Capter 6
Gaun putih selutut. Seorang diri, berjalan menelusuri bunga-bunga yang bermekaran di sekelilingnya. Senyumnya mengalihkan dunia. Ia seperti Putri Bunga yang hidup hanya seorang diri dengan para kurcaci.
Seorang pria berjalan kearahnya, sinar di wajahnya menyilaukan. Perlahan ia mendekat, pria itu adalah Kenzo. Karen menatap Kenzo dekat. Tangan Kenzo berlahan meraih tengkuk leher Karen. Ia berlahan menutup matanya, dan berlahan mendekati bibir kecil Karen. Ia mencium Karen. Karen berlahan-lahan menutup matanya, menikmati.
Tiba-tiba....
Karen merasakan perutnya yang tertusuk dengan keras. Dengan cepat ia mendorong wajahnya dari Kenzo. Tatapnya, meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. Berlahan sosok Kenzo berubah menjadi Al yang dingin.
Tanpa bicara Al menancapkan pisau itu lebih dalam, senyum miring Al.
"Aaahh..." Desah Karen terbangun kesakitan, sambil memegang perutnya. "Aah... itu sangat sakit." Cibirnya sambil meraba-raba kembali perutnya.
Mimpi indah Karen berubah menjadi mimpi buruk baginya. Di lihatnya pukul masih menunjukkan 02.32 malam. Ingin kembali tidur. Tapi, ia takut mimpi buruk terulang lagi. Ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya.
***
Saat ini Karen tengah berada di Rooftop dengan selimut di pangkuannya. Sebotol soju yang Karen pegang dengan gelas berukuran mungil, meneguknya langsung.
Tuang Karen kembali. Raih Nando tiba-tiba dan duduk di samping Karen.
"Gue suka loh." Ucap Karen tiba-tiba sambil menatap Nando.
Lirik Nando terkejut. "Loh sakit!" Histeris Nando.
"Gue serius! Udah lama banget." Jelasnya.
Geleng-geleng kepala, Nando tak percaya. "Loh udah gue anggap kek kakak gue sendiri."
"Maksud loh? Gue tua!" Tatap tajam Karen.
"Adik maksudnya... Jadi, loh beneran suka sama gue?" Tanya Nando kepedean.
"Gak lah! Mana mungkin. Gue cuma mau denger jawaban luh aja, sebagai contoh." Terang Karen sambil memakan cemilan.
"Siapa? Kenzo?" Tanya Nando di balas anggukkan oleh Karen.
"Besok siang Mama Papa loh pulang, mau ikut jemput?" Tawar Nando.
"Mau. Tapi, gak ah... gak gue males nantinya." Sahut Karen sambil meraih satu botol soju, ingin meneguknya. Tetapi, Nando telah merebutnya dari tangan Karen.
"Ini! Yang gue gak suka sama loh." Teriak Karen sambil memukul tubuh Nando.
"Bodoh amat, wekk!!" Canda Nando sambil menyelerkan lidah.
Saling melempar candaan, dan berbicara layaknya seorang adik, kakak. Malam pun semakin dingin. Dua botol Soju pun kini telah kosong.
***
Di Bandara...
"Karen. Gak ikut?" Tanya Mario kepada Nando.
"Kuliah Pak." Jawab Nando sambil mengambil alih koper.
"Nyonya. Gimana Nando? Tambah tamvan gak?" Canda Nando.
Tersenyum Elizabeth, "Nando..."
Kondisi Elizabeth mulai membaik, wajahnya yang dulu pucat, kusut kini mulai kembali, setelah konsul sudah lebih dari satu tahun, pulang pergi Singapore.
***
Setiba dirumah...
"Bik... Nyonya udah pulang nih." Seru Mario merangkul bahu Elizabeth.
"Ya Allah Nyonya..." Sahut Bibik menghampiri mereka, mengambil alih dan memegang tangan Elizabeth.
"Bik... antar Nyonya masuk ke kamar, ya." Pinta Mario. "Sayang, Papa langsung ke kantor, ya." Ucapnya sambil mencium kening Elizabeth dan pergi.
"Bik, Karen kuliah?" Tanya Elizabeth tiba-tiba.
Tak sempat Bibik menjawab, Karen keluar dari kamarnya, berjalan setengah sadar sedang menuruni anak tangga. Karen merentangkan kedua tangannya sambil menguap dan mengucek matanya. Tiba-tiba...
Terkejut Karen melihat sosok seorang yang berada di depannya. "Mama." Panggilnya pelan. Ia langsung merapikan rambut kusutnya dengan sela-sela jari. Bau soju sudah tercium sejak ia keluar.
Plak!
Elizabeth menampar Karen.
Ia terkejut sambil memegang pipi kirinya. Matanya berkaca-kaca.
"Pergi sekarang, minta maaf sama keluarga Al... Bik, ayo masuk." Ucap Elizabeth dingin.
Menahan air matanya. Ia kembali naik ke atas. Menghubungi Mario.
"Papa dimana!" Bentaknya kasar.
"Di jalan, kenapa sayang? Mau ke kantor ini." Jawabnya lembut.
"Karen mau ngomong serius." Rengeknya.
"Kamu di kampus... Papa jemput."
"Karen dirumah."
"Loh kata Nando-"
"Karen ke kantor Papa sekarang." Tutupnya.
***
Mobil hitam Karen, berhenti di depan perusahaan, Tengker.
"Nan, luh tunggu aja disini. Gue bentar." Ucapnya langsung turun dari mobil.
Karen perlahan masuk ke Perusahaan besar Keluarganya. Yang di wariskan kepada Mario Tengker, ayahnya. Mario keluar dari ruang rapat bersama gerombolan dari team devisi-devisi lainnya. Semua menunduk memberi hormat.
"Karen.." Panggil Mario.
Karen menoleh kaget. "Tunggu di ruangan Papa." Lanjutnya.
***
Cekrek...
"Kamu gak kuliah?" Tanya langsung Mario sambil duduk di kursinya.
"Pa, Karen gak mau nikah sama Al." Ucapnya langsung.
Mario tersenyum kaget. "Kenapa?"
"Dia masih SMA... masih kecil!"
"Gak masalah."
"Karen gak mau."
"Yaudah kalau gak mau, gak bisa di paksa."
"Ini bener Mario Tengker? Papa Karen? Yang mempunyai ego sendiri?" Kagetnya sambil menatap Mario bingung.
Mario tersenyum, "Serba salah."
"Awas, gak boleh ingkar janji. Karen gak mau tanya dua kali, Karen permisi." Jelasnya cepat dan pergi begitu saja.
Papa gak laki sakit kan?
Gumamnya sambil menatap pintu ruangan Mario.
Mengangkat telpon. "Iya, gue turun."
***
Sekarang jalanan macet. Nando bersama Karen tidak bisa menghindari macet ini. Macet adalah sesuatu hal yang menyebalkan dan mengesalkan bagi semua orang.
"Bakalan lama nih." Ucap Nando.
Menghela nafas kasar. "Gue udah bosan... Nan, loh pulang sendiri, gue turun di sini aja." Cibirnya sambil melompat pindah ke belakang kursi penumpang, mengganti sepatunya.
"Loh mau kemana? Gue capek boong mulu." Sahutnya.
"Kali ini aja bro." Jawab Karen santai.
"Nih..." Memberi topi hitam, miliknya.
"Luh jangan baik-baik... gue pergi." Pamitnya.
18 makanan pinggir jalan terfavorit di Kotaku. Ddeokpokki, Odeng, Sundae, hot bar, cumi-cumi dan gurita goreng, masih banyak lagi. Tapi, dan tak lupa makanan kesukaanku adalah yangnyeom chicken yaitu ayam pedas manis. Harganya yang murah dan rasanya yang sungguh sedap di mulut, membuat jajanan ini sangat laris dan ramai.
Satu porsi ddeokpokki di tangan kirinya dan sekotak ayam pedas manis yangnyeom chiken di tangan kanannya. Lampu hijau khusus pejalan kaki menyala, Karen berjalan santai menyebrangi jalan. Tepat di depannya, minimarket. Ia berjalan kearah minimarket, tiba-tiba seorang berlari, menabrak tubuh kecil Karen hingga terjatuh, pria kasar itu pun ikut terjatuh, dengan cepat pria itu bangun dan kembali berlari. Tanpa, kata maaf.
Kesal Karen berteriak histeris melihat pakaian putih kini ternodai oleh saus ddeokpokki. "Luh gila! Yak!!!" Makanan Karen tidak bisa di selamatkan, semuanya terjatuh. Tak terima, ia berdiri dan mengejar pria kasar itu.
"Kurang ajar... Yak!" rutuknya kesal.
Saat Karen mengejar pria kasar yang menabraknya. Tidak sengaja ia berpapasan ditengah pelarian. Al dengan seragam Sekolahnya menarik tangan Karen, berhenti seketika. "Loh ngapain disini?"
"Itu... eh, tunggu. Loh yang ngapain disini?" Sahutnya terengah-engah.
"Tangan loh." Ucap Al terkejut. Menatap kedua telapak tangan Karen yang tergores mengeluarkan sedikit darah. Bajunya dilumuri saus.
"Aaa! Gara-gara loh, tuh anak kemana." Kesal Karen menatapnya sinis.
"Woi!" Seru segerombolan para Siswa SMA.
Al melirik sekilas, menatap Karen yang terkejut bingung. Al pun langsung menarik tangan Karen untuk lari. "Loh apaan!" Ucap Karen berhenti.
"Lari!" Sahut Al. Tanpa, pikir panjang ia berlari sambil menarik tangan Karen.
Sampe sini dulu, ya.
Vote dan comment jangan lupa
Comment👉🏻
Vote👇🏻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top