Bab 76. Akhir hidup Alea?

Alea menangis sejadi-jadinya.

Ia tidak tahu harus berbuat apa selain memeluk Xiao Hua dengan erat.

Suara meriam yang menyerang kapal-kapal mereka membuatnya ketakutan.

Gadis itu melihat mayat yang berterbangan di atas kapal.

Entah kenapa ia tidak memiliki keberanian seperti biasanya.

Apakah karena kali ini tidak ada Pushan di sisinya?

Atau karena ia tahu bahwa sejarah mengenai bangkai Kapal Belitung ini benar adanya?

Suara aba-aba Di Xuan bercampur dengan tawa mengerikan para penyihir membuat Alea luar biasa histeris.

Ia tidak ingin mati disini.

Ia tidak boleh mati di tempat ini.

Tembakan meriam itu semakin mendekati kapal layar mereka.

Kali ini tembakan tersebut nyaris mengenai sisi kanan kapal.

Tian Shu memerintahkan awak kapal untuk mendayung sekuat mungkin.

Mereka harus bisa melewati Selat Gaspar dan pergi menuju ke arah Semenanjung Malaysia. Di sana, ada pos pelarian ketiga yang telah dibangun oleh Xiao Hua. Jika mereka bisa tiba di sana maka para prajurit di pos tersebut dapat melindungi keselamatan para kru kapal.

Suasana semakin mencekam.

Alea dapat mendengar deru suara ombak yang bergulung.

Ketika gadis itu mengintip ke arah belakang kapal, ia melihat gulungan ombak yang tinggi.

"Awassss!!!!" jerit Alea panik.

Mendengar jeritan Alea, Di Xuan langsung berlari ke arah belakang dek.

Ia kemudian membiarkan siluman topan menguasai tubuhnya lagi. Pria itu menghembuskan angin kencang untuk menambah laju kecepatan kapal. Kapal mereka berhasil menghindari amukan ombak untuk sementara, tapi tidak demikian dengan kapal yang ditumpangi Xiao Ke.

Xiao Ke menjerit-jerit ketakutan saat melihat gulungan ombak yang siap menelan kapalnya.

Byar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Dalam sekejap, kapal besar yang ditumpangi oleh Xiao Ke dan Ibn-Abbas hancur berkeping-keping.

"Xiao Ke!!!!!!!!!!!!!!!!!" jerit Di Xuan.

Pria itu langsung membiarkan siluman laut masuk ke dalam tubuhnya. Ia kemudian terjun ke permukaan air laut yang berwarna gelap dan berusaha menyelamatkan Xiao Ke dan juga Ibn-Abbas yang tenggelam.

Alea terduduk lemas.

Sejarah yang tertulis di dokumen penelitian Profesor Watt itu benar adanya.

Hari ini benar-benar hari dimana Kapal Arab tersebut tenggelam di perairan Selat Gaspar.

Gadis itu melihat nasib kapal layar yang kemudian juga diidentifikasi dengan nama Tang dan Batu Hitam Shipwreck itu berakhir.

Belitung Shipwreck.... Tang Shipwreck... Batu Hitam Shipwreck...

Apapun namanya, hari ini ia menjadi saksi hidup karamnya kapal yang menjadi misteri di masa depan.

Gadis itu menoleh ke belakang. Ia melihat para penyihir yang mengejar mereka semua dengan kapal-kapal yang melaju dengan kencang. Mereka membunyikan terompet dari kerang dan menabuh genderang yang terdengar sangat mengerikan.

Para penyihir itu menghentikan kapal milik Di Xuan dengan kekuatan hitamnya.

Melihat beberapa penyihir yang mulai merayap memasuki kapal, Nobi bersaudara pun segera bertransformasi menjadi harimau yang bertaring tajam. Mereka melindungi Alea dan Xiao Hua dari serangan para penyihir tersebut.

Namun, apa yang dikhawatirkan oleh Kobi pun terjadi.

Kehadiran Cakra yang mendarat di atas layar kapal membuat hewan gaib itu ketakutan. Kobi tahu bahwa kekuatan mereka bertiga tidak akan sanggup melawan kesaktian Cakra.

Alea segera bangkit untuk melindungi Xiao Hua yang masih terbaring lemah.

Ia segera meraih liontin yang dikenakan oleh Xiao Hua.

Pelan-pelan Alea menyembunyikan liontin tersebut di dalam saku sarungnya.

Gadis itu meminta Nobi untuk melindungi Xiao Hua.

Jika sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya, ia menyuruh Nobi untuk mengantar Xiao Hua kembali ke dataran Tang.

Cakra turun dari atas layar kapal.

Wajahnya terlihat puas saat melihat wajah Alea yang terdesak. "Lihat siapa yang bisa kumusnahkan hari ini.... ".

Alea menelan ludah. Sepertinya hari ini memang hari kematiannya. Ia harus pasrah dengan nasib yang telah menunggu nyawanya.

Gadis itu menitikkan air mata.

Ia teringat dengan awal kedatangannya ke Tanah Sriwijaya.

Pertemuannya dengan Balaputra, kisah cintanya dengan Xiao Hua dan Pushan.... kematian Devaputra dan kini.... akhir hidupnya yang akan berakhir di Selat Gaspar.

Semoga di masa depan, mereka akan menemukan kerangkaku yang tenggelam bersama Belitung Shipwreck, doa Alea di dalam hati.

Alea mengambil pedang milik Xiao Hua.

Tentu saja ia tidak tahu cara menggunakannya, namun bukankah lebih baik ini lebih baik daripada harus mati konyol di tangan Cakra?

Gadis itu mengacungkan pedang ke wajah kakak kembar Sakra.

Makhluk jahat itu tertawa meremehkan keberanian Alea. "Hidupmu pasti indah jika saja kau bukan keturunan Pandita Taraka!".

Alea terdiam mendengar ucapan Cakra.

"Aku akan memutuskan takdir yang menaungi cawan suci Syailendra ini dengan kematianmu. Saat kau bertemu dengan tua bangka itu di alam baka- aku harap ia akan menyesali keputusannya untuk mendepakku dari posisi pengawal legenda" ujar Cakra meluapkan kemarahannya.

Makhluk itu memainkan jari-jarinya yang panjang.

Tak lama kemudian, pedang yang dipegang Alea bergerak dengan sendirinya.

Benda tajam itu berputar sehingga sisi pedang yang tajam kini berbalik menghadap ke arah perut gadis itu.

Alea berupaya keras melawan gerakan pedang tersebut namun apa daya kekuatannya tidak cukup besar untuk melawan pengaruh Cakra.

Gadis itu teringat dengan liontin yang ada di dalam sakunya.

Tapi apakah ia punya cukup waktu untuk mengaktifkan liontin Dewi Tempo? dan apakah liontin ini masih bekerja? Bukankah menurut penglihatannya, liontin ini hanya bisa digunakan satu kali selama satu hari?

Bagaimanapun ia harus mencobanya.

Sesungguhnya ia tidak ingin mati di sini.

Alea mulai menarik napas dan melakukan ritual untuk mengaktifkan liontin tersebut.

Di saat Cakra menggerakkan pedang tersebut untuk menusuk perut Alea, tiba-tiba dari permukaan laut muncul gelombang besar yang menerjang Cakra.

Makhluk itu terhempas keras ke pinggir kapal. Ia terkejut melihat sosok pria muda yang tidak pernah dikenalnya.

Di Xuan menatap Cakra dengan sorotan yang dingin. Pria itu menunjukkan posenya yang siap bertarung.

Ada perasaan aneh yang hinggap di hati Cakra saat melihat wajah Di Xuan. Ia tidak menyukai sorotan mata anak muda itu.

Di Xuan mengirimkan telepati ke arah Cakra. "Maju satu langkah lagi dan aku akan mencabik-cabik tubuhmu wahai pengkhianat langit!"

Cakra benar-benar tersentak. Siapa anak muda ini? Apakah dia seorang penyihir?

Mengapa ia tidak pernah bertemu dengan manusia ini sebelumnya?

Dan kenapa ia tahu tentang masa lalunya?

Cakra menggerakkan jarinya untuk menyingkirkan Di Xuan.

Pupil mata Di Xuan berubah menjadi putih. Ia menyapu serangan Cakra dengan sabetan tangannya.

Cakra pun kembali terpental ke pinggir kapal. Baru pertama kali dalam hidupnya, ia merasa ketakutan. Energi anak muda ini lebih mengerikan dari energi Pushan.

Di Xuan lalu mengangkat tangannya dari kejauhan. Tubuh Cakra tiba-tiba terangkat ke atas dan lehernya bak dijerat oleh tali yang sangat kuat. Makhluk itu berupaya sekuat tenaga untuk melawan pengaruh Di Xuan.

Anehnya, Cakra seperti kehilangan kekuatan.

Ia bak anak ayam yang tengah berada di dalam cengkeraman elang pemangsa.

"Pilih... mati di sini atau membiarkan kami semua pergi?" tanya Di Xuan melalui telepatinya.

Cakra tertawa sinis. Berani-beraninya anak muda ini mengancamnya. "Kau pikir aku makhluk level kacangan yang akan takluk oleh ancamanmu?" teriak Cakra angkuh.

Di Xuan menggerakkan tangannya kembali. Leher Cakra semakin tercekik. "Bunuh aku... maka Balaputra dan Pushan akan mati di tangan Nyai Gunting Alam" seru Cakra dengan suara terhimpit.

Mendengar nama kedua pria itu, Alea pun langsung meminta Di Xuan untuk melepaskan Cakra. "Apa maksudmu? Apa yang terjadi dengan Sri Baginda dan Pushan?" desak Alea panik.

Cakra tersenyum licik. Alea jatuh dalam perangkapnya. Seperti yang telah ia duga, kedua pria itu memiliki arti khusus di hati gadis itu.

Alea pun memaksa Di Xuan untuk melepas Cakra. Namun Di Xuan menolak permintaan Alea. "Di Xuan... kumohon... Xiao Hua mengorbankan nyawanya untuk keselamatan Sri Baginda! Apakah kau akan membuat perjuangan Xiao Hua sia-sia?" pinta Alea sambil menangis.

Vaniyaga Tang itu akhirnya mengalah juga. Ia melempar Cakra hingga makhluk itu kembali tersungkur di atas permukaan kapal.

Tepat saat ia jatuh, Cakra melihat aura dari sosok yang ada di dalam tubuh Di Xuan.

Ia tertawa keras, "Hah, rupanya engkau seorang chaneller!" gumam Cakra senang.

Akhirnya ia mengetahui mengapa pria muda itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Sedari tadi, ribuan makhluk gaib yang menguasai langit dan lautan berkumpul di dalam tubuh Di Xuan. Mereka lah yang menggerakkan tubuh Di Xuan sehingga kekuatannya tidak tertandingi.

Cakra kemudian berpura-pura menawarkan diri untuk membiarkan Alea pergi dari Tanah Sriwijaya. "Aku akan kembali lagi dengan pasukan yang lebih banyak..." ujarnya berbohong. Ia kemudian pergi melesat ke langit meninggalkan mereka semua di dalam kapal.

Alea menarik napas lega. Ia tidak menyangka jika mereka semua bisa lepas dari cengkeraman Cakra. Melihat kepergian dewa itu, Di Xuan pun melepas satu-satu para makhluk yang merasuki dirinya.

Saat makhluk terakhir akan keluar dari tubuhnya, tiba-tiba ia merasakan keberadaan sebuah energi jahat yang menyusup masuk.

Sial!

Cakra!!

"Aku tertipu" sesal Di Xuan. Makhluk itu berhasil memasuki tubuh Di Xuan dan menggunakannya sebagai medium. Di Xuan berupaya keras mengontrol tubuhnya tapi semua sudah terlambat. Ia merasakan seluruh pembuluh darahnya bergerak dengan cepat dan dalam hitungan ke tiga, tubuhnya sudah berada di bawah kendali Cakra.

Pupil mata Di Xuan berubah menjadi kehitaman. Ia tertawa meringis sambil menghadap ke arah Alea. "Hahahahahaha.... kau pikir mudah untuk mengalahkan Cakra? Aku adalah makhluk terhebat di galaksi ini.... akulah yang cocok untuk menjadi penerus Kaisar Langit" tawa Di Xuan yang tengah kerasukan. Pria itu mengambil pedang Xiao Hua yang terjatuh di permukaan kapal.

Nobi langsung mengambil aba-aba siaga. Ia harus melindungi Alea dan Xiao Hua sesuai pesan Pushan dan Balaputra.

Di Xuan mengangkat pedang tersebut dan mengamatinya dengan seksama. "Hah, rupanya engkau mencintai gadis ini?" ujarnya berbicara sendiri.

Rupanya Cakra membaca isi hati Di Xuan. "Apa rasanya jika gadis yang kau cintai terbunuh oleh tanganmu sendiri? Pasti rasanya sakit......" tawanya keras.

Alea meremas liontin yang ada di sakunya. Aku mohon..... berfungsilah!, pinta gadis itu panik. Jangan biarkan mereka semua berakhir di tempat ini, doa Alea sambil meneteskan air mata.

"Ha.... pria Tang itu juga penting buatmu? Baiklah aku bunuh dulu ia... baru gadis yang kau cintai..." tawa Di Xuan yang tengah kerasukan.

Di Xuan pun mendekati Xiao Hua dan bersiap-siap menghujamkan pedangnya ke tubuh Xiao Hua.

"Jangan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" jerit Alea histeris.

Liontin Dewi Tempo, kumohon... kumohon bekerjalah!!!!!

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top