Capter 11

Cerita sebelumnya

Tiba-tiba suara ponsel Al berdering yang tak jauh dari jangkaun matanya, terletak di atas meja.

Sih koceng❤️- Memanggil.

Sontak saja mata Al langsung teralihkan, dengan cepat langsung mengambil dan mengangkat nya.

"Halo, kamu dimana?" Tanya Al khawatir sambil menatap Karen.

Karen menunduk mengalihkan pandangan.

"Gue kesana sekarang." Tutup Al bergegas.

"Ren, nanti gua hubungin lo... Sorry." Meninggalkan Karen.

Mengangguk sebagai jawaban memandang kertas yang terletak di atas meja.

Perjanjian nikah

1. Tidak ada sentuhan fisik
2. Saat berkumpul, hanya melihatku
3. Tidak ikut campur urusan pribadi

Isi perjanjian yang Karen tulis, ia baru menulis  tiga perjanjian yang akan dilarang saat mereka menikah.

Al yang pergi begitu saja meninggalkan Karen. Ia tetap duduk menghabiskan minumannya.

"Emang dia siapa? Tinggalin gue gitu aja, dasar, aisss." Gumam nya dengan mata yang berkaca.

Karen yang duduk di pinggir kaca jendela melihat Al yang sedang menatapnya juga dari bawah, alih-alih Karen mengalihkan pandangan itu.

Al membuang pandangannya lalu pergi.

Tak lama itu Karen juga meninggalkan tempat itu.

Hujan turun membasahi jalanan, pohon-pohon, ranting-ranting.

Rintik hujan membasahi tubuh Karen yang berjalan di tengah hujan, kertas yang ia genggam hancur seketika, tinta yang hitam kini mengalir di tangannya.

Mobil hitam berhenti di dekat Karen, seseorang berbaju hitam mendekatinya, langkah kakinya kiat dekat, wajahnya kabur tak terlihat jelas, payung hitam yang mendekatiku, kini aku terpejam.

***

Seseorang membuka pintu, ia menghidupkan lampu dan berjalan ke kamar mandi.

Karen terjaga karna cahaya lampu, matanya menyipit memandang seorang pria yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi.

"Siapa laki-laki itu?" Khawatirnya sambil memegang kepalanya yang terasa berat dan pusing. Tubuhnya belum sepenuhnya sadar.

"Jangan-jangan? Gue?" Ucapnya pelan sambil meneteskan air matanya, menarik selimut hingga menutupi lehernya. "Papa, Mama Karen harus gimana?"

Cekrek... suara pintu terbuka.

Karen mengambil sesuatu dan melemparnya kearah pria itu tanpa melihat wajahnya.

"Aww!" Terkejut pria itu kesakitan dengan handuk melingkar di pinggulnya.

Karen terkejut bingung. "Al!"

"Aiss... Lo ngapain disini!" Kagetnya bingung.

Mendekati Al. "Darah." Ucap Karen meraih kening Al, tepis Al kesal.

"Lo ga liat gua pake apa?" Lanjutnya membuat Karen membalikkan tubuhnya.

Cekrek... Suara pintu kamar terbuka.

"Sayang... Upz?" Panggil Aliyah terkejut di depan pintu dan kembali menutupnya sambil melirik Karen.

"Aiss." Dercak Al kesal. Berjalan mengambil pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Karen mengeluarkan nafas kasar. "Ach kepala gue sakit." Rintihnya.

"Ngapain lo disini?" Tanya Al yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Gue gak inget... Gue gak tahu kalau ini rumah lo." Balas Karen sambil melihat sekitar.

"Sorry. Sakit ga?" Lanjutnya.

"Lemparan yang sangat pas." Juteknya sambil meraih jam weker dan meletakkan ke atas meja.

"Gue ganti."

"Apa?"

"Jam lo."

Al tersenyum tak percaya mendekati Karen dan duduk di depannya sambil memperlihatkan lukanya. "Lo mau ganti jam gue? Lo ga liat kening gua luka gara-gara lo?" Sahut Al sambil menunjukkan kening yang tergores.

"Lebay." Ucapnya pelan tersenyum tak bersalah.

"Al... gue benci lo." Lanjutnya samar dan terjatuh dalam pelukkan Al.

"Hei, Ren? Lo kenapa?" Panik Al.

"Ma!" Teriak Al.

***

Karen tertidur pulas di atas kasur. Al terlihat sangat khawatir, "Bun, kenapa kita ga bawa dia pulang."

"Udah kamu tungguin dia." Sahut Aliyah.

"Al tidur di bawah." Celah Al keluar dari kamarnya.

Aliyah mengikuti Al keluar kamar, mematikan lampu agar Karen tertidur nyaman.

"Kok Bunda ikutin Al?"

"Loh?"

"Kenapa?" Bingung Al.

"Kan Karen udah gede."

"Besok Al Sekolah, jangan suruh Al buat anter."

"Serius? Yakin?"

"Yakin." Sahutnya jutek dan masuk ke dalam kamar tamu.

"Aisss!!! Kenapa gua turun? Kan itu kamar gua? Seharusnya dia yang tidur disini. Bener gak si? Kan dia sakit tu, kalau di mau minum siapa yang ambilin... Kok gua gini? Bodoh amat bukan urusan gua." Cibirnya sambil melentangkan tubuhnya di atas kasur.

***

Suara berisik dari halaman luar, Pak Racel sedang memotong rumput dengan mesinnya.

Sinar matahari memasuki celah-celah jendela.
Hari telah menunjukkan pukul 07.15
Al bergegas kembali ke kamarnya, menaikki anak tangga dengan cepat. Ia membuka pintu dan kembali menutupnya lalu mengentuk pintu.

"Karen udah pulang." Ucap Aliyah tiba-tiba.

Al menatap penasaran dan langsung masuk ke kamar nya menutup pintu rapat.

"Ais, gua telat annying!" Tanpa mandi, ia mencuci muka dan menggosok gigi lalu pergi mengenakan seragam Sekolah.

Menuruni anak tangga tanpa melihat langkah. Sorot matanya terhenti melihat Karen yang tengah di depannya. Langkah kaki pun berhenti.

Karen menatap, memandang Al dari bawah hingga atas. "Kamu mau Sekolah? Mm maksud gue lo?"

"Gu gue? Eng gak, barusan di telpon kalau hari ini semua guru rapat."

"Gue boleh minta tolong?"

"Apa?" Sahut Al sambil menuruni anak tangga menghampiri Karen.

"Gak jadi." Lirik Karen mengabaikan Al.

Kesal Al, menarik tangan Karen. "Lo."

"Apa?" Sahut Karen sambil melepaskan genggaman tangan Al.

"Karen." Seru Nando yang baru saja tiba bersamaan dengan Aliyah.

"Oey!" Sapa Karen langsung berjalan menghampiri Nando dan Aliyah.

"Te, makasih udah jagain anak gadis pak Mario." Canda Nando.

"Biasa aja... Kalian ga sarapan dulu?"

Al berjalan melewati mereka yang tengah berbincang tanpa pamit.

"Al? Kamu ga makan nak?" Seru Aliyah di abaikan.

"Te, kita pamit pulang juga." Ucap Nando.

"Tante, makasih udah bantu Karen."

"Iya sama-sama sayang." Peluk Aliyah.

***

"Tu anak sifat masih kek anak-anak mau jadi laki lo, mending gua." Liriknya dari dalam mobil.

Pukul Karen sekuat tenaga. "Aww. Becanda neng." Rintih Nando.

"Gak suka! Entar jadi beneran." Judes Karen.

"Eh Ren, temenin gue bentar."

"Kemana? Gue masih pusing, gak ah."

"Bentar aja okay."

"Kenapa? Mama lagi-"

"Iya."

"Gue lelah... di otak Mama cuma ada Elsa mulu, Gue mau tidur."

***

Kenzo berdiri di depan rumah Karen dengan motor hitamnya.

Karen yang baru saja tiba.

"Ngapain tu orang? Mau gue usir?" Tawar Nando dalam mobil.

"Lo masuk." Sahut Karen keluar dari mobil.

"Ren." Panggil Kenzo, meraih tangan Karen.

Bersambung....

Epilog

Rintik-rintik hujan berjatuhan di kaca mobil, seorang wanita berjalan di pinggir jembatan di tengahnya hujan.

"Mas, itu Karen bukan?"

"Iya." Sahut Nardo sambil menepikan mobilnya.

Mobil hitam berhenti di dekat Karen, seseorang berbaju hitam mendekatinya, langkah kakinya kiat dekat, wajahnya kabur tak terlihat jelas, payung hitam yang mendekatinya, kini ia terpejam.

"Mas, Karen gak papa?" Tanya Aliyah keluar dari mobil dengan payung di tangannya.

"Nak? Karen?" Panggil Nardo sambil menepuk pelan pipi Karen. Ia mengendong Karen masuk ke dalam mobil.

Bantu vote dan comment, ya. ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top