ALEANDRA - 19

Pengumuman kelulusan sudah diumumkan dengan lulusnya semua peserta didik kelas XII. Alea dan teman-temannya senang bukan main. Alea mengajak teman-temannya untuk merayakan kelulusan mereka di rumahnya.

"Mending jalan-jalan ke mana gitu deh, Al,” tolak halus Khanza.

Deon dan Rian menyetujui usulan Khanza. "Mending jalan-jalan ke Dufan atau Ancol sih, kita have fun di sana, gimana?" saran Deon mendukung Khanza.

Alea nampak memelas menatap Deon. "Please, kali ini aja. Gue lagi pengin rayain dirumah, Yon!" pinta Alea.

Andra yang tidak tega melihat gurat wajah memelas Alea mengikuti kemauan Alea. "Yuk, kita jalan sekarang aja ke rumah Alea!" sahut Andra.

Wajah Alea terlihat senang endengar sahutan Andra. "Satu mobil," rengek Alea manja.

Deon yang membawa kendaraan sendiri protes. "Terus, mobil gue gimana, Al?" tanya Deon.

Alea mulai berkaca-kaca. Andra mengerutkan keningnya heran melihat tingkah Alea. Khanza yang tahu Alea akan menangis pun mengambil keputusan.

"Nanti, mobil lo kan, masih bisa diambil. Ikutin aja apa kata Alea deh," kata Khanza memberi kode pada Deon dengan lirikan matanya.

Deon hanya bisa pasrah menuruti Khanza.

Sam izin pada Alea karena ia tidak bisa ikut ke rumah Alea. "Gue ntar nyusul deh ke rumah lo. Sekarang gue lagi ada perlu."

Alea mengerucutkan bibirnya kesal mendengar perkataan Sam. "Ya udah, tapi jangan lama-lama, ya, Sam!" seru Alea dengan nada manja.

Sam mengangguk. Ia tersenyum hangat pada Alea lalu mengusap kepala Alea dengan penuh kasih.

Andra tidak suka melihat interaksi antara kekasihnya dan Sam, namun ia memilih diam. Sementara Deon, Rian, Khanza hanya bisa menganga melihat tingkah Alea.

Mereka pun akhirnya berpisah. Sam berjalan menuju mobilnya sementara yang lain memasuki mobil Andra.

Perjalanan Alea dan yang lainnya menuju rumah terbilang cukup menyenangkan. Mereka melontarkan candaan demi candaan yang mengocok perut.

Saat di tengah perjalanan mata Alea tanpa sengaja menangkap gerobak penjual batagor. Ia segera meminta Andra untuk menghentikan mobilnya dan membelikan Alea batagor.

Andra menuruti permintaan Alea. Setelah menghentikan mobilnya ia berniat beranjak membelikan batagor untuk sang kekasih, namun Alea menghentikannya. "Aku mau Khanza yang beli batagornya," ucap Alea.

Khanza menoleh cepat ke arah Alea. "Kok gue? Kenapa enggak Andra aja, Al?"

Lagi, mata Alea berkaca-kaca. "Lo enggak mau beliin gue batagor, ya, Zha?"

Melihat wajah sedih Alea membuat Khanza tak tega. Hingga ia mau tak mau keluar dari mobil dan membelikan Alea batagor.

Alea tersenyum senang. Ia meminta Deon menemani Khanza membeli batagor yang ada di seberang jalan karena ja takut khanza kesulitan menyeberangi jalan.

Rian dan Andra saling bertatapan. Mereka berdua bingung dengan sikap Alea yang aneh hari ini. Sejak di sekolah tadi Alea sudah aneh. Ia sering meminta ini itu, bahkan saat di kantin makanan yang dipesan Alea sangat banyak dan itu dia habiskan sendiri.

"Al, lo kenapa sih hari ini? Aneh banget, makan lo hari ini banyak banget lagi, emang enggak kenyang perut lo?" tanya Rian memuntahkan kebingungannya. "Lo enggak lagi hamil, kan, Al?" celetuk Rian dengan nada bercanda.

Andra memandang Alea. Ia melihat sedikit perubahan pada tubuh Alea yang menjadi lebih berisi. Teman-teman Alea tak ada yang tahu kalau Alea dan Andra telah melakukan itu saat di klub.

Alea terkekeh. "Gue cuma pengin aja, kok, Yan."

Sambil menunggu batagor pesanannya datang, Alea melihat-lihat sekitar. Mata Alea berbinar saat melihat gerobak penjual rujak yang tak jauh dari mobil mereka berhenti.

Alea menatap Rian dengan wajah berbinar. "Yan, boleh minta tolong?" Alea menunjukkan wajah memelasnya agar Rian mau menolongnya.

Rian merasa ada yang aneh, ia sedikit waswas. "Apa, Al?" tanya Rian ragu.

Senyuman Alea merekah. "Beliin rujak, Yan!" Alea menunjuk gerobak penjual rujak. "Tuh! Yang jual."

Rian mengerutkan keningnya, ia menoleh ke arah Andra meminta pendapat. Andra mengangguk samar. Rian mau tak mau membelikan Alea rujak yang ia minta.

"Rian, rujaknya mangga semua, ya!" seru Alea menambahkan saat Rian Sudah keluar dari mobil.

Dengan malas, Rian mengangguk.

Alea duduk dengan tenang sambil menunggu makanan yang ia minta belikan teman-temannya. Tak berselang lama, Deon dan Khanza memasuki mobil.

Khanza menyerahkan bungkus batagor pada Alea. "Nih, batagor lo, Al!" Alea menerima bungkus batagor yang masih terasa panas itu dengan berbinar.

Khanza menoleh ke arah Andra. "Lo harus ganti ntar, Ndra!" seru Khanza meminta ganti uangnya yang digunakan untuk membeli batagor. Andra hanya menggumam sambil melihat Alea yang membuka bungkus batagor dengan wajah berseri. Alea mengambil batagor yang masih mengepulkan asap itu bersiap memasukkannya ke dalam mulut. "Pan—"

"Ash! Panas!" pekik Alea kepanasan. Batagor yang tadi sempat masuk ke dalam mulut Alea ia muntahkan, membuat saus kacang dari batagor itu mengotori bibir Alea.

Andra menghela napas. "Baru aja mau bilang kalau batagornya masih panas, kamu main makan aja, sih, Yang."

Andra mengambil tisu di dasbor mobil lalu mengusap saus yang ada di bibir Alea dan mengambil batagor yang dimuntahkan Alea.

Khanza berdecak. "Drama!"

Deon mengusap kepala Khanza. Ia menyadari temannya menghilang satu. Rian, "Rian ke mana, Ndra?" tanya Deon.

Andra yang sedang menyuapi Alea batagor menjawab, "Beli rujak buat Alea."

Deon menoleh keluar, benar saja di antara antrean panjang di gerobak rujak terdapat Rian di sana. Dalam hati Deon bersyukur karena dia dan Khanza tak perlu mengantre sepanjang antrean rujak. "Rasain lo, Yan, kepanasan dah lo di sana!" seru Deon dalam hati.

"Lo mau makan rujak juga, Al?" tanya Khanza.

Alea mengangguk karena belum bisa menjawab. Mulutnya masih mengunyah batagor yang disuapi Andra.

"Pengin rujak mangga! Kayaknya enak panas-panas gini makan yang asem-asem pedes kayak rujak mangga." Alea membayangkan sensasi memakan rujak mangga membuat mulutnya dipenuhi liur.

Khanza mengerutkan keningnya, "Lo enggak hamil, kan, Al?"

Lagi, pertanyaan seperti itu keluar dari salah satu teman Alea. Tadi Rian sekarang Khanza.

Alea yang mendengar pertanyaan Khanza tersedak. Andra mengambil air mineral untuk Alea di belakang joknya lalu menyodorkan ke arah Alea.

"Ada-ada aja lo, Zha. Lo sama ngaconya sama Rian!" seru Alea.

Berbeda dengan Alea, Andra memikirkan dua perkataan dua temannya. Apa benar Alea hamil? Apa malam itu membuahkan hasil?

Keanehan Alea tak berhenti sampai di sana. Alea meminta Khanza minum susu ibu hamil. Lalu meminta Deon dan Andra untuk menari balet berpasangan, sementara Rian diminta mengipasi Alea yang sedang menikmati rujak mangganya.

Letisya memperhatikan tingkah putrinya dari kejauhan, dia menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya yang layak ratu. "Aneh-aneh aja kamu, Al!" gumam Letisya.

Bunyi bel membuat Letisya yang sedang santai berjalan membuka pintu. Di sana Sam datang membawa sekotak es krim dan beberapa camilan. Letisya menyilakan Sam masuk dan bergabung dengan teman-temannya.

"Sam! Kok lo telat sih?" tanya Alea yang melihat kedatangan Sam.

Sam tersenyum tipis. Ia menyerahkan es krim yang ia bawa tadi pada Alea, "Nih, gue beli es krim dulu buat lo, Al."

Mata Alea berbinar melihat es krim yang diberikan Sam untuknya, "Makasih, Sam!"

Alea menyendok es krim yang dibawakan Sam dan menuangkan ke atas rujak mangganya. Alea menyendok lagi beberapa kali dan menatanya di atas rujak.

Letisya menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya yang absurd, Terbesit di pikiran Letisya jika tingkah Alea persis seperti tingkahnya saat hamil dulu, namun Letisya menepis jauh pemikiran itu karena ia percaya Alea dan Andra tidak akan mengecewakan para orang tua dan keluarga yang sudah mempercayai mereka. Letisya meninggalkan kumpulan anak muda itu agar bisa menikmati waktu berkumpul mereka dengan leluasa.

Berbeda dengan Letisya, Andra, Deon, Khanza, Rian dan Sam menatap ngeri ke arah susunan es krim di atas rujak itu. Alea bertepuk tangan dengan riang saat kreasinya sudah jadi. "Tada! Es krim rujak mangga buatan Alea sudah jadi!"

Melihat senyuman merekah di wajah Alea membuat Andra ikut
tersenyum, namun tak bisa mengurangi rasa waswasnya. Alea menyuapkan satu suap es krim dengan rujak mangga.

Sementara teman-teman Alea yang lain menanti dengan waswas, takut jika nanti Alea muntah. Merasa dia dipandangi oleh teman-temannya, Alea menatap teman-temannya. "Kenapa kalian lihatin gue kayak gitu?" Mereka kompak menggeleng menjawab pertanyaan Alea.

Alea kembali menyendok es krim dengan tambahan rujak tersebut. "Kamu enggak apa-apa makan es krim sama rujak begitu?" tanya Andra hati-hati takut menyinggung perasaan Alea yang sensitif hari ini.

Alea menoleh ke arah Andra lalu menggeleng. "Kenapa? Andra mau?"

Andra menggeleng dengan cepat. Alea melihat Andra lalu teman-temannya. "Kalian mau? Kenapa lihatin gue kayak gitu?"

Sama dengan Andra mereka menggeleng dengan kompak.

Alea menghela napas. Ia menyendok es krim dan rujak lalu menyodorkannya ke arah Andra. "Buka mulutnya, Ndra. Aku mau kamu juga rasain enaknya es krim rujak buatan aku!"

Andra mengernyitkan keningnya. Dia menutup rapat mulutnya tak mau menerima suapan dari Alea. Alea tidak bodoh, ia tahu kalau Andra tidak mau ia suapi. Mata Alea berkaca-kaca. "Kamu enggak mau aku suapi, ya?" Andra gelagapan melihat Alea yang berkaca-kaca. Ia tak mau disalahkan oleh Letisya karena sudah membuat Alea menangis. "Aku mau, kok!" seru Andra dengan terpaksa.

Mata Alea berubah. Ia berbinar senang mendengar jawaban dari Andra. Alea menyuapkan satu sendok es krim dengan rujak.

Saat suapan Alea sampai di mulut Andra, yang pertama ia rasakan adalah mual. Rasa manis es krim berpadu dengan pedas dan asannya mangga membuat Andra mual. Beruntungnya Andra bisa menahan agar tidak sampai muntah.

Teman-teman Andra tak dapat menahan tawa mereka saat melihat ekspresi tersiksa Andra.

"Ampun, wajah lo, Ndra! Sumpah gokil!" seru Deon di tengah tawanya.

"Lanjutin, Al, siksa terus Andra sampai lo puas!" tambah Sam yang juga sambil tertawa.

Melihat empat temannya tertawa lepas, Alea mencebikkan bibirnya. Ia menatap empat temannya, "Jangan ketawain, Andra!"

Namun, perkataan Alea tak didengarkan oleh empat remaja itu. Mau tak mau membuat Alea berkaca-kaca dan hampir menangis karena merasa diacuhkan.

"Kalian jahat!" Air mata Alea tumpah.

Andra yang duduk di samping Alea segera merengkuh tubuh Alea ke dalam dekapannya. "Jangan nangis, ya, Sayang!" seru Andra menenangkan Alea.

Namun, tidak berhasil. Empat remaja itu gelagapan melihat Alea menangis.

Khanza meminta maaf kepada Alea begitu juga Deon, Rian dan Sam. Alea menatap empat temannya dengan mata yang penuh air mata.

"Gue mau kalian juga makan es krim buatab gue kayak Andra tadi."

Empat remaja itu merasa dijatuhi bom saat itu juga, Well hukum karma berlaku, Andra diam-diam menyembunyikan tawanya.

"Rasain!" celetuk Andra kesal.

Khanza membujuk Alea agar dia disuruh melakukan sesuatu dan tidak memakan es krim aneh kreasi Alea yang terlihat mematikan itu.

Ales kembali menangis karena teman-temannya tidak mau menuruti keinginannya.

"Ya udah, kita bakal makan, kok, Al!" seru Sam yang tidak tega melihat Alea menangis.

Mendengar persetujuan Sam membuat tangis Alea tiba-tiba berhenti. Alea bersorak senang. Sementara empat temannya itu merutuk dalam hati.

Reaksi yang sama dengan Andra ditimbulkan oleh Sam, Khanza, Deon dan Rian saat memakan es krim mematikan kreasi Alea. Mereka menerima Suapan dari Alea sampai es krim rujak itu habis tak bersisa. Andra dalam hati bersyukur hanya menerima sedikit suapan dari Alea, tak sampai lima Suapan.

Setelah habis, Khanza, Deon, Sam dan Rian berpamitan ke kamar Mandi, ada yang beralasan ingin buang air, ada yang ingin mandi, dan ada yang ingin cuci muka. Tanpa curiga Alea menyilakan keempat temannya.

Diam-diam, Rian membisikkan pada Andra kalau mereka ingin kabur karena sudah tidak kuat menerima siksaan dari Alea.

Saat menyadari teman-temannya tak kunjung kembali. Alea menangis karena merasa telah jahat kepada teman-temannya. Untungnya Andra berhasil membujuk Alea untuk berhenti menangis dengan menemani Alea tidur.

Hari yang dijanjikan oleh Andra kepada kedua orang tua Alea akhirnya tiba. Andra datang bersama dengan papanya ke rumah Alea. Kedatangan Andra disambut hangat oleh Alea. Perempuan itu tak mau berpisah jauh dari Andra, bahkan saat Adi meminta Alea untuk duduk di sebelahnya saja Alea menolak bahkan sampai menangis.

Andra memberikan bukti-bukti yang sudah ia kumpulkan dengan Rian di dalam sebuah flashdisk kepada Adi. Ada beberapa video, foto, dan rekaman suara yang berhasil mereka kumpulkan.

Pada malam itu, akhirnya semua kesalahpahaman yang terjadi terselesaikan. Andra senang sekali. Malam itu juga, mereka membahas tentang pertunangan Alea dan Andra yang akan dilakukan bulan depan. Juga, membahas perihal universitas mana yang akan dipilih oleh Andra dan Alea.

Kedua kompak ingin berkuliah di universitas yang sama yaitu tempat Dean berkuliah saat ini. Andra dan Alea sepakat mengambil fakultas managemen karena mereka nantinya akan meneruskan perusahaan orang tua mereka. Karena Andra putra tunggal William maka mau tidak mau ia nantinya yang akan mewarisi seluruh harta kekayaan William. Sementara Alea, ia mendapat bagian untuk memimpin perusahaan cabang Adi.

Selama pertemuan keluarga tadi, Alea tak henti-hentinya bersikap manja kepada Andra. Kedua orang tua Alea menatap sang putri dengan pandangan bingung karena kemanjaan Alea berkali lipat.

Makin hari, keanehan tingkah Alea makin menjadi. Contohnya saja, suatu hari saat sedang sarapan, Alea meminta makan di piring bekas Dean, Hal yang tidak pernah Alea lakukan sebelumnya. Biasanya Alea yang jiks disodorkan sayur asem dan ikan bakar akan dengan semangat makan, malah tidak mau memakan dua menu kesukaannya itu.

Hari ini, Alea ada jadwal untuk mengambil surat keterangan lulus atau biasa disebut SKL. Dan pada hari ini juga bertepatan dengan wisuda kelulusan Dean. Semua keluarga Alea pergi ke acara wisuda tersebut, rencana awalnya seperti itu, tetapi Alea pagi tadi mengatakan kalau dia tidak ingin ikut dengan alasan mengantuk karena terlalu merindukan Andra hingga tak bisa tidur semalaman.

Letisya yang memperhatikan keanehan sikap Alea, makin lama makin mirip dengan dirinya dulu saat hamil. Tetapi, lagi-lagi Letisya menepis pemikiran itu.

Dikarenakan Alea tidak ikut ke acara wisuda Dean dan tidak pergi ke sekolah untuk mengambil SKL, mau tak mau kedua orang tua Alea-lah yang mengambil SKL putri mereka. di sana mereka bertemu dengan Andra dan teman-temannya.

“Alea kenapa enggak datang, Tan?” tanya Andra pada Letisya.

Letisya menjawab sesuai dengan apa yang didengarnya dari Alea. “Dia kangen sama kamu sampai buat dia enggak bisa tidur semalaman.”

Andra mengerutkan keningnya heran mendengar jawaban Letisya. Sebuah pertanyaan berkelabatan di kepala Andra. Apakah Alea benar-benar hamil?

Setelah Letisya dan Adi berpamitan pergi ke wisuda Dean. Andra pun pergi menuju rumah sang kekasih hati untuk mengkonfirmasi pertanyaan di kepalanya.

Bunyi bel yang ditekan berkali-kali terdengar memekakkan di telinga Alea. Alea yang mengantuk dan malas beranjak dari tempat tidurnya menggerutu sambil menuruni tangga menuju pintu utama untuk membukakan pintu. Di rumah Alea tidak mempunyai satu orang pun pembantu, semua urusan rumah termasuk bersih-bersih dan memasak dilakukan oleh Letisya sendiri. Alea membuka pintu dengan wajah cemberut. Saat pintu sudah terbuka
lebar, sesuatu menubruk badannya. Salah, seseorang. Andra. Andra memeluk Alea erat, ia rindu dengan Alea.

Beberapa hari ini
tidak bertemu dengan Alea karena ia mulai mempelajari perusahaan Papanya. Alea yang dipeluk erat oleh Andra meronta. Bukan ia tak suka, hanya saja perutnya bergejolak mencium aroma parfum Andra. Padahal Alea sangat menyukai wangi parfum Andra sebelumnya. Dengan kuat Alea mendorong tubuh Andra dan berlari ke wastafel dapur untuk memuntahkan isi perutnya yang bergejolak ingin keluar. Andra yang melihat Alea berjalan cepat, hampir seperti berlari, mengikuti Alea dengan kening berkerut, bingung.

Andra segera memijat tengkuk Andra saat melihat Alea membungkuk
di depan wastafel, muntah. Khawatir langsung menyeruak di lubuk hati Andra. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Andra khawatir.

Alea berkumur setelah memuntahkan cairan bening. Andra membawa Alea duduk di kursi depan pantri. "Udah enakan?" tanya Andra lagi dengan
raut khawatir yang tak bisa ditutupi.

Alea mendorong tubuh Andra menjauh. Ia juga menutup hidungnya, menghalau wangi parfum Andra tercium di hidungnya. "Lepas seragam kamu! Aku mau muntah cium wanginya!" Andra mengerutkan keningnya mendengar penuturan Alea.

Bukannya Alea suka sekali dengan wangi parfum ini? Begitulah kiranya pertanyaan yang bersarang di kepala Andra saat ini. Meskipun begitu, Andra tetap  menuruti perkataan Alea yang meminta ia melepas seragamnya menyisakan kaus putih polos yang digunakan Andra sebagai dalaman.

Alea mengendus bau Andra. seulas senyum terpatri di wajah ayu Alea saat tak mendapati wangi parfum Andra lagi. "Begini, kan enak jadinya. Aku jadi enggak pengin muntah kalau cium bau kamu." Andra mengerutkan keningnya.

"Bukannya kamu biasanya suka ya,  kalau aku pakai parfum itu?"

Alea terdiam. Ia membenarkan pertanyaan Andra. Alea memutar kembali ingatannya. Dia sangat aneh beberapa minggu terakhir ini, Alea menatap Andra dengan takut.

Andra mengusap kepala Alea dengan lembut, memberikan seulas senyum yang menenangkan Alea. "Kita tes, ya?"

Alea benar-benar takut. Ia ingat kalau dia dan Andra pernah melakukan itu saat di acara perayaan ulang tahun Sarah. Meskipun, karena pengaruh obat tetap ada kemungkinan kalau kejadian semalam itu bisa membuat dia hamil, bukan? Pasalnya malam itu, Andra juga tidak memakai pengaman dan Alea juga tidak meminum pil setelahnya.

Andra memberikan kantong plastik yang tadi ia bawa kepada Alea. Is meminta Alea untuk melakukan tes kehamilan dengan test pack yang ia beli di apotek sebelum ke rumah Alea.

"Aku takut, Ndra!" seru Alea dengan mata berkaca-kaca.

Andra mencium kening Alea sedikit lama lalu menatap Alea dengan segenap keyakinan yang ia miliki. "Semua akan baik-baik aja. Kalau memang nantinya kamu hamil, aku akan tanggung jawab dengan senang hati, Sayang."

Alea meraih kantong plastik berisikan kumpulan test pack yang dibeli Andra. Alea mengajak Andra ke kamarnya karena menurut Alea tidak aman jika melakukan tes itu di kamar mandi luar kamarnya.

Sementara Alea di dalam kamar mandi untuk melakukan tes, Andra menunggu di kamar Alea dengan gelisah. Dia mondar-mandir seperti setrikaan. Tentunya ia senang jika Alea mengandung anaknya, yang dia takutkan adalah kondisi mental Alea. Ia takut Alea tidak bisa menerima keadaannya yang tengah mengandung, mengingat betapa inginnya Alea untuk melanjutkan pendidikan dan mengejar cita-citanya, meskipun nantinya Alea menikah dengannya. Andra tidak akan melarang Alea untuk melanjutkan pendidikan dan mengejar cita-citanya, namun berbeda lagi jika Alea mengandung, Ia takut jika Alea nanti dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

Pintu kamar mandi dibuka dari dalam. Andra langsung berjalan ke arah Alea yang keluar membawa beberapa test pack yang sudah ia gunakan. Andra memperhatikan ekspresi Alea, wanitanya itu seperti orang linglung.

"Sayang!" panggil Andra sambil memegang bahu Alea.

Alea menatap Andra. Tanpa Alea perintah air matanya luruh dengan sendirinya. Andra segera memeluk tubuh mungil Alea, menenangkan wanitanya.

"A-aku, aku hamil, Ndra!" seru Alea di tengah tangisnya. "A-aku takut Papa, Mama, Bang Dean marah dan kecewa sama aku!"

Andra terus mencoba menenangkan Alea. "Aku akan tanggung jawah Sayang! Aku akan jelasin ke keluarga kita!"

Andra mengurai pelukannya. Ia mendongakkan wajah Alea aga menatap ke arahnya. "Kita hadapi semuanya bareng, ya!" Andra mengusap lelehan air mata dari mata Alea lalu mengecup kedua mata Alea bergantian

Alea masih sesenggukan. Andra berlutut di depan Alea. Diusapnya perut Alea yang masih datar. "Halo, Baby! Bantu Papa bujuk Mama kamu biar enggak nangis lagi, dong! Bilang sama Mama kalau Mama tetep nangis nanti Baby juga ikut sedih!" seru Andra seolah berinteraksi dengan calon anaknya. Melihat interaksi Andra dengan calon anak mereka membuat Alea

terharu, senang. Ia mengusap kepala Andra. "Berdiri, Ndra!" seru Alea dengan seulas senyum yang menghiasi wajahnya.

Andra menurut, seulas senyum tercetak di wajahnya. Dia mengusap bekas air mata yang masih tersisa di wajah Alea. "Kalau kamu senyum begini, kan, lebih cantik!"

Alea tersenyum lebih lebar mendengar perkataan Andra.

"Kamu mau apa, Yang?" tanya Andra pada Alea. "Biasanya kalau ibu hamil itu penginnya banyak, aku akan turuti semua yang kamu pengin biar kamu dan anak kita senang."

Alea menunduk. Sebenarnya ia memiliki keinginan, tetapi ia malu untuk mengungkapkannya pada Andra. Alea memilin kaus yang dikenakan Andra. Andra mengerutkan keningnya melihat tingkah Alea. Ia mendongakkan

kepala Alea untuk menghadap padanya. "Kamu mau apa?"

Alea memalingkan wajahnya. "Ci-cium!" seru Alea malu-malu.

Andra tersenyum melihat rona merah yang menghiasi wajah Alea. Ia mencoba menolehkan wajah Alea agar menghadap ke arahnya. Namun, Alea menolak."Kalau kamu enggak hadap ke aku, gimana aku bisa cium kamu, Sayang?" tanya Andra dengan nada menggoda.

Alea mendengus. Ia menoleh ke arah Andra. "Yang minta cium bukan aku, tapi anak kita!" protes Alea.

Andra terkekeh. "Oh, Baby yang mau dicium sama Papa, nih?"

Alea mengangguk.

Andra berlutut di depan Alea dan mencium perut Alea, ia menatap Alea yang matanya berkaca-kaca dengan bibir mengerucut,

“Kok yang dicium perut aku!" protes Alea dengan mata berkaca-kaca.

Andra memang sengaja menyyoda Alea. “Kata kamu anak kita yang minta dicium, ya udah aku cium perut kamu, kan anak kita ada di sana, Sayang."

Alea mendorong Andra karena kesal dan melempar sembarang test pack yang dibawa. Ia segera berjalan ke arah tempat tidurnya dan menutup seluruh permukaan tubuhnya dengan selimut setelah merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.

Andra terkekeh melihat tingkah lucu Alea saat merajuk. Ia mendekati Alea, duduk di sebelah sisi Alea. Ia membuka selimut yang menutupi tubuh Alea. Wanita hamil itu membalikkan badannya, membelakangi Andra.

"Sayang, jangan ngambek, dong! Sini-sini," Andra membalikkan badan Alea agar menghadap ke arahnya. Berhasil. namun perempuan itu enggan menatap ke arah Andra.

Andra mengecup pelipis Alea. "Sayang," seru Andra dengan lembut. "Tatap aku!" Andra mengusap pelipis Alea dengan lembut. Seolah tersihir, Alea menoleh ke arah Andra.

Andra tersenyum sekilas sebelum menghujani kening, kedua mata, hidung dan pipi Alea dengan ciuman. Kedua pipi Alea merona mendapat perlakuan lembut dari Andra. “Aku suka lihat kamu blushing gini, makin cantik."

Andra menjatuhkan ciumannya di bibir Alea. Menempel cukup lama. Alea memejamkan matanya rapat-rapat. Kedua lengan Alea mengalung di leher Andra. Lelaki itu mulai menyesap bibir Alea bergantian kemudian melumat dan mengabsen isi rongga mulut Alea.

Lidah keduanya saling berbelit. Andra yang tadinya duduk di sebelah Alea kini berganti menindih Alea. Tangannya yang tadi diam kimi berganti mengusap permukaan tubuh Alea hingga berhasil membuat wanitanya melenguh, menikmati perlakuan sang pria.

Andra menarik Alea untuk berganti posisi. Andra duduk di atas tempat tidur dengan Alea yang mengangkangi Andra, kedua kaki Alea melingkar di pinggang Andra. Tak ada bagian tubuh Alea yang terlewat dari jamahan tangan Andra. Sentuhan lembut yang diberikan Andra membuat Alea melenguh. Kecupan yang diberikan Andra mulai beralih ke leher jenjang Alea.

Si wanita hanya melenguh, menikmati perbuatan di pria. Sesekali, jemarinya meremas rambut prianya dengan lembut, menyalurkan sensasi nikmat yang ia rasakan. Wanita itu tak menyadari jika piyama yang ia kenakan satu per satu kancingnya mulai terbuka karena ia terlalu menikmati dan terhanyut dalam kenikmatan yang ia terima dari si pria.

Andra menurunkan piyama Alea sampai batas siku. Lalu mengecupi bahu Alea dan meninggalkan tanda kepemilikan di sana. Si wanita makin mendekatkan badannya ke arah si prianya. Alea mengeratkan belitannya di pinggang Andra hingga ia bisa merasakan sesuatu mengeras di area selangkanya.

Andra mengeluh saat Alea dengan sengaja menggeser posisinya makin mendekat. "Say—"

"ANDRA! ALEA!"

***

Dilarang nodong-nodong buat NEXT!

Harap bersabar jika ingin menunggu kelanjutannya 🙄😌













Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top