Dua - Kekosongan

Warning!

Alexandrio itu genrenya 21+. Terdapat sedikit bagian dewasa di bab ini.

***

Ada suara napas keras yang terengah-engah. Lenguhan kesakitan dan rintihan permohonan ampun. Sosok pria itu mencoba bergeser menjauh, menghindari orang-orang tanpa ampun yang saat ini mengelilinginya.

Matanya yang memerah menatap sosok yang saat ini duduk di bangku, dengan ekspresi halus sambil memegangi selembar foto.

"You have to let me go." Suara pria itu parau, serak dan tremor. "Or they never let you go easily."

Tubuhnya sudah berdarah-darah, kedua kakinya dihancurkan.

Pria yang awalnya duduk dengan nyaman di bangku meluruskan kepalanya, menatap sosok yang babak belur di kejauhan, lalu bibirnya mengukir senyuman aneh, "So?"

Jadi apa?

Ini tidak seperti mereka akan melepaskan Edward dengan mudah bahkan jika Edward melepaskan bajingan di depannya.

Mata Edward tertutup rapat. Setiap kali dia melihat anggota keluarga Alexandrio yang masih hidup, seluruh sel di tubuhnya menjerit. Tulang-tulangnya sangat sakit. Dia mengingat bagaimana kejinya mereka, menghabisi putrinya yang bahkan belum bisa merangkak dengan baik.

Ya, Edward sendiri bukan orang baik.

Karena mereka bahkan tidak mau melepaskan putrinya yang tidak berdosa.

Edward juga tidak akan membiarkan satu pun lolos di antara mereka. bahkan anak-anak mereka yang tidak tahu apa-apa, setiap orang yang terhubung darah dengan mereka.

Shella.

Sebagai seorang ayah, Edward gagal melindunginya. Dia melihat bagaimana bayi kecilnya ada di meja penghakiman keluarga, kepalanya dihancurkan dengan palu oleh ayah kandung Edward sendiri. Shella dianggap aib dan makhluk najis, hanya karena dia tidak dilahirkan oleh wanita berdarah Alexandrio.

Klan sialan ini terbiasa menganggap orang-orang yang tidak sedarah dengan mereka sebagai kasta terendah yang harus diinjak. Seolah mereka ... para Alexandrio adalah titisan Dewa yang tidak boleh tersentuh darah najis.

Edward adalah pelanggar tabu.

Jika itu orang lain di keluarga mereka, sejak lama Edward akan dibunuh, mendapat hukuman keluarga.

Sayang sekali memang ... Edward adalah keturunan langsung klan utama Alexandrio saat ini. Dia adalah calon pemimpin klan berikutnya. Ayahnya berpikir ... selama anak najis itu terbunuh, putranya diberi sanksi, semuanya akan selesai.

Edward belajar dari pengalamannya, dia tidak akan melakukan kesalahan bodoh lainnya.

Siapa yang menyangka bukan?

Sudut bibir Edward berkedut, dia mengukir senyuman aneh.

Bukan hanya tidak intropeksi diri, Edward menjadi gila. Dia bahkan akan membunuh setiap mereka yang memiliki darah Alexandrio di nadi mereka, mengirim orang-orang sialan ini sebagai pengiring tangis kematian putrinya.

Pria di depannya ini ... membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi Edward menangkapnya. Terlebih, saat ini Edward sendiri buron, karena dia berhasil merebut setengah dari kepemimpinan VOLK ke pihaknya. Tidak hanya itu, bisnisnya sendiri bahkan berjalan baik.

Edward melakukan berbagai hal kotor dengan tangannya. Saat ini, Edward mungkin belum bisa meruntuhkan sepenuhnya bisnis raksasa klan mereka, tapi mereka juga tidak terlalu berdaya walau bekerjasama untuk menghancurkannya.

Terlebih, sikap Ferdinand Alexandrio, ayahnya Edward masih acuh tak acuh.

Dia hanya menganggap Edward sebagai bocah pemberontak, belum melakukan tindakan serius untuk menanganinya. Anggota klan lain mulai tidak puas. Sudah lebih dari 30 orang di antara mereka yang terbunuh di tangan Edward, sebagian besar berasal dari klan samping, tapi beberapa juga dari klan utama.

Tapi mereka tidak bisa apa-apa.

Ferdinand terlalu sulit untuk diseret jatuh dari altarnya.

"Edward, you will regret it, you will regret it! You oppose your family cause of something disgusting!"

Sesuatu yang menjijikkan?

Kelopak mata Edward terkulai. Pupilnya menggelap. Pria itu mengulurkan tangannya dengan santai, seseorang memberinya palu.

Edward bisa saja memberi kematian mudah pada bajingan yang pertama kali menginformasikan kalau dia memiliki 'anak haram' pada ayahnya. Saat itu, Edward sebenarnya sudah cukup waspada sejak awal, sejak saat dia memutuskan akan merawat Shella dan Shirly, mencintai mereka.

Kedua bayinya dirawat terpisah, di dua negara yang berbeda. Dia juga sangat berhati-hati mengurus dokumen yang berhubungan dengan anak-anaknya, Edward menyadari ... petaka yang akan menimpa anak-anak itu jika mereka ditemukan sebagai darah dagingnya.

Namun Edward tidak menyangka, satu kali kecerobohannya akan mengungkap idenitas Shella, bahkan keberadaannya ditemukan, putrinya direbut paksa dan dihakimi sebelum anak itu bahkan mengerti kejamnya dunia.

Kepalanya dipukul palu, tengkorak rapuh itu tidak kuat dengan pukulan orang dewasa, apa lagi besi dingin keras yang langsung menghancurkan kepala mungil Shella sepenuhnya.

"Mungkin, ini alasan aku benar-benar membenci Anggun." Edward bergumam pelan, menghela napas tanpa daya.

Anggun atau anak-anaknya Edward sama-sama berdarah Alexandrio, mereka setengah najis. Tapi Anggun hanya dilemparkan ke desa tidak dikenal, dia bisa hidup sampai dewasa, dia bahkan berhasil memanjat ranjang Andrew, menjadi nyonya rumah.

Pengalaman keluarga Adrian saat melihat kehancuran Andrew yang menjauhkan diri dari keluarga karena dipisahkan dari Maurin membuat orang tua Andrew jauh lebih terbuka pada wanita lain yang dicintai putra mereka.

Jadi ... mereka menerima sosok Anggun lebih baik.

"Anggun ini memang pelacur sialan yang beruntung." Edward terkekeh. Keberuntungan macam apa ini?

Wanita desa licik berhasil menginjak keberadaan semua orang dan naik ke puncak. Tidak hanya Edward yang tidak bisa membunuhnya, tapi bahkan mantan kekasih Andrew menjadi batu pijakan Anggun agar bisa melompat.

Setiap rencananya sangat rinci dan hati-hati. Dia terlihat lugu di permukaan, tapi seperti Alexandrio yang lain ... dia juga tidak peduli siapa pun yang mati selama dirinya sendiri bisa berdiri.

Edward menarik napas dalam-dalam, melangkah menghampiri pria yang terus berteriak padanya untuk menjauh. Begitu sampai di depannya, Edward mengangkat palunya tinggi-tinggi.

Alif di kejauhan menundukkan pandangan. Mengabaikan Edward yang memukuli kepala pria itu dengan palu, sangat gila. Darah terciprat ke mana-mana. Mengotori wajah dan pakaiannya.

Jeritan kesakitan dan teriakan memohon ampun hilang dalam sekejap.

Namun Edward seperti kesurupan, dia tidak puas. Dia masih bersikeras melampiaskan kemarahannya.

Tidak peduli sebanyak apa pun mereka yang dibunuh tangannya ... kekosongan di hatinya tidak akan pernah bisa terisi.

Edward selalu mengerti.

Bahkan walau dia menghancurkan dunia, Shella tidak akan pernah kembali.

***

Saat Edward pulang, hal pertama yang dia lihat bukanlah putrinya. Napasnya memburuh, darahnya mendidih, napasnya sedikit tersengal. Dia pergi menemui Maurin yang sudah terlelap. Melihat wajah pucat itu yang tampak damai, Edward tidak senang.

Dia dalam suasana hati yang buruk, atas alasan apa Maurin bisa begitu santai?

Jika Maurin mendengar apa yang Edward pikirkan, dia akan memarahinya ; suasana hati kamu buruk, apa hubungannya dengan saya?!

"Maurin, bangun!" Edward menggoyangkan tubuh Maurin. Tapi Maurin bergeming. Edward langsung menjambak rambutnya, tidak terlalu keras, tapi itu membuat Maurin terjaga dalam sekejap.

Maurin melirik pria yang duduk di sisinya, seperti setan dengan darah mengotori berbagai bagian tubuhnya. Darah di pipinya bahkan sudah sedikit mengering.

Tidak terkejut, Maurin bertanya muram, "Apa yang kamu lakukan?"

"Saya baru saja membunuh orang." Edward curhat.

"Jadi?"

"Jadi sekarang adrenalin saya terpacu, saya horny."

Pria tidak tahu malu ini benar-benar mengatakannya. Dia seperti binatang yang sedang birahi. Tangan bebas Maurin ditarik, di letakkan di antara kakinya.

"See? Saya horny."

Edward mengira Maurin akan malu atau marah. Dia tidak menyaka ekspresi Maurin begitu tenang, dia bahkan tidak menarik tangannya dari bagian vital Edward. Hanya ada sedikit kerutan di dahinya.

"Ada banyak wanita di rumah ini, atau kamu bisa pergi ke tempat lain untuk berburu." Baru Maurin menarik tangan dari hal panas yang hampir membakar telapak tangannya. Maurin berdecak pelan, agak merepotkan untuk cuci tangan sekarang.

"Itu agak merepotkan." Edward menghela napas tanpa daya, dia melepaskan tangan di rambut halus Maurin, mengangkat dagu Mauin dengan ibu jari dan telunjuknya. "Kamu lebih praktis, ada di rumah, bisa digunakan kapan saja."

Dia kira Maurin itu toilet?

"Saya lumpuh, apa yang menarik?" Maurin mencibir.

"Lumpuh baik-baik saja, selama ada lubangnya."

"Pintu juga ada lubangnya, kenapa kamu nggak memakainya?"

"Itu terlalu kecil. Itu juga nggak bisa meregang."

Pria ini sangat porno. Dalam hidupnya, Maurin tidak pernah bertemu dengan pria yang lebih cabul daripada Edward, dia sedikit tidak bisa berkata-kata.

"Saya nggak bisa menolak?"

Edward bersenandung setuju, mulai melepaskan ikat pinggangnya, menurunkan resleting celana, menunjukkan benda enerjik yang hampir memukul wajah Maurin.

Mata Maurin hampir buta.

Edward tertawa, "Ini lebih baik daripada punya Andrew."

"Saya nggak tahu persahabatan kalian sudah sampai ke titik saling melepas celana." Maurin mencibir.

Edward tahu Maurin hanya mencoba mengelak. Tapi melihat ekspresi Maurin yang seperti ini, sebagai pria cabul yang tidak biasa, Edward semakin panas dan enerjik. Dia memegangi wajah Maurin, mendekatkannya ke arah selangkangannya, "Ayo, pemanasan dulu, lebih baik inisiatif sendiri daripada langsung saya tusukan ke tenggorokan kamu, kan?"

***

Ini terakhir bab promo di wattpad. Hahaha.

Mulai besok masuk ke Karya Karsa. di KK, ada 5 bab free-nya ya.

Setelah saya pikir2, karakter Edward ini agak mirip Alardo Lucifer di My devil Butler?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top