Seseorang

Sudah beberapa hari sejak Algasta berpisah dengan Lush dan yang lain. Rasanya ada dua hal yang bergumul di hati pemuda itu. Rasa lega karena sudah kembali ke rumah, dan rasa sesak karena harus mengalami kesendirian lagi.

Menjalani hari tanpa gairah, bahkan keinginannya untuk menjelajahi tiap sudut Maya seakan hilang seketika, hampa.

"Sepertinya, kita akan ke Igan lagi, Swordy." Algasta beranjak ketika melihat cahaya biru dari kejauhan.
Pemuda itu segera melesat dan masuk ke dalam portal yang telah terbuka. Benar saja, portal membawanya ke Igan.

"Pasti di sana." Algasta segera menuju ke dalam sebuah bangunan. Banyak orang berhamburan dari tempat itu. Kegaduhan juga terdengar dari sana.
Gedung itu lumayan gelap. Ia membutuhkan waktu untuk sedikit menyesuaikan pandangannya.

BRAKK!
... sepertinya tidak perlu, karena dinding di salah satu sisi gedung kini telah berlubang oleh serangan monster itu. Sekarang cahaya sudah masuk menerangi seisi gedung.
Terlihat kepanikan dari para pengunjung gedung itu.

"Algasta Hier telah datang! Kemana saja kau?" Pemuda itu mendengar seruan seseorang. Tidak terlalu jelas suara siapa di antara puluhan orang di ruangan itu.

"Kalian cepatlah keluar dari gedung ini!" Algasta segera menerjang siluet makhluk yang mulai mendekat ke arah orang-orang itu.

Algasta merasakan sensasi uap panas seketika ia menyentuh tubuh batu itu dengan pedangnya. Ia segera menghindar.

Pikiran Algasta menerawang selagi mencari celah untuk menyerang. Ia bertarung sendirian lagi. Ia masih ingat saat beberapa waktu lalu ia melawan dua monster bersama teman-temannya. Rasanya rindu. Apa bisa bertemu kembali?

Buagh!

Butuh waktu per sekian detik untuk pemuda itu menyadari dirinya yang sudah terlempar dengan luka melepuh di lengannya. Benturan dengan bangku-bangku di sudut gedung menimbulkan suara keras dan sakit di punggung dan lehernya.

"Sial!" Algasta baru sadar Swordy terlepas dari tangannya. "Bodohnya aku!" Entah di mana lokasi pedang itu sekarang.

Algasta bisa melihat monster itu mengeluarkan uap panas dari tubuhnya, dan siap menerjang pemuda itu. Tidak ada waktu lagi. Apakah ia harus menggunakan Holo Physique untuk melarikan diri? Mana mungkin. Itu mencoreng harga dirinya sebagai seorang pahlawan.

Mungkin lebih baik mati dalam tugas.

Konyol sekali.

Algasta menutup matanya, pasrah.
"Hiyaaaaaak!" Suara seorang perempuan tiba-tiba terdengar. Sedetik kemudian, Algasta bisa mendengar suara robohnya monster itu. Tetap saja, pemuda itu enggan untuk membuka mata.

"Hey ...." panggil seseorang, "hey!"

Algasta merasa sebuah benda keras menepuk lengannya.

"Apa aku merebut jatahmu?" Suara perempuan itu lagi.

"Apa?" Algasta membuka mata. Siluet seorang gadis terlihat tengah menodongkan pedang ke arahnya.

Spontan, Algasta mengangkat lengan kanannya untuk melindungi diri.

"Akh!" Perih menjalar ketika ia menggerakkan lengannya.

"Eh? maaf! Aku hanya ingin mengembalikan pedangmu." Gadis itu segera meletakkan pedang yang ia genggam ke lantai, dan langsung berlari keluar gedung.

"Tu ...." Algasta bersuara pelan. Ia ragu untuk memanggil.

Gadis itu tidak berhenti.
Algasta memicingkan matanya memandangi lengan kiri gadis itu, memastikan apa yang ia lihat tidak keliru. Sebuah cahaya biru melingkar di sana. Sama seperti milik Algasta.

472 kata
wga_academy
Nichole_A

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top