6.
......
Aku kembali ke kelas setelah ayah meminta maaf karena keterlambatannku. Bahkan pihak sekolahpun bingung mereka kira aku akan pindah nyatanya aku kembali. Berkas-berkas kepindahanku sudah diurus oleh ibu namun belum diambil. Mungkin karena aku menolak kemarin jadi ibu masih menundanya. Aku berjalan kearah kelasku karena jam kedua segera akan dimulai. Saat aku sampai semua teman sekelasku menatapku dengan kaget.
"Hey, bukannya kamu pindah kenapa kembali?"Tanya Mei teman sebangkuku, tatapannya nyalang ingin melumatku hidup-hidup. Dia cantik dan lembut seperti itu yang aku kenal, orang baik yang selalu ceria didepan ku tapi sekarang dia menatapku penuh amarah dan merasa jijik.
"Aku tidak jadi pindah. Aku suka disini bersamamu dan yang lainnya."Balasku dan kini aku sengaja mengeluarkan bukuku tidak menghiraukan Mei yang kesal itu. Mungkin dia tengah PMS.
"Aish, seharusnya kamu pindah saja."Mei seolah menyayangkan aku kembali. Tapi kenapa?
Aku masih tidak perduli dengan peringatan Mei aku masih ingin belajar agar nilaiku tidak turun dan aku bisa pergi ke SMU favorit dengan nilai bagus. Tidak perlu pergi kesekolah elit bersama Adam.
Tetapi hal mengerikan langsung menyapaku. Guru tak datang malah preman sekolah menghampiriku. Baju mereka acak-acakan dan tercium aroma rokok yang menyengat.
Dan ketua geng mereka itu Nathan. Dia seharusnya lulus tahun kemarin tapi karena suatu masalah dia harus tinggal satu tahun. Bukannya malah belajar tapi dia kini tengah mengusikku.
"Wah.....wah....orang kaya baru kenapa kembali. Apa ibumu diusir oleh pria kaya itu."Dia mengolok ibuku tapi aku hanya diam. Toh itu kebenaran dan memang kalau nanti benar diusir, tak apalah karena masih ada ayah yang setia menunggu kami.
"Aku hanya ingin belajar, pergilah kamu mengganggu."Aku mengusirnya karena dia sungguh membuatku risih. Selama hampir tiga tahun ini aku tidak bermasalah di sekolah dan aku memang murid pendiam bahkan jarang terlihat karena aku tidak pernah pergi bermain kecuali bersama Mei. Duniaku dipenuhi dengan ayah jadilah aku tidak begitu tahu tentang karakter teman-temanku disekolah. Tidak ada hujan ataupun badai tapi kini Nathan seolah ingin cari orang yang ingin diganggu.
"Belajar, oho....kenapa kamu tidak belajar dengan ayahmu. Dia sungguh pintar untuk menggoda wanita lain tetapi kenapa harus ibunya Mei juga."Dia mencengkeram kerah seragamku. Mei yang tadinya menatapku kesal kini seakan-akan melampiaskan semuanya yang dia pendam. Dia tidak membelaku membenarkan apa yang dilakukan sekelompok berandal itu.
"Kenapa ayahku harus menggoda ibu Mei? Ayolah jangan mengada ngada. Kita tak pernah akrab jadi dari tahu mana kalau ayahku menggoda ibunya Mei."Tanyaku balik. Ibu Mei orang baik selalu membantu bila kami kesusahan bahkan tiap kali mereka kelebihan bahan makanan ibu Mei selalu memberikannya pada kami secara cuma-cuma. Dan kenapa pula beralasan kalau ayahku perlu repot-repot untuk menggoda ibunya Mei. Lagi pula apa alasannya untuk marah terhadapku.
"Masih menyangkal. Ah...kalau ayahnya berengsek lantas anaknya?"Teman dibelakangnya menyela. Nathan masih mencengkeram kerah bajuku.
"Menggoda, meniduri bahkan mencampakannya."Dan kini Nathan berkata kotor bermaksud mengolok ayahku. Sungguh aku tidak suka itu. Kenapa ayahku harus menggoda wanita lain, ayahku selalu mencintai ibuku. Kenapa pula ayahku harus meniduri wanita lain, karena yang kutahu ayah hampir setiap hari bersamaku kecuali dia sedang bekerja. Dan kenapa ayah harus mencampakan wanita lain. Karena aku sendiri jadi saksi ketika ayahku ditinggal pergi ibuku.
"Mei....."Aku menatap Mei ingin meminta penjelasan tentang apa yang dibicarakan oleh Nathan preman sekolah di depanku ini. Kalau tidak suka aku kenapa harus menyudutkan orangtuaku. Dia bisa pergi membuat perhitungan kepadaku tidak perlu mencaci seperti itu.
"Iya....ayahmu mencampakan ibuku setelah menidurinya kenapa kamu harus kembali. Aku senang kalau kamu menghilang dari hadapanku?!!"Mei berteriak padaku dan melempar buku kearahku. Kalau memang ibu Mei berkencan dengan ayahku kenapa aku tidak tahu? Apa mungkin ibu Mei terlalu berharap bisa bersama ayah tetapi ayahku menolak karena mencintai ibuku jadilah ibu Mei memberontak marah dan memutar balikkan fakta seolah-olah ayahkulah pria brengsek itu.
"Mei kita teman kan.....kenapa kamu harus mengutuk ayahku. Bukannya kamu juga sangat senang bila bersama ayahku."Aku tak percaya dengan apa yang diucapkan Mei kepadaku. Kami tumbuh bersama kalaupun sampai ibunya menyukai ayahku bisa langsung membicarakannya padaku dan aku akan terang-terangan mengatakan kalau yang paling dicintai ayahku hanya ibu dan aku. Jadi tidak perlu mengorbankan perasaan untuk ayahku.
"Iya dulu aku senang karena ibuku senang. Aku tidak membicarakannya padamu karena kupikir kita akan menjadi saudara. Tapi, karena ayahmu menyakiti ibuku aku akan memberitahu bahwasanya ayah yang selalu kamu banggakan itu memanglah sangat buruk!!"Mei melempar buku yang tadinya aku keluarkan kearahku. Tak sengaja saat bukunya terbuka, kertas itu menggores pipiku.
"Jangan pernah mengolok ayahku. Dia tidak seperti yang kamu bicarakan. Karna ibumu yang penggoda jadi jangan salahkan ayahku bila dia menolaknya."Aku masih akan terus membela ayahku karena aku tidak pernah melihat keburukan darinya. Kenapa aku harus percaya dengan omongan Mei. Jelas ibunya kalah cantik dari ibuku bahkan dia janda yang ditinggalkan suaminya karena ingin pergi dengan wanita lain. Kenapa harus menjebak ayahku dalam situasi buruknya. Dan sekarang yang kudengar ayahku meniduri ibunya Mei. Fitnah keji yang sungguh aku tidak terima.
Ayolah....jangan bercanda karena ayahku memanglah tampan.
......
"Banyak omong kosong kamu Dean."Nathan itu meneriakiku lagi. Tapi aku tidak melakukan apa-apa bahkan aku tidak berbicara buruk tentang kalian kenapa aku harus pasrah ketika mereka menyudutkanku.
"Aku tidak perduli dengan apa yang kamu bicarakan. Jadi aku anggap kalian hanya bergurau. Pergilah aku ingin belajar."Aku tidak mau memikirkannya dan aku tetap pada kepercayaanku kalau ayah tidak mungkin melakukan hal keji itu. Aku pergi memungut buku ku yang terjatuh. Rasa perih dipipiku aku abaikan dan aku tersenyum kearah Mei. Percayalah, ketika teman baikmu hanya memandangmu dengan tatapan kotor itu sungguh sakit.
"Ayolah jangan bergosip.'Batinku dan aku tidak mau membicarakan omong kosong itu lagi.
Tetapi karena Mei masih tidak terima diapun menamparku.
Plak.....
Suara keras itu menggema. Aku sungguh ingin membalasnya tetapi aku ingat kata kata ayah kalau memukul wanita itu adalah tindakan pengecut.
"Karena kamu pasti akan menyangkal aku akan menunjukkan buktinya."Mei mengambil ponselnya dan kini dia memberikan beberapa foto saat ayah mencium ibu Mei. Hey, ayolah perkembangan ITE sekarang sangat berkembang pesat jadi aku tidak akan percaya dengan mudah. Bisa saja kan itu foto editan.
Aku tidak peduli dan masih fokus dengan buku-buku yang ada didepanku mencoba melupakan apa yang mereka coba tunjukkan kepadaku. Lagi-lagi aku merasakan hal yang tidak mengenakkan disana. Mei bernafas kasar dan dia seolah-olah memberi kode kepada Nathan untuk memukuliku.
Jlmmmm
Aku merasa hantaman itu sangat keras sehingga aku harus tersungkur dilantai kelas. Aku merasa sakit tapi aku mencoba berdiri.
"Lihat.....anak pria brengsek itu mencoba bertahan. Buka matamu Dean, ayahmu memanglah pria brengsek serta bajingan jadi kenapa kamu harus menutup mata!!"Nathan menarik kerah bajuku lagi. Kali ini sudah habis kesabaranku terlalu sering mereka mengutuk ayahku dan kini aku tidak terima. Aku mencengkeram tangannya dan kini akupun berusaha memukulnya. Tetapi karena aku tidak punya siapa-siapa untuk membela maka akulah yang berakhir babak belur disana.
Dalam hitungan menit darah mengucur melewati bibirku. Rahangku terasa terkoyak dan sangat panas. Tidak sampai disitu hantaman dan pukulan tidak serta merta membuat mereka puas dan kini sampai dititik puncak dimana aku akan terakhir kali mencoba bertahan. Aku melihatnya dengan mataku sendiri teman kecilku menyeringai keji kearahku seakan-akan menertawakan ketidakberdayaanku hari ini, Mei mengangkat kursi itu dan dihantamkannya padaku. Tidak ada yang melerai, karena teman temanku setuju akan tindakan mereka. Guru pun seolah-olah menutup telinga dan mata dan akupun berakhir sendirian.
......
Beberapa jam kemudian.
Aku membuka mata, seluruh tubuhku terasa sakit semua dan kini kulihat pergelangan tanganku diperban tidak bisa digerakkan dengan cepat, sepertinya disana patah. Bahkan wajahku pun terasa berat dan perih. Saat sadar aku melihat hanya seperti ruangan putih dan bau obat-obatan menyerbu indra penciumanku.
"Akhhhh..."Aku mengeluh sakit dan kini sedikit mendorong tubuhku untuk berusaha duduk. Aku ingin mencari tahu dimana aku sekarang.
"Ayah....."Panggilku dan aku menginginkan ayahku sekarang. Aku ingin bertanya tentang semua tuduhan yang teman-temanku bicarakan. Dan berharap itu tidak benar dan hanya kesalahpahaman semata. Aku tak apa bila merasakan sakit ditubuhku seperti ini tetapi jangan sampai ayahku terluka karena tuduhan mereka.
"Dean, kamu bangun nak..."Ibuku langsung berlari menghampiriku karna aku ingin bangun. Dan kini ibuku membantuku duduk dan dia kini memeriksa keadaanku.
"Apakah sangat sakit?"Tanya ibuku dan menanyakan kejadian yang kualami.
Aku hanya diam dan tidak ingin berkata apapun sebelum ayahku datang.
"Ibu akan memindahkanmu terlepas kamu mau atau tidak. Disana tidak aman."Ibuku serius dengan apa yang dikatakannya. Karena aku dipukuli di sekolah lama maka ibu akan menyeretku untuk pergi kesekolah baru.
"Kenapa ibu. Apa karna tidak ingin anakmu ini mendengar kalau ibunya pergi dengan pria yang lebih kaya."Aku berontak. Hanya itu yang terlintas dalam pikiranku sekarang. Ibu langsung diam dan terlihat kaku disana. Si om langsung menuntunnya untuk keluar dari ruang rawatku. Aku ditinggal sendirian di sana dan kini seseorang yang ingin kutemu datang.
"Ayah.....hiks....hiks...."Aku menangis dalam pelukan ayah.
"Mereka mengolokmu....mereka mengatakan semua hal buruk tentangmu."Aku merancau didalam pelukan ayah.
"Dean itu tidak benar hmmm, Dean harus percaya kepada ayah dan sekarang jagoan ayah harus menuruti ibu untuk pindah sekolah. Ayah janji akan sering berkunjung jadi Dean tidak perlu pergi ke lingkungan buruk di sekolah lama."Ayah mengusap punggungku. Benar kan, ayah pasti tidak melakukan hal bodoh seperti itu. Dan kini aku merasa tenang dan aku pun mulai mengantuk, efek obat itu masih memenuhi kepalaku.
"Dean istirahat dulu, ayah akan berbicara dengan ibu."Ayah melepas pelukannya dan membantuku untuk tidur.
"Jangan bertengkar."Pintaku pada ayah.
"Tidak akan, karena ibumu pasti akan menangis. Ayah janji akan bicara pelan dengan ibu."Ayah mengusap ujung kepalaku sebelum dirinya meninggalkan ruang rawatku.
Kenapa disaat ada pria yang baik ibu malah pergi dengan pria lain. Kenapa keluargaku sungguh menyedihkan.
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top