I'm sorry to be weak
I want to be strong.
I dont want to be protected one.
I want to be protecting one.
I want stood by your side.
Not stood behind you.
Just if i was strong enough.
I'm sorry to be weak.
If i wasn't transfered to your place, you wont dissapear these day, right?
Aku frustasi, aku diam, aku jadi tertutup, aku trauma.
Jadi orang bodoh yang gak tau menau soal dunia.
Kamu nyamperin dan bilang "Hai." dengan senyuman.
Seolah pandanganku terhadap dunia itu gelap, kamu datang layaknya matahari.
Kamu buka mataku, dunia ini gak kelam. Dengan ramah dan hangatnya, kamu tunjukkan keindahan dunia ini.
Kamu buat aku nyaman dan aman disampingmu.
Aku pikir kamu cuma bersikap baik.
Lagipula 'beliau' ngirim aku kesini buat bersembunyi.
'Beliau' nyuruh kalian buat lindungin aku, aku tau.
"I'm here because of my own wish." kamu bilang.
Aku ini malapetaka. Kamu bilang aku malaikat.
Aku ini pembawa sial. Kamu bilang aku pembawa kebahagiaan.
Aku ini berbahaya. Kamu bilang aku itu kedamaian.
"I'll protect you. No one could hurt you."
Teman, kamu berikan padaku. Jadi aku gak merasa sendiri lagi.
Aku tau kamu punya banyak teman sebab, pribadimu memang pribadi yang dicintai semua orang.
Kita berbalik 180 derajat, ya?
"Now, you'll not lonely if i wasn't here."
Aku pikir aku bakal baik-baik aja disini. Bahkan saat kamu jauh dariku, karena ada banyak teman di sisiku.
Tetapi, malapetaka datang. Semua porak poranda.
Kamu ulurin tanganmu dan bawa aku keluar dari sana.
Tapi teman teman? Mereka pasti gak baik baik aja.
Udah aku bilang aku ini malapetaka tapi kamu gak percaya. Mereka hancur, itu semua salahku.
Aku yang gak bisa apa apa.
Aku yang gak bisa ngangkat sebilah pedang apa lagi menghunuskannya.
Cuma cewek lemah yang gak guna.
Suaramu menenangkan.
Senyummu menghangatkan.
Sentuhanmu mengamankan.
"It's okay, it's not your fault."
Trauma. Frustasi. Rasa bersalah. Marah. Takut. Semua berkecamuk jadi satu.
Tapi sekali lagi kamu tunjukin kehangatan dan buat aku lupa diri. Merasa seperti bagian dari kalian.
"No matter what, i'll fight for you."
Kata katamu buat aku percaya.
Kata katamu buat aku berani.
Kata katamu buat aku jadi aku yang sekarang ini.
Tapi, kemalapetakaan yang aku bawa tentu gak hilang, kan? 'Itu' terus mengejarku.
Dan lagi lagi kehancuran yang datang.
Tangis lagi yang datang.
Pengorbanan lagi yang datang.
Aku lelah bermain petak umpet dengan ketakutanku sendiri.
Aku lelah dihantui rasa bersalah dan frustasiku ini.
Aku gak mau trauma lagi.
Meski mungkin semua itu bakal hilang dalam sekejap kalau ada kamu.
Tapi kamu pergi ke garis terdepan, sedangkan aku dibawa ke tempat yang lebih dalam buat sembunyi.
Satu persatu kelopak krisan itu bermekaran. Aku makin ingin menemuimu.
Setiap detiknya aku khawatir, yang gak gak terjadi sama kamu.
Meski berkali kali kamu kembali dengan senyuman.
Aku mau jadi normal.
Aku mau gak dihantui rasa ketakutan lagi.
Aku mau bebas dan gak jadi beban buat orang lain.
Kamu yang bikin aku berpikir kayak gitu.
Aku mau balas kebaikan semua orang, kebaikanmu.
"Then, stay with me."
Badainya pasti kembali.
Ini gak bakal berakhir gitu aja.
Selama aku masih hidup 'itu' pasti kembali lagi.
"I'll cut the chain that hold you."
Aku pikir kita bakal happy ending.
Tapi, gak mungkin kan?
Kalaupun iya masalahku selesai, atau di tempatnya udah aman, 'beliau' pasti ngambil aku kembali.
Aku gak bisa selamanya sama kamu, meski aku pengen.
Suatu hari badai terbesar datang.
Kamu maju ke garis depan, dan aku di belakang.
Terlalu banyak krisan yang mekar sampai buat aku mual.
Yang ada di otakku cuma kamu.
Kami di dalam sudah bersih dari badai.
Tapi yang di depan? Entahlah.
Sebab badai mulai mereda, aku boleh pergi ke luar, dengan 'dia' di sampingku.
Dia yang janji bawa aku ke tempatmu.
Aku pikir kalau liat kamu di saat badai gitu, rasa khawatirku bakal berkurang.
Tapi nyatanya enggak.
Aku malah makin terpuruk.
Gak kuat liat kamu kesusahan.
Kalau aja aku bisa, aku bakal lari ke sana.
Tapi dia gak bakal ngebiarin aku bego begitu.
Kamu kah yang nyuruh dia begitu?
Kamu liat aku ada dan teriak ngusir aku.
Meski gitu, kamu gak keliatan marah sama sekali.
Kamu bertiga, sih. Tapi tetep aja.
Dia gak mau turun ngebantuin kamu.
Yang jadi prioritasnya cuma aku, katanya.
Padahal dia temenmu, jahatnya.
Di akhir, aku gak bisa tahan diri buat gak lari ke sana waktu mereka dapetin kamu.
Untuk pertama kalinya aku berani mengayunkan benda 'yang aku benci' ke mereka.
Dia ikut turun, ngeredain 'itu' yang mau ngehantam balik.
Dan sekejap, 'itu' hilang.
Aku gaktau apa mereka bakal balik lagi atau enggak.
Yang penting gak bakal ada badai dalam waktu singkat.
Pertama kalinya aku liat kamu lemah.
Pertama kalinya aku liat kamu gak bisa ngapa ngapain.
Pertama kalinya aku liat kamu di kondisi yang buruk.
Tapi kamu tetep senyum.
Kamu tau? Aku takut bukan main.
Aku gak bisa sok kuat dan pasang muka datar.
Enggak kalo kamu kayak gitu.
Waktu kita udah gak banyak.
There's no happy ending to us, right?
Aku udah duga hal itu.
"Don't cry... i'm happy to see you save. It's okay, i'm glad to die for you. Meeting you, just enough to me. But you give me love, i'm so happy."
No, it's not me, but you who showing me love.
Don't leave me like this.
I'm sorry, i was so toubled you.
I want to be strong.
I dont want to be protected one.
I want to be protecting one.
I want stood by your side.
Not stood behind you.
Just if i was strong enough.
I'm sorry to be weak.
If i wasn't transfered to your place, you wont dissapear these day, right?
If i was strong enough, these day you'll still stay by my side, right?
'He' pick me up soon after your funneral.
R.I.P
January 16, 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top