Part 1
Waktu akan menyembuhkan segalanya. Mungkin,itulah yang Alena percayai selama ini. Mantra yang selalu dia ucapkan kepada dirinya sendiri. Meski itu tidak mudah tapi Alena selalu tahu bahwa waktu akan berlalu. Hal-hal pahit dalam hidup pasti akan berlalu juga.
Alena sedang menatap pemandangan malam dari balkon kamarnya saat ini. Hal yang selalu dia sukai ketika pikirannya sedang kalut saat ini. Hati yang lelah,beban yang terasa semakin menumpuk setiap hari. Alena selalu coba untuk menenangkan dirinya bahkan dalam masa sulit sekalipun. Keadaan selalu memaksaknya begitu.
Hari ini adalah valetine day. Hari yang sudah sangat lama Alena tidak rasakan lagi. Memberi kasih sayang atau sekedar mengucapkannya. Mungkin,dia sudah lupa bagaimana melakukan hal-hal itu. Yang dia tahu saat ini dia terus bekerja dan memperbaiki hidupnya hari demi hari. Suara ponselnya berdering. Itu adalah janji temu dengan pasiennya hari ini.
"Iya ada yang bisa saya bantu?" Jawab Alena pelan.
"Bisakah saya mendapatkan konsultasi hari ini?"
"Anda selalu melakukan kapanpun anda mau. Silahkan datang hari ini saya sedang sengang."
"Baiklah,sampai jumpa." Alena mematikan ponselnya. Viktoria adalah pasien tetap Alena. Wanita itu sudah lama menjadi pasiennya. Dia mengalami trauma yang berat karena kematian orang tuanya didepan matanya sendiri.
Orang tua Viktoria dibunuh didepan matanya sendiri. Kejadian itu sudah sangat lama terjadi. Tapi,ingatan tentang kematian itu masih terus menghantuinya. Hal yang paling menyedihkan itu adalah hal itu dilakukan oleh saudara ayahnya sendiri. Paman Viktoria.
Alena saat mendengar cerita Viktoria saat pertama bertemu,membuat dirinya bisa merasakan emosi Viktoria saat itu. Pasti sulit untuk menahan segalanya sendiri. Ketika dia tahu yang merencanakan pembunuhan untuk orang tuanya adalah kerabatnya sendiri.
Alena duduk dikursi kerjanya,di apartemennya yang tidak terlalu luas. Alena memiliki sebuah klinik sendiri. Itu hanya dikhususkan untuk pasien-pasien penting dirinya. Mereka yang memiliki uang dan waktu yang lebih ekclusive. Alena sudah menangani banyak orang penting dengan kasus psikologis mereka. Dan Viktoria adalah salah satu dari mereka.
Menjadi cucu penerus perusahaan periasan. Pasti tidak mudah untuk dia mengatakan segala kekhawatirannya. Menjalani terapi adalah hal terbaik yang bisa Viktoria lakukan. Viktoria datang dan memasuki klinik Alena.
"Bagaimana perasaanmu hari ini?" Tanya Alena saat mereka sudah bersama disatu ruangan.
"Buruk,mimpi itu datang lagi. Padahal aku sudah meminum obat yang kau berikan. Tapi sepertinya trauma itu datang lagi." Alena mengambil kacamatanya. Dia memeriksa resume medis Viktoria.
"Apa kau sedang mengalami masalah di perusahaan yang membuatmu cemas?"
"Itu benar,anak dari pamanku kembali dari Amerika."
"Reaksi seperti apa yang kau rasakan ketika bertemu dengannya pertama kali?"
"Seluruh tubuhku membeku dan aku tidak bisa mengatakan apapun. Keringat dingin datang begitu saja." Alena menghela nafas. Viktoria akhirnya menghadapi ketakutan paling besar dalam hidupnya. Mungkin akan sulit bagi wanita ini kali ini.
"Satu-satunya yang bisa ku katakan kau harus menghadapinya kali ini Viktoria."
"Apa maksudmu?"
"Kau sudah pasti tahu. Bahwa,anak pamanmu itu sangat mirip dengan ayahnya secara fisik mungkin dan kau tidak bisa menghindarinya. Untuk saat ini aku akan memberikan obat untuk sarangan panikmu. Tapi,kau harus bisa mengontrol dirimu. Berbaringlah aku akan memberi beberapa terapi untukmu."
Alena membantu Viktoria. Entah bagaimana ini terjadi. Sebelum memasuki dunia ini,Alena sudah merasakan emosi setiap orang. Semakin dia mendalami ilmu kejiwaan semakin dia memahami emosi dan karakter masing-masing orang.
Mendalami emosi para pasiennya bukanlah hal mudah untuk Alena. Karena dia selalu menempatkan dirinya diposisi orang tersebut. Merasakan perasaan mereka perlahan tapi pasti.
Sesi terapi Viktoria berakhir. Alena merengangkan tubuhnya. Kadang-kadang pekerjaan bisa jadi sangat melelahkan. Ditengah rasa lelahnya dan kekalutan pikirannya sendiri. Alena masih harus mendengarkan keluh kesah orang lain. Dia menikmatinya tanpa bisa membantah. Tapi ketika itu adalah perasaan dirinya sendiri dia ragu untuk harus mengatakan kepada siapa. Karena Alena bukan orang yang mudah mempercayai orang lain.
Ketika dia mulai percaya,orang-orang akan mulai menunjukkan sifat asli mereka. Menunjukkan drama dirinya dan kemudian menarik kesimpulan bahwa mereka bukan orang yang bisa dia percayai akhirnya.
Perasaan melelahkan seperti itu sering kali datang. Orang-orang seperti itu selalu hadir dalam hidupnya. Menyukainya karena hanya ada sesuatu atau mungkin sekedar penasaram dan kemudian memanfaatkannya.
Berapa kali Alena harus menarik nafas ketika bertemu orang seperti itu. Kemudian menarik diri dan membangun tembok dengan mereka. Kenyataan yang tidak bisa dia katakan terkadang. Hidup memang sangat melelahkan di satu waktu.
Temani aku ke dokter besok
Sebuah pesan singkat dari sahabatnya. Satu-satunya manusia yang masih Alena bisa percayai. Jihan,mengetahui banyak hal tentang diri Alena. Tapi dia benar-benar bisa menjaga mulutnya dengan baik. Dan Alena menyukai itu.
Alena membalas pesan sahabatnya itu. Pasti wanita ini sedang stress. Alena tahu jika Jihan sudah banyak pikiran penyakitnya akan kambuh. Bukan hanya pasien disekitarnya yang di lihat tapi sahabatnya juga memiliki hal-hal seperti itu.
Jihan bisa diajak bertukar pikiran ketika dirinya sedang lelah. Atau mungkin mereka akan melakukan beberapa hal menyenangkan untuk melibas stress dikepala mereka. Dulu,mereka akan berkaroke bahkan jika hanya pergi berdua.
Mereka selalu tahu bagaimana mengatasi stress ditengah kegilaan dunia. Masalah-masalah yang datang dan itulah yang Alena butuhkan dari orang-orang terdekatnya seperti Jihan. Selalu berpikir positif dan tidak pernah menyudutkan orang lain. Meski kadang kesabarannya sangat tipis. Alena sangat tahu sahabatnya itu bukanlah orang yang sabar. Bertemu dengan Alena yang tidak suka keributan. Mungkin benar-benar membuat Jihan merasa nyaman untuk mengungkapkan segala perasaannya.
Alena mengambil mantel tidurnya. Angin malam hari ini sangat terasa dingin. Alena mengingat sudah berapa lama dirinya tidak memiliki pasangan. Jihan selalu berusaha menjodohkannya dengan beberapa pria. Dan sepertinya kali inipun begitu.
"Namanya Dani,dia pria yang gila kerja. Aku tidak yakin kau bisa berdekatan dengannya. Karena dia pria yang sangat cuek,"ujar Jihan kemarin saat mereka makan siang. Tawaran Jihan cukup menarik kali ini. Tapi Alena tahu. Dia tidak bisa,karena pikirannya tidak berada pada pria lain saat ini.
Alena menghela nafas. Masalah cinta selalu menyita pikirannya. Dan itu membuat masalah yang selalu ingin dia hindari. Alena sudah lama tidak menghirup aroma terapi dan melakukan meditasi hingga akhirnya dia melakukannya lagi sekarang. Setelah enam tahun sejak masalah cinta datang mengusik hidupnya lagi.
"Damn..!!"
Menghela nafas untuk kesekian kali. Alena berlalu ke kasurnya. Beruntungnya kali ini. Meski pikirannya sedang kalut. Alena bisa tetap tidur nyenyak meski keesokan paginya dia tetap merasa lelah karena terlalu banyak berpikir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top