Sesak
"Jadi, ke mana kita selanjutnya?" Algasta memandang kapten.
Lush tampak berpikir sejenak. "Perjalanan kita cukup sampai di sini dulu."
"Maksudmu?"
"Iya, kau bisa kembali bertugas menjaga Maya seperti biasanya." Lush menjelaskan, "sekarang, tujuan kita berbeda."
Algasta tidak mengerti. Padahal ia merasa bahwa ia mengikuti tujuan Lush sejak memulai perjalanan.
"Seperti yang aku janjikan, kau bisa menyimpan kalung itu." Lush menunjuk kalung yang melingkar di leher Algasta.
"Kau bisa menjelajah Maya sesuka hatimu, sekarang. Yang penting, sering-seringlah kau gunakan, agar tubuhmu terbiasa."
"Kami harus pergi, sekarang." Lee menepuk pundak pemuda itu.
Algasta tidak tahu apa yang harus ia katakan, atau lakukan. Ia hanya bisa terdiam ketika mereka bergiliran mengucapkan salam perpisahan.
"Kakak pahlawan." Lily menghampiri Algasta. Pemuda itu pun berlutut agar gadis kecil itu bisa memeluknya.
"Kita akan bertemu lagi," ucap Algasta menghibur anak yang mulai sesenggukan itu.
Setelah melepas pelukannya, Lily segera bergabung dengan kelompoknya. Dada Algasta terasa begitu sesak menyadari siluet teman-temannya semakin samar dan menghilang.
***
"Lush ... apakah rencanamu terhadap pahlawan itu cuma sampai di sini? Tolong jelaskan. Aku harus berlagak tahu apa yang terjadi ketika kau melepaskannya." Albert mengerutkan dahi tak mengerti.
Lush menyeringai. Itu cukup membuat anggotanya mengerti, bahwa rencananya tidak hanya sampai di situ.
200 kata
wga_academy
Nichole_A
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top