4. Doa Alice
Tiap manusia dipertemukan oleh sebuah alasan. Baik itu untuk sebuah kebaikan atau pun cobaan. Namun semua hanya takdir yang harus dijalani. Hingga perjodohan itu berakhir dan selesai.
Naruto tengah mencoba mempraktekan teori itu. Memasang badannya untuk menguji, sejauh mana perjodohannya dengan Sasuke, hingga ini semua selesai dan harus ia relakan dalam kenangan yang mungkin tidaklah indah.
Gedung persegi enam besar dengan tiga lantai di pusat kota. Tembok berdominasi kaca bersih berkilat dengan display baju pernikahan di beberapa tempat yang setrategis untuk menarik pembeli beruang banyak untuk masuk. Kini mereka bertiga masuki.
Sasuke tengah duduk di sebuah sofa coklat tua yang mewah. Ditemani pelayan yang telah menyodorkan notebook katalok baju-baju pernikahan yang dijual dalam toko tersebut.
Depan sofa yang ia duduki, terdapat tirai merah besar yang tengah tertutup. Sesekali ia menghentikan pencariannya dalam katalok untuk mengintip sejenak ke arah tirai, memastikan yang ia tunggu belum menampakan dirinya.
"Sasuke, aku siap."
Sebuah suara membuatnya antusias untuk mengarahkan pandangannya pada tirai yang sedari ia tunggu terbuka. Akhirnya memperlihatkan sosok Sakura yang tengah berdiri anggun dalam balutan pakaian pernikahan yang indah dan mewah.
"Aku memilih yang menurutku—tidak akan mengecewakanmu," kata Sakura penuh percaya diri.
"Kau selalu tahu seleraku," Sasuke menyanggupi. Terpesona dengan kecantikan Sakura yang mengenakan gaun pernikahan terbaik yang ada dalam toko.
"Ini adalah gaun terbaik yang kami miliki Tuan. Selera calon pengantin Anda sungguh di atas rata-rata," kata Satoshi, laki-laki paruh baya yang memakai jas rapi, perancang sekaligus pemilik toko yang tengah berdiri di samping Sakura. Memamerkan hasil karya terbaik yang ia miliki.
Gaun itu terlihat mengmbang namun anggun dan sederhana. Bebeberapa Mutiara terhias berjajar di sekitar lekukan tubuh. Memperjelas keindahan tubuh Sakura yang sejak awal sudah memiliki kemolekannya sendiri. Juga hiasan berlian-berlian kecil yang juga memperindah pada bagian-bagian yang sering terkena pancaran cahaya. Menciptakan kesan bahwa pengantin yang mengenakannya seolah-olah baru saja turun ke bumi.
Sasuke yang sedari tadi terpesona dengan kecantikan Sakura, menyadari datangnya Naruto dari arah tempat ratusan baju tengah dipajang. Ia rupanya telah mendapatkan baju yang menjadi pilihannya.
"Apa kau sudah mendapatkannya?" tanya Sasuke.
"Sudah." Ia menyodorkan sesuatu di depan Sasuke. Memamerkan gaun pernikahan pilihanya dengan hanya menempelkannya pada tubuh, tanpa memakainya.
"Ah, maaf Nona. Itu adalah gaun lama, dan sedikit ketinggalan jama. Mungkin saya bisa merekomendasikan model lain yang lebih baik."
Satoshi berlari meninggalkan Sakura dan ingin merebut gaun yang dipegang Naruto karena merasa malu dengan karyanya yang terdahulu. Namun dihetikan oleh celetukan dari belakang mereka.
"Emmm, aku rasa itu cocok untuknya. Dia terlihat serasi dengan gaun itu. Kau bisa membelikan baju itu untuknya Sasuke. Aku sangat setuju. Betulkan Naruto?" ," celetuk Sakura, seraya tersenyum penuh arti.
"Iya. Aku menyukainya. Aku ingin yang ini," jawab Naruto, tanpa ragu.
Sakura menjentikan jari. Lalu balik badan dan membisiki sesuatu pada asisten di sampinya.
"Ayo, aku ingin berganti baju."
Lalu tirai merah tertutup Kembali.
Sakura menatap bayangannya dalam cermin. Mengagumi sendiri paras cantik yang ia miliki. Namun sebelum ia sempat melepas bajunya, Sasuke masuk ke dalam ruang ganti.
"Kenapa buru-buru?" Sasuke memeluknya dari belakang sambil menikmari bayangan kemesran mereka di dalam kaca ruang ganti yang besar itu.
Sang asisten yang melihat kemesraan mereka, langsung pergi bahkan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Kau sangat menyukainya?" tanya Sakura, pada Sasuke yang tengah mengawasinya dari cermin. Tangan kekarnya masih melingkar erat di perut ramping Sakura. Sesekali meremas dada Sakura dengan nakal.
"Kau mau membungkus ini?" Sasuke balas bertanya seraya menciumi leher Sakura yang tidak terhalang oleh apa pun.
"Tidak." Sakura tersenyum geli oleh perbuatan nakal Sasuke. "Haha ... aku tidak menyangka. Ada brand lokal memiliki daya tarik sebaik ini. Kali ini Naruto sedikit benar."
Toko yang mereka datangi ini merupakan toko yang elit. Namun secara pamor dan ketenaran, mereka masih belum mencapai taraf internasional. Naruto menyarankan toko ini, karena toko ini paling dekat dengan rumahnya. Selain itu juga merupakan rekomendasi dari kakaknya yang merupakan teman dari sang pemilik toko.
"Kenapa tidak. Bukannya kau ingin memakainya di acara pernikahan kita nanti?" bujuk Sasuke, membalik posisi Sakura hingga kini mereka saling berhadapan masih dalam kondisi berpelukan.
"Tentu saja tidak. Aku hanya ingin mencobanya. Kita akan meikah setahun lagi. Dan tren dari gaun ini pasti akan turun seiring waktu. Aku tidak ingin memakai gaun tua di hari pernikahanku. Saat kita menikah nanti, aku akan memilih gaun paling baru dan modern dari tahun itu."
Sasuke menghela napas. Ia merasa sedikit kecewa, tapi juga sedikit bangga dengan cara pandang kekasihnya. "Sayangku, kau sungguh fisioner," pujinya.
"Untuk itulah aku Bersama deganmu."
"Tapi aku benar-benar menyukai gaun ini."
"Bersabarlah. Tahun depan, akan kubuat kau tergila-gila untuk kesekian kalinya."
Sasuke tersenyum maklum. Lalu di susul dengan senyum nakalnya, membantu Sakura melepasi gaunnya.
***cupchocochip***
Seusai mengantar Sakura ke mobil, Sasuke memutuskan untuk menemui Naruto yang tengah melakukan pengepasan atau pengukuran baju yang kelak akan dijahitkan sesuai dengan model yang ia inginkan.
"Baiklah. Pengukurannya sudah selesai. Tapi bisakah saya merekomendasikan gaun yang lebih baik dari pilihan Anda ini?" bujuk si Desainer.
Sasuke belum masuk dalam ruangan. Ia hanya berada di belakang tembok, namun percakapan yang sedang Naruto dan Satoshi lakukan, sedikit menarik untuknya. Makai ia lebih memilih tetap di sana dan mendengarkan penuturan mereka.
"Apa kau punya gaun dengan warna biru yang lain?" tanya Naruto.
"Biru?"
"Iya, gaun pernikahan berwarna biru."
Sasuke merasakan keheningan yang sedikit lama. Ia tahu, Satoshi tengah mencoba mengingat-ingat seluruh koleksi baju yang ada dalam tokonya.
"Tidak ada," jawab Satoshi pada akhirnya.
"Jadi aku akan pilih ini. Lagi pula aku tidak punya banyak waktu untuk memesan gaun biru dalam model terbaru. Waktunya pendek. Jadi kau hanya perlu memermak beberapa tempat di gaun ini, hingga siap aku gunakan saat acara pernikahan."
Tiga minggu. Tentu sangat mustahil untuk membuat baju pernikahan dalam waktu sesingkat itu. Maka dari itu, ia pun tidak dapat memberikan janji-janji manis, atau pun solusi lain selain permak baju yang ada, agar bisa dipakai di hari H.
"Baiklah Nona." Satoshi mendesah pasrah. Ia sedikit kecewa dengan pilihan Naruto. Dari semua rancangan terbaiknya, kenapa malah memilih model paling jadul dan kuno yang ia miliki.
"Namun boleh saya tahu, alasan kenapa Anda memilih warna biru?"
Sasuke yang mengawasi dari jauh, masih dapat menagkap sedikit ekspresi tertegun yang dikeluarkan oleh Naruto. Mau tak mau, ia pun juga penasaran, kenapa Naruto sangat menginginkan gaun berwarna biru.
Namun diluar dugaan, Naruto dalam senyumnya menjawab dengan santai.
"Pernikahanku ini, hampir-hampir seperti cerita dongen. Apa yang akan terjadi, apa yang akan aku temui. Ini seperti sebuah perjalanan penuh misteri. Seperti Alice. Dalam negeri antaberanta. Ia berkelana dengan suka cita. Tanpa beban, kegelisahan, atau pun ketakutan. Ia tetap maju, mencari tahu, mencari jalan paling indah untuknya. Hingga menemukan—sang takdir.
"Anggap saja. Gaun biru ini, adalah doaku. Agar tiap perjalanan yang aku lalui dalam pernikahan ini, baik atau pun buruk, semua akan baik-baik saja, pada akhirnya." Naruto mengakhiri kata-katanya, menundukan kepala. Menyeka sesuatu yang menggenang di kelopak mata.
Satoshi memegang tangan Naruto. Lalu memberikan semangat.
"Saya mendoakan yang terbaik untuk Anda Nona."
Satoshi seolah dapat merasakan tekanan kuat pada tiap kata-kata Naruto. Seperti sebuah beban besar kini tengah dipikulnya sendirian.
Naruto tersenyum ramah. "Terima kasih."
"Tapi bolehkan saya menanyakan sesuatu?" Satoshi menjilat bibirnya gugup saat memulai.
"Aku ingin meminta maaf sebelumnya. Bila kau tidak dapat menjawabnya, aku memakluminya. Namun saya sangat penasaran. Gaun ini dipesan atas nama Anda dan Tuan Sasuke. Tapi kenapa Nona Sakura yang sepertinya lebih bersemangat dari pada kalian berdua? Apa dia juga akan segera menikah?"
Sepertinya ini saat paling tepat untuknya muncul.
"Naruto. Apa kau sudah selesai?" tanya Sasuke yang telah memperlihatkan dirinya.
"Sudah."
"Kalau begitu kau bisa menungguku di mobil. Ada yang ingin aku bicaran dengan Tuan Satoshi."
Naruto terlihat terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Sasuke. Dengan itu ia tidak perlu menjawab hal yang membuatnya tidak nyaman. Ia segera menenteng tasnya dan memundukan kepala sebentar pada Satoshi untuk berpamitan, lalu pergi sesuai instruksi.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi Tuan?" tanya Satoshi penasaran.
Sasuke memandang gaun biru yang tergeletak di atas meja sejenak. Lalu menyatakan maksudnya.
"Aku ingin membatalkan pesanan Naruto tadi."
Bersambung .....
Maaf lama tak up date. jangan lupa koment .....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top