergi.

"Ayo kita pulang"ajak Vanno memasuki mobil.

Natasha dan Cleosa pun mengikut Vanno memasuki mobil, Vanno segera melajukan mobilnya meninggalkan cafe. Ia tidak tega meninggalkan Clorinda sendirian dirumah, meski ada mbok Ipeh dan pak Agus.

"Van aku sebel ih, masa Vania kaya gitu. untung aja Arsen gak ilfeel"ucap Natasha kesal.

"Udah deh Caca, kan Arsen nya juga mau kenalan sama Vania. jangan bete gitu dong nanti cantiknya ilang"ucap Vanno lembut.

"Ih geli gue , gombalan lo recehan"cibir Natasha.

"Caca"tegur Vanno.

"Hehe maaf Van, udah kebiasa gue lu sih"ucap Natasha pelan.

Cleosa memilih memejamkan matanya , karena ia yakin Vanno akan mengeluarkan gombalannya pada Natasha.

*****************************************
Pagi harinya, Clorinda yang sudah rapih dengan seragam yang di pakainya berlari turun kebawah sambil membawa akuarium kecil. Mata Clorinda sudah sembab, Natasha dan yang lainnya memandang Clorinda bingung.

"Baby kamu kenapa?"tanya Cleosa heran.

"Hikss hikss liat abang,  Vanessa mati bang" Clorinda menunjukan akuarium kecil miliknya, terlihat disana seekor ikan cupang sudah mati.

"Hikss hikss, nanti Gerald jadi duda bang hikss hikss"

Gerald itu adalah nama ikan cupang Clorinda satu lagi, ia tidak di tempatkan pada akuarium yang sama karena Clorinda tidak mau jika Vanessa hamil.

Natasha memandang Clorinda malas" Udah nanti beli lagi, sekarang kamu sarapan"

"Bunda, Vania itu lagi berduka di tinggal sama Vanessa" Clorinda mengusap air matanya.

"Nanti kita beli kembaran Vanessa ya , sekarang kamu sarapan terus berangkat sekolah"bujuk Natasha lembut.

"Hikss Vanessa tak tergantikan bunda"ucap Clorinda sesenggukan.

"Udah ya Vania sayang, kamu jangan nangis.  Nanti Vanessa sedih loh"ucap Vanno lembut inilah satu cara agar Clorinda berhenti menangis.

"Ayah, Vania mau kalau Vanessa di kuburin di TPU terdekat"pinta Clorinda penuh harap.

Cleosa hampir saja tersendak mendengar permintaan Clorinda, bagaimana bisa ia meminta seekor ikan di kuburkan di TPU.

"Baby, gak mungkin ikan kamu di kuburin di TPU"ucap Cleosa lembut.

"Abang, Vanessa itu udah Vania rawat dan anggap seperti anak sendiri. Jadi Vania mau Vanessa di kuburkan secara layak"ucap Clorinda polos.

Vanno memijit pelipisnya, ia heran mengapa sifat Clorinda lebih parah dari Natasha saat hamil.

"Gimana? nanti ayah kuburin Vanessa di TPU mana?"tanya Clorinda penasaran.

"TPU jeruk purut"jawab Vanno asal.

"Huaah jangan disana ayah, nanti Vanessa ketakutan kalau ketemu hantu jeruk purut kan kasian. Vanessa masih muda tapi malah meninggal, Vania kira tadi pagi Vanessa tidur soalnya pas Vania kasih makan malah diem aja"curhat Clorinda sedih.

Astaga rasanya Natasha ingin menceburkan Clorinda di kali ciliwung, ia sudah gemas melihat sikap Clorinda jika ikan kesayangannya sudah mati. Padahal Clorinda saja memberi makan semau dirinya, mbok Ipeh yang rajin memberi makan ikan Clorinda.

"Baby mending kita berangkat sekolah aja ya, nanti kamu kesiangan"ajak Cleosa lembut.

"Gak bang, Vania izin hari ini. Vania mau bikin acara yasinan buat Vanessa bang"ucap Clorinda jujur.

Natasha membulatkan matanya, yang benar saja Clorinda ingin membuat acara yasinan untuk seekor ikan cupang. Nanti yang ada di anggap gila oleh tetangga.

"Vania sayang, kamu harus sekolah ya. Nanti bunda beliin kamu ayam warna biru , kamu suka kan sama warna biru"rayu Natasha.

Clorinda mencoba berpikir dulu, haruskah dirinya mencari pengganti Vanessa. Setelah cukup lama berpikir akhirnya Clorinda mengangguk juga, Natasha menghembuskan nafas lega karena Clorinda mau juga pergi sekolah.

"Bener ya bunda bakal beliin aku ayam warna biru"ucap Clorinda memastikan.

Natasha mengangguk, ia lebih rela membelikan Clorinda anak ayam, daripada harus membuatkan acara yasinan. Semoga saja Clorinda lupa dengan acara yasinan yang akan ia buatkan untuk seekor ikan cupang.

"Ya udah deh kalau gitu Vania berangkat, yuk ah bang"ajak Clorinda.

Cleosa bangkit dari duduknya lalu menyalamin tangan Vanno dan Natasha, di ikuti oleh Clorinda setelah itu mereka berdua berjalan keluar.

"Hari ini abang pake motor baby, gak apa-apa kan?"tanya Cleosa memastikan.

Clorinda mengangguk saja, ia pun naik ke motor Cleosa dan memeluk perut Cleosa dari belakang. Cleosa segera menyalakan motornya dan melajukan menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, Clorinda dan Cleosa berjalan di koridor. Cleosa merangkul pinggang Clorinda, itu membuat siswi yang berada disana merasa iri dan menatap tajam terhadap Clorinda.

Clorinda sedang tidak ingin berdebat, ia masih berduka atas kematian ikan kesayangannya. Clorinda dan Cleosa berpisah,  mereka berdua berjalan menuju kelasnya masing-masing.
Saat Clorinda sudah di depan kelas, ia langsung masuk ke kelas dan duduk di bangkunya.

"Kamu kenapa?"tanya Cellina penasaran.

"Lagi berduka, Vanessa meninggal"ucapnya sedih.

"inalilahi wainalilahi rojiun, dia sakit apa?"tanya Cellina sekali lagi.

"Gak tau, pagi-pagi tau nya udah mati" Clorinda sedikit berkaca-kaca.

"Jangan-jangan ada yang kasih sianida ke Vanessa"tebak Cellina asal.

Clorinda memandang Cellina aneh "Kamu kebanyakan nonton si Mirna, orang Vanessa itu ikan cupang aku"

Cellina membulatkan matanya, ia pikir Clorinda sedih karena di tinggalkan oleh saudaranya atau keluarganya. Ternyata hanya karna seekor ikan cupang Clorinda sampai seperti ini.

"Jadi sedih karena ikan cuma kamu mati doang"ucap Cellina heran.

"Iya aku itu sedih karena si Vanessa mati, terus aku kasian sama Gerald dia jadi duda di usia mudanya. Coba kamu bayangin hidup Gerald tanpa Vanessa, bisa-bisa nanti dia ikutan mati juga nyusul Vanessa"curhat Clorinda sedih.

Cellina hanya tersenyum tipis, karena seorang guru memasuki kelasnya bersama seorang siswa yang sepertinya murid baru.

"Pagi anak-anak"sapa bu Intan.

"Pagi juga bu"ucap seisi kelas kompakan, minus Clorinda yang sedang menatap keluar jendela.

"Kita kedatangan murid, silahkan kenalkan diri kamu"ucap bu Intan ramah.

Cowok itu mengangguk lalu menatap ke depan " Perkenalkan gue Arsen Juvenal Elfreda Austria, kalian bisa panggil gue Arsen atau El"

Clorinda yang mendengar itu menengok ke depan lalu membulatkan matanya.

" WHAT THE HELL LO TERONG GENIT, NGAPAIN SEKOLAH DISINI"teriakan Clorinda.

"Hai Clorinda kita ketemu lagi"ucap Arsen tersenyum.

Clorinda menatap Arsen kesal, ia bangkit dari duduknya lalu berjalan melewati guru di depan. Clorinda keluar dari kelas, ia tidak memperdulikan guru itu akan memberi hukuman atau tidak pada dirinya.
Clorinda memilih berjalan ke taman saja, ia yakin disana tempatnya sepi cocok di jadikan tempat untuk tertidur.
Clorinda menyenderkan kepalanya di sebuah pohon, ia mulai memejamkan mata sambil menikmati semilir angin yang berhembus.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top