Akita, Hirano, Gokotai, & Maeda
{Lemon}
Touken Ranbu
(c) DMM
Happy Reading!
.
.
.
.
Mengunjungi rumah kekasihnya adalah hal yang paling ditunggu oleh seorang (Surname) (Name). Selain suasana rumah itu yang begitu hangat, gadis itu sangat suka bermain dengan adik-adik sang kekasih yang kelawat imut itu. Dengan berbekal buah kuning yang rasanya 'wah' itu, gadis tersebut berangkat ke kediaman pacarnya.
"Ichi~go!" Sahutnya dengan nada riang, tak lupa mengetuk perlahan pintu kediaman Ichigo. Suara pintu yang dibuka perlahan memasuki telinga (Name). Sang kekasih--Ichigo Hitofuri menyambut gadis itu dengan senyumannya yang begitu hangat. Tak lupa sahutan penuh semangat yang berasal dari adik-adiknya.
"(Name)-san, aku senang sekali kau bisa berkunjung ke sini, maaf agak berantakan," ucapnya dengan nada lembut seraya mengecup dahi sang gadis--menimbulkan rasa bahagia yang tak terhitung di hati (Name).
"Permisi," ujar (Name) pelan. Kedua netranya menatap ke penjuru arah. Dalam hati ia memuji sekaligus mengutuk Ichigo, 'Mbahmu berantakan, Ichi,'
Yap, mustahil dengan sangat jika kediaman seorang Ichigo Hitofuri itu berantakan.
"Ah! (Name)-nee! (Name)-nee datang!" Pekik anak kecil yang memiliki rambut merah muda dengan girang. "Halo, Akita," sapa gadis itu seraya mendudukkan dirinya di lantai rumah yang dingin. 3 bocah lainnya berlarian di sekitar (Name), sementara sang kakak hanya bisa mengomeli mereka dengan lembut.
"Wah! Apa yang kau bawa, (Name)-nee?" Maeda bertanya dengan nada riangnya--walaupun berakibat Ichigo memarahinya karena mengganggu privasi orang lain. Melihat tingkah sang kekasih yang mengomel layaknya ibu-ibu membuat gelak tawa (Name) membahana di seluruh ruangan.
Rona merah merekah di wajah pemuda itu. Tingkahnya mulai gelagapan--mungkin malu karna memarahi adiknya sendiri. "Astaga, Ichi, jika terus begini lama-lama aku yang menjadi ayah dan kau yang menjadi ibu, loh," ucap (Name) dengan nada jahil.
Ok sip, Ichigo sudah benar-benar menjadi 'Ichigo'.
Pemuda rupawan itu menatap jam dinding sejenak--netranya sedikit membelalak kala melihat kemana jarum jamnya menunjuk. "Astaga, (Name)-san ... bisakah kau menjaga mereka semua, aku lupa aku memiliki janji dengan Shokudaikiri," ujarnya tak nyaman.
Kedua netra sang kekasih berbinar penuh semangat. Dengan senang hati (Name) mengusir pacar tercintanya dari rumahnya sendiri. "Bye-bye, Ichi, hati-hati di jalan!" Sementara itu sang pemuda hanya mengerjapkan matanya dengan bingung. Ia hanya tersenyum maklum melihat tingkah laku sang kekasih.
Astaga, (Name), durhaka anda dengan calon suami.
"Nah! Akita, Hirano, Gokotai dan Maeda, kalian penasaran bukan dengan kantong ini?" Bocah-bocah itu mengganguk dengan antusias--bahkan Gokotai juga ikut antusias. Perempuan itu memasukkan tangan ramping miliknya ke kantong yang ia bawa--mengeluarkan sebuah lemon yang segar.
Keempat anak kecil itu terkesiap kagum--walaupun tak tahu-menahu mengenai benda itu. "Apa itu (Name)-nee?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Hirano menumbuhkan niat jahil di kepala gadis itu. Seraya memainkan buah itu di tangannya, gadis itu merencanakan aksinya.
"Hmm~ ini namanya le-mon! Ini benar-benar enak, loh!" Jawabnya sambil menghirupi bau dari lemon itu. "Kalian mau?" Suara heboh menjawab pertanyaan (Name) denagn antusias. 'Astaga, kalian terlalu polos,' batinnya dengan senyum tipis.
.
.
.
.
.
Lemon yang sudah terpotong rapi itu kini tersaji di atas piring plastik. Akita, Maeda, Gokotai, dan Hirano menatapnya dengan kagum. Terlihat dua dari mereka mulai meneteskan air liurnya. (Name) hanya memangku dagunya seraya tersenyum tipis. Sebenarnya ia tak ingin menjahili anak-anak manis ini--mau bagaimana lagi, sifat jahilnya memang sudah terlalu mendarah daging.
Bocah-bocah itu secara serempak memasukkan lemon itu ke mulut mereka--detik itu juga raut masam terpampang jelas pada wajah mereka. 'Tidak enak!' Batin mereka bersamaan. Suara kekehan (Name) memenuhi ruang makan itu--sedikit rasa bersalah terbesit di dadanya. "(Name)-nee! Ini asam sekali!" Rengek Maeda.
"Ahahaha, baiklah-baiklah, (Name)-nee minta maaf. Bagaimana jika kita membuat sesuatu yang seru dengan lemon ini? Kakak janji kalian tidak harus merasakannya!"
.
.
.
.
.
Ichigo beserta adik-adiknya yang lain pulang secara bersamaan. Pintu rumah mereka dibuka dengan pelan--menampilkan kelima penghuninya. Masing-masing dari mereka memegang nampan yang berisikan teh es yang segar. Tanpa ba bi bu lagi, semuanya langsung menyerbu teh yang masih dingin itu. Sungguh sebuah kenikmatan di hari yang panas itu.
.
.
.
.
.
Dan saat itu juga mereka menyesali keputusan mereka tidak mempertanyakan apakah itu teh biasa atau teh lemon.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top