04 | NEW STAR
"Jika kamu adalah bintang, Kamu adalah bintang yang paling terang diantara ribuan bintang dilangit."
-Azura Renashilla Ramadhan-
***
Happy reading!🖤
If you don't like my story, you can leave peacefully, and thank you!🖤
***
Keesokkan harinya Azura berangkat sekolah bersama kedua kakaknya. Seperti biasa Irma akan selalu menyapanya sebagai jurus untuk memodusi kakak kedua Azura yaitu Bagas, sejak MOS Irma sudah tertarik dengan Bagas. Mengapa? Hanya karena Bagas menolongnya saat ia hampir saja terjatuh akibat dirinya tengah berlari-lari saat menuju ke lapangan untuk upacara pembukaan MOS, agar ia tidak telat dan mendapatkan hukuman.
Sejak saat itu Irma mulai menyukai Bagas, siapa yang tidak suka dengan laki-laki yang tampan, cool, baik, ramah, jago main musik pula. Jangan salah meskipun Bagas tidak begitu pintar dalam bidang akademik namun, dalam bidang non-akademik Bagas dapat membawa nama baik sekolah dengan band dari kelasnya. Sejak kelas X, ia sudah mengharumkan nama sekolah dalam berbagai macam kontes group band dan hasilnya tidak pernah mengecewakan.
"Pagi, Azura, Kak Ari, Kak Bagas," sapa Irma ketika mereka keluar dari mobil. "Pagi juga Irma," sapa Azura seraya tersenyum. "Hey, pagi," kata Bagas seraya tersenyum.
Sementara Ari hanya jalan lurus tanpa menjawab, Azura memang tahu bahwa kakaknya yang satu itu terlihat dingin dan juga cuek, berbeda dengan Bagas. Namun tak menutup kemungkinan banyak sekali yang menyukai Ari. Mungkin menurut mereka tipe lelaki seperti Ari itu limited edition.
Kemudian Azura, Irma dan Bagas berjalan bersama menuju kelas dan Bagas berpamitan pada Azura saat dilantai dua.
"Dek, gue ke kelas ya. Ntar istirahat ke kantin bareng Irma, jangan sendirian. Ok. Semangat belajarnya, Irma gue duluan," pamit Bagas kepada Azura dan Irma. "Iya Kak," kata Irma.
Azura yang hanya menganggukkan kepala dan tersenyum sambil mengucapkan syukur ternyata saudara tirinya tak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Ternyata kakak-kakak laki-lakinya sangat menyayangi dan menjaganya.
"Ayo Ra, ke kelas," ajak Irma dan mereka menuju kelas.
Sepanjang jalan koridor menuju kelas Azura hanya mendengarkan cerita Irma tentang para cogan yang Irma ketahui di sekolah ini, terkadang ia juga tersenyum karena mengetahui fakta Irma selalu saja menyukai cowok yang sudah dimiliki orang lain dan tak jarang katanya ia dilabrak oleh perempuan-perempuan tidak jelas. Karena keasikkan bercerita tiba-tiba Irma menabrak seseorang,
"Aduh," rintih Irma yang terjatuh.
"Irma?!" pekik Azura yang kaget langsung membantu Irma bangkit. "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya. Irma menggelengkan kepalanya seraya membenahi roknya. "Eh, lu jalan tuh pakai mata dong!" bentak Irma. "Aduh, sorry. Tapi lu yang nabrak gua duluan," jawab laki-laki itu.
Azura yang merasa tak asing dengan suara itu, langsung menoleh. "Alfa?" katanya kaget. "Azura? lu sekolah disini?" tanyanya kepada Azura. "Iya, aku di kelas X IPA 1," kata Azura.
"Oh, gua di kelas XI IPA 1. Tapi gua disuruh ke ruang guru dulu. Katanya ada dilantai dua," kata Alfa. "Iya, tuh," kata Azura seraya menunjuk ruangan yang bertuliskan ruang tata usaha dan ruang guru. "Oke, makasih," kata Alfa seraya meninggalkan Azura dan Irma.
"Eh sialan banget tuh cowok, sok kecakepan," umpat Irma saat melihat Alfa yang meninggalkannya dengan Azura tanpa meminta maaf.
"Udah, kamu nggak apa-apa 'kan?" tanya Azura. "Enggak, ayo masuk," kata Irma.
Azura dan Irma pun masuk kedalam kelas, suasana kelas yang sudah lumayan ramai karena beberapa dari siswa-siswi sudah mulai berdatangan. Jam masuk sekolah pada pukul 07.00 membuat para siswa-siswi harus datang lebih awal karena pukul 06.45 gerbang sekolah sudah akan ditutup. Betapa ketat sekali peraturan yang ada disekolah ini bukan? Jika tidak ingin dihukum untuk membersihkan toilet ataupun lari mengelilingi lapangan basket sekolah, jangan coba-coba sekali telat.
***
Bel istirahat pun berbunyi, Azura dan Irma pun merapikan alat tulis mereka. Setelah melakukan presentasi matematika tadi membuat para siswa-siswi X IPA 1 menghembuskan nafas, karena minggu depan mereka sudah tidak lagi harus berdiri didepan kelas untuk menerangkan X, Y ,Z dengan berbagai macam rumus yang pasalnya mereka saja tidak paham. Mengapa pula itu X, Y ,Z manja sekali meminta dicarikan hasilnya?
Kalau hasilnya berupa angka, jika sudah panjang-panjang rumusnya bahkan sampai satu lembar penuh tetapi hasilnya hanya angka 0 apa yang kalian rasakan? Pusing-pusing dengan berbagai macam rumus, dan hasil ujungnya hanyalah angka 0? Haha, tenggelamkan saja hayati.
"Ra, lo tahu nggak? Lo sama Ale tuh cocok banget, Ale tuh jago matematika Ra. Lo juga ya?" tanya Irma dan dia tidak bohong memang presentasi tadi adalah presentasi terbaik Ale.
Walaupun memang tak dapat dipungkiri Ale memang pintar matematika, tapi dengan ia bergabung bersama Azura menjadikan presentasi paling terbaik karena pasalnya dari 15 kelompok yang sudah maju, hanyalah kelompok Azura dan Ale lah yang dapat menjelaskan materi layaknya seorang guru.
"Hehe, iya makasih Irma, kamu juga bagus kok sama Rian, kebetulan aku memang suka matematika. Selain itu, aku juga suka bahasa inggris," kata Azura malu. Karena sejak dia duduk dibangku SD dia sudah menyukai pelajaran berhitung tersebut.
"Aduh Ra, siapapun yang suka sama lu atau Ale beruntung banget kali ya kalau dia bisa menangin hati lo atau Ale, karena selain cantik dan ganteng, lo berdua tuh baik, ya walaupun terkadang Ale jutek," kata Irma jujur, tak sadarkah ia berbicara seperti itu ada Ale dihadapannya? Sudah hilangkah urat malu gadis ini?
Ale yang hanya memperhatikan dan mendengarkan diam saja, baginya tidak masalah asal tidak mengganggunya, kemudian dia mengambil kotak makan dalam tasnya dan headset untuk menyumpal telinganya, hari ini Ale sedang tidak ingin keluar kelas dia tak ingin melihat kelakuan kakak lelakinya itu.
Semenjak kematian Gita, kakaknya itu menjadi semakin nakal dan juga papa-mama mereka yang tidak pernah pulang untuk mengurusnya ataupun kakaknya.
"Oh iya Ra, kekantin yuk. Gue lupa bawa minum. Kantin lantai satu ya? Koperasi hari ini tutup," kata Irma. "Oke, yuk," kata Azura seraya menggandeng tangan Irma.
***
Setiba mereka dikantin, mata mereka mengelilingi penjuru kantin, mencari meja untuk mereka duduk. Pasalnya mereka ingin memakan bekal mereka dikantin, tadinya Azura ingin memakannya dikelas bersama Ale. Namun Irma mengajaknya ke kantin jadi ia putuskan untuk membawa bekalnya ke kantin.
Setelah melihat seluruh penjuru kantin, sepertinya mereka tidak kebagian tempat duduk. Seluruh tempat duduk di kantin nyaris penuh dan tak tersisa, eh tapi tunggu ada satu bangku yang kosong di ujung penjuru kantin dan hanya diisikan oleh satu lelaki saja. Irma yang melihatnya langsung mengajak Azura untuk kesana karena takut ditempati oleh orang lain.
"Halo Kak, maaf kita boleh gabung disini?" kata Irma.
Alfa yang merasa dipanggil menaruh buku bacaannya dan melepaskan headsetnya kemudian menengok kesumber suara, " Boleh duduk aja—" Belum sempat Alfa menyelesaikan kalimatnya ia terkejut dengan orang yang berdiri di hadapannya.
"LO?!" kata Irma dan Alfa bersamaan. "Azura, kayaknya kita nggak jadi deh duduk sini. Ayo pergi," ajak Irma seraya menarik Azura.
Namun tiba-tiba langkah mereka terhenti karena Bagas datang dan tak sengaja menabrak Irma yang hampir saja terjatuh jika saja ia tak menahan tubuh gadis itu. "Irma, lo nggak apa-apa?" tanya Bagas seraya membantunya berdiri. "Ah, anu Kak gapapa kok. Maaf ya Kak," kata Irma.
"Iya, nggak apa-apa. Eh, lo berdua mau ke mana dah? Kantin 'kan penuh, mending di sini aja gabung," tawar Bagas. "Nahkan, Ma. Udah disini aja, lagian Kak Bagas ngajakin juga. Oh iya, Kak Bagas dibawain bekal sama bunda?" tanya Azura
"Nih," kata Bagas seraya menunjukkan kotak bekal yang bundanya bawakan.
"Ayo Irma, Azura keburu bel istirahat abis dan Azura tadi bunda Whatsapp gue katanya jangan lupa minum vitamin," kata Bagas. "Iya Kak," kata Azura.
Irma mendengkus, kalau saja bukan Bagas yang mengajaknya. Ia takkan mau duduk satu meja dengan cowok singing yang menabraknya tadi.
***
Pelajaran sejarah indonesia adalah pelajaran yang sangat membosankan bagi siapapun yang tidak menyukai sejarah bagi mereka mempelajari sejarah sama hal seperti mempelajari masalalu. Siapa pula yang ingin mempelajari masalalu kembali? Tidak ada, apalagi masalalu tersebut termasuk kisah yang kelam. Takkan ada faedahnya bukan? Inilah yang dirasakan oleh seluruh siswa-siswi X IPA 1 yang kini sedang belajar sejarah indonesia dengan Pak Ujang, mereka akrab memanggil beliau dengan sebutan Pak Uje.
Suasana kelas yang mendukung untuk tidur membuat sebagian siswa-siswi X IPA 1 memanfaatkannya, bagaimana tidak? Sudah kelas ber-AC, suasana diluar sedang turun hujan, lalu didepan ada seorang bapak guru bak pendongeng yang handal sedang menceritakan bagaimana suasana Reformasi pada kala itu.
Azura yang merasa dirinya kini mulai mengantuk, akhirnya ia putuskan untuk meminta izin keluar kelas karena ingin ke toilet untuk membasuh mukanya dan pak Ujang pun mengizinkannya. Setelah selesai membasuh mukanya, Azura keluar toilet namun saat ia keluar dari toilet tiba-tiba saja ada yang memukul punggungnya dan itu membuatnya tidak sadarkan diri.
-Revisi, 30 Agustus 2019-
Vote and Comment
Terimakasih atas waktunya untuk membaca cerita ini.🖤
Salam cinta,
BSA💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top