05 | ACCIDENT (I)
"Sejak aku menatap mata itu, satu keyakinan yang muncul dilubuk hatiku adalah aku harus menjagamu dengan sekuat tenaga bintang yang selama ini hilang"
-Alfarizqi Khoiron Shaquille-
***
Happy reading!🖤
If you don't like my story, you can leave peacefully, and thank you!🖤
***
Bel pulang pun berbunyi yang merupakan suatu penyelamat bagi siswa-siswi X IPA 1 untuk segera menghentikan dongeng yang dilakukan oleh Pak Ujang. Namun tidak dengan Irma, pasalnya Azura belum juga kembali dari toilet, hampir 30 menit. Selama itukah ia ditoilet? Tidak hanya Irma, Ale yang merupakan teman sebangkunya Azura pun merasa khawatir dan aneh.
Ia takut terjadi apa-apa dengan Azura karena bagaimanapun juga kakaknya, Gibran sedang merencanakan sesuatu untuk membalaskan dendamnya dengan Ari, ditambah lagi ia tahu bahwa kini Alfa kembali. Dendamnya semakin menumpuk dan ia tahu kelemahan mereka berdua adalah Azura.
"Baik anak-anak kita cukupkan pertemuan hari ini, selamat siang," kata Pak Ujang. "Siang Pak," jawab mereka serentak.
Setelah Pak Ujang keluar dari kelas, satu per satu murid X IPA 1 bergiliran keluar dari kelas hingga menyisakan Ale dan Irma.
"Haduh, Ale ini Azura ke mana sih? Masa ke toilet lama banget?" tanya Irma panik. "Gua juga nggak tau, mending lu rapihin dah tuh alat tulis Azura terus susul ke toilet cewek. Gua temenin," kata Ale seraya merapihkan alat tulisnya juga. "Iya deh," kata Irma seraya merapihkan alat tulis Azura.
Saat Ale dan Irma mencari Azura di toilet, mereka tidak menemukan siapapun di dalam toilet tersebut. Hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk bilang kepada kedua kakak Azura bahwa Azura akan kerja kelompok bersama mereka.
***
Sementara, disisi lain Azura tersadar dan ia merasakan sakit dibagian belakang punggungnya.
"Aww..sshh... Aku di mana ini?" rintihnya sambil mengedarkan matanya.
Ternyata ia pingsan dan sekarang ia ada didalam kamar mandi, tapi siapa yang memukulnya hingga membuatnya pingsan seperti ini? Ah sudahlah lebih baik sekarang ia keluar dari sini teman-temannya pasti sudah pada pulang dan jam pelajaran pun sudah berakhir. Namun disaat Azura ingin membuka pintunya, ternyata pintunya terkunci.
"Lho.. kok nggak bisa dibuka, aduh.. tolooong..!! tooolooong.. siapapun yang ada diluar! Toloooong, pintunya gabisa dibuka..," teriak Azura sambil memukul-mukul pintu tersebut.
Azura takut, ia sangat takut kegelapan. Ia tak suka sendirian, ia takut sangat takut. Kini yang hanya Azura bisa lakukan adalah menangis dan berharap ada seseorang yang menolongnya.
Sudah 15 menit ia menangis dan menjerit meminta pertolongan namun tidak ada satupun yang menjawab. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 wib, sudah 5jam ia terkurung dikamar mandi ini. Kak Ari, kak Bagas, Irma, Ale , kak Alfa tolong Azura, kini Azura sudah tak sanggup lagi untuk bernafas. Ia sudah kehilangan banyak oksigen di sini. Ia tak tahu harus berbuat apa, hanya harapan yang dapat ia gantungkan.
***
Bagas dan Ari mengira bahwa Azura sedang mengerjakan tugas bersama Irma maka dari itu mereka tak menjemput Azura ke kelasnya, karena Ale bilang Azura akan pulang bersamanya nanti. Tetapi, sampai saat ini belum ada tanda-tanda Azura tiba di rumah. Akhirnya Ari memutuskan untuk menghubungi Ale dan Bagas menghubungi Alfa.
Via Telpon
"Hallo Ale, Azura sama lo nggak?"
"Enggak Kak, dia belum sampai rumah?"
"Hah, katanya tadi kerja kelompok bareng lo dan Irma?"
"Serius Kak? Berarti dia belum di rumah sekarang?"
"Belum, yaudah makasih ya."
Seusai menghubungi Ale, Ari turun ke ruang keluarga untuk menemui ayah dan bundanya. Ari tahu pasti, mereka sangat khawatir dengan keadaan Azura.
"Gimana Bang? Dia sama temannya atau enggak?" tanya Tania khawatir. "Ale bilang Azura nggak sama Irma atau dia Bun, Ale malah pikir dia udah pulang," kata Ari seadanya. Tania terkejut, kemudian ia memukul bahu suaminya. "Ya Allah, Yah ini gimana? Azura belum tahu di mana? Ini udah malem banget Yah, Bunda takut terjadi sesuatu sama Azura," kata Tania.
"Ssstt.. Bunda, Bunda yang tenang ya. Bagas sama Bang Ari akan cari Azura di sekolah. Yah, Bun kita pamit dulu. Assalamu'alaikum," pamit Bagas dan Ari.
Disisi lain, Ale dan Alfa begitu panik setelah mengetahui bahwa Azura sampai saat ini belum juga kembali ke rumah. Di manakah gadis itu? Apa yang terjadi dengannya sehingga membuat ia belum juga kembali sampai saat ini?
"Gue harus cari Azura disekolah, iya harus," kata Alfa seraya mengambil kunci motornya dan keluar dari kamarnya. Alfa berhenti sejenak saat namanya di panggil oleh seorang perempuan paruh baya. "Alfa, mau kemana kamu?" panggil Rani. "Mau keluar sebentar Tante," kata Alfa. Rani mengernyitkan keningnya sejenak. "Mau ke mana? Ini udah malam?" tanyanya. "Sekolah, sebentar aja kok Tan," jawab Alfa. "Oh yasudah, hati-hati ya," kata Rani
Kemudian Alfa menyalimi Rani dan berlalu. Pikiran tertuju pada Azura, entah mengapa feeling-nya mengatakan bahwa Azura ada disekolah dan dalam bahaya.
***
Setibanya disekolah Alfa langsung memarkirkan motornya secara sembarangan dan menuju ketempat pertama kali yang ia tuju adalah kelas Azura, namun sesampainya di sana ia tak menemukan siapa-siapa.
Akhirnya ia mengelilingi seluruh penjuru sekolah. Bagaimana pun caranya ia harus menemukan Azura, ia tak ingin melihat Azura ketakukan, ia tak ingin melihat Azura kesakitan dan disakiti oleh siapapun.
Semenjak saat itu ia berniat dalam hati bahwa ia ingin melindungi Azura. Entahlah ia sendiri pun tak tahu mengapa ia begitu ingin melindungi Azura.
Tak lama kemudian tibalah Ale dengan mobilnya. "Ale, lo ngapain di sini?" tanya Alfa saat Ale keluar dari mobilnya.
"Azura belum pulang dan ntah kenapa feeling gua kuat banget dia masih di sekolah," kata Ale. "Yaudah, lu cari di lantai tiga, gua mau coba cari lagi lantai dua," kata Alfa dan berlalu meninggalkan Ale.
Sepanjang koridor lantai tiga Ale terus memanggil nama Azura, Ale menyesal tidak menemani Azura ke toilet tadi siang seharusnya ia percaya bahwa ancaman kakaknya tadi pagi akan dilaksanakan. Ale pikir Gibran hanya bercanda akan mencelakai Azura ternyata ia tidak main-main.
Setelah merasa seluruh ruangan kelas dilantai tiga sudah Ale masuki dan tidak ada tanda-tanda Azura ada disana, Ale memutuskan untuk turun kelantai dua menyusul Alfa barangkali Alfa sudah menemukan Azura dan Azura dalam keadaan baik-baik saja.
***
Alfa mengelilingi seluruh kelas yang ada dilantai dua, namun nihil tak ada tanda-tanda Azura ada di dalam salah satu ruang kelas di sini. Alfa terus-menerus meneriaki nama Azura siapa tahu Azura mendengar suaranya dan ia tahu dimana Azura.
"Alfa, gimana Azura udah ketemu?" tanya Ale. "Belum, emang terakhir dia izin itu ke mana?" tanya Alfa balik. "Toilet...Ah iya, toilet," kata Ale.
Secepat kemudian Alfa menuju toilet perempuan yang ada di lantai dua, Alfa merutuki dirinya, mengapa ia tidak melewati lorong menuju toilet. Setibanya di depan toilet tersebut, dia memanggil Azura.
"Azuraaa! Ra, lo di dalam? Ra, lo denger gue nggak?" kata Alfa namun tak ada satupun jawaban.
Karena tak ada jawaban. Akhirnya Alfa memutuskan untuk masuk ke dalam toilet dan ketika ia masuk, ia mendengar suara seseorang meminta pertolongan.
"Tolooong, siapapun yang a..da.. di..lu.aar to..lo..ng," suara perempuan. "Azura, itu lo?" kata Alfa seraya mendekat ke sumber suara.
Saat mendengar ada seseorang yang menjawab teriakannya Azura merasa lega, terlebih ia tahu bahwa orang tersebut adalah Alfa. "Kak Alfa, tolongin aku Kak. Aku takut. Azura takut Kak," kata Azura.
Setelah tepat berada didepan pintu salah satu bilik kamar mandi, Alfa memastikan kembali siapa yang ada di dalam Bikin tersebut. "Lo tenang ya, Ra. Gue dobrak ya! lo jauh-jauh dari pintu," kata Alfa.
Satu...dua...tiga ancang-ancang Alfa untuk mendobrak pintu tersebut.
Braaaaaak...
"Astaghfirulloh, Azura. Ra, bangun Ra!" kata Alfa panik dan kemudian ia menggendong Azura keluar.
"Azura, Alfa! Azura kenapa?" tanya Ale.
"Heh, lo bawa mobilkan? Ayo cepet anter gue sama Azura ke rumah sakit," kata Alfa yang tidak menjawab pertanyaan Ale, baginya yang terpenting adalah Azura.
***
Ari, Bagas, Tania dan Zean tiba dirumah sakit setelah Alfa mengabari Tania bahwa Azura masuk rumah sakit.
"Fa, gimana adek gue?" tanya Bagas. "Masih diperiksa dokter Gas," kata Alfa.
Ale yang sedari tadi memikirkan bagaimana jika ini benar-benar perbuatan kakaknya. Ale berjanji ia tidak akan memaafkan Gibran jika itu adalah perbuatannya, karena bagaimanapun juga ia sudah menyakiti mataharinya Ale. Iya, semenjak Ale mengenal Azura. Ale merasa dunianya kembali terang, dunianya yang dulunya gelap seperti tidak ada matahari yang menyinari namun semenjak hadirnya Azura ia merasa seperti menemukan bagian dari hidupnya yang hilang.
Tak lama kemudian dokter yang memeriksa Azura keluar.
"Keluarga Azura?" kata dokter.
Zean dan Tania pun langsung berdiri dan mnghampiri dokter.
"Iya dok, kami orang tuanya. Bagaimana keadaan Azura, dok?" tanya Zean. "Azura tidak apa-apa. Dia hanya kelelahan dan kehabisan oksigen saja. Kondisinya juga sudah stabil dan dapat ditengok sekarang. Baik, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu," kata dokter.
Kemudian Zean, Tania, Ari dan Bagas masuk kedalam ruangan Azura.
"Azura, sayang. Kamu nggak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Tania khawatir dan langsung memeluk Azura.
"Aku nggak apa-apa kok, Bunda. Cuma takut aja," kata Azura. Kemudian, Tania memeluk dan mengelus-elus kepala Azura.
"Azura, beneran nggak apa-apa?" tanya Zean mendekat ke arah Azura. "Enggak apa-apa Yah. Maafin Azura udah buat khawatir semuanya ya," kata Azura. "Dek, gimana ceritanya lu bisa ke kunci di toilet?" tanya Bagas.
"Aku juga nggak tau Kak, seingetku setelah aku keluar dari toilet. Terus tiba-tiba ada yang mukul punggung aku, habis itu aku pingsan," jelas Azura.
Ari dan Bagas yang mendengar cerita Azura mengerutkan kening mereka, siapakah orang itu? Lalu ada urusan apa dengan Azura? Apakah Azura mempunyai musuh? Tidak, itu tidak mungkin karena mereka tahu bahwa Azura hanya berteman dengan Irma dan Ale. Tiba-tiba handphone Ari pun berbunyi.
"Yah, Bun aku keluar dulu ya, angkat telepon," kata Ari.
Zean dan Tania pun menganggukkan kepala sebagai jawaban dan kemudian Ari keluar ruangan lalu menerima telepon. Ari mengerutkan keningnya, pasalnya nomor telepon yang menelponnya saat ini tidak ia kenal. Siapa? Akhirnya ia pun mengangkat panggilan tersebut.
Via telpon
"Halo?"
"Hai, Ari. Hahaha, bagaimana keadaan adik manis lo? Dia selamat? Haha. Oke berarti masih ada kesempatan buat gue bermain-main dengan dia."
"Hei! Lo siapa? Jangan macem-macem ya."
"Hahaha, gue nggak bakal macem-macem kok. Gue hanya ingin bermain-main dengan adik lo yang manis itu. Hahaha, ini baru awal Ri. Adik lo yang manis itu akan rasain bagaimana rasa sakit hati gue selama ini"
Tuuuutt..tuuutt..tuuutt..
Telepon pun terputus. Ari berjanji bahwa ia akan menjaga Azura dengan ketat, siapapun yang akan menyakiti Azura akan berurusan dengannya.
Karena ia tak pernah melihat wajah bundanya yang begitu khawatir saat mengetahui Azura hilang. Baru pertama kali Ari melihat bundanya yang begitu amat sangat khawatir, karena memang dari dulu bundanya sangat ingin sekali mempunyai anak perempuan dan hadirnya Azura adalah jawaban atas doa-doa bundanya selama ini.
-Revisi, 30 Agustus 2019-
Vote and Comment
Terimakasih atas waktunya untuk membaca cerita ini.
Salam cinta,
BSA💐
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top