5.

Hari berikutnya aku pergi dengan sopir baru yang diminta si om untuk mengantarkanku kesekolah lama. Walau aku tidak nyaman tetapi si om tidak mengijinkanku untuk pergi dengan taxi dan lebih merasa aman kalau aku pergi dengan sopir.

"Terserah sultan lah, duit-duit dia."Gumamku dalam hati masih dengan nada tidak suka.

Disana Adam terlihat tampan dengan seragam SMU nya. Ibuku juga terlihat cantik dan lebih segar dengan seragam petawatnya. Apalah aku dengan melihat diriku. Walau insecure itu dilarang tetapi sepertinya aku butuh diet.

"Kenapa ibu pergi bekerja?"Tanyaku polos tapi masih dengan lirikan mencibir. Aku kira ibuku menarikku kesini untuk hidup nyaman tanpa beban untuk bekerja dan hanya ongkang-ongkang kaki menikmati hasil kerja keras suami barunya.

"Karena ibu suka. Kenapa Dean?"Ibuku bertanya kembali. Tidak tahu kenapa, apapun yang dikatakan ibu aku tak pernah suka. Aku datang kesini pun karna tugas dari Ayah untuk menjaga ibu. Dan seperti pesan Ayah kalau ibu menangis aku harus membawa ibu pulang. Tetapi melihat ibu yang sekarang sepertinya itu mustahil? Aku sedang membayangkan rencana pembunuhan.

"Ya aku pikir ibu hanya ingin bermalas-malasan karena si om itu kaya."Ucapanku sangat menjengkelkan karena disana kulihat Adam langsung pergi dan berniat untuk kesekolah lebih awal dan melewatkan sarapannya.

"Adam pergi duluan."Suara Adam lantang dan dia menunjukkan rasa tidak sukanya. Bagus itu, akan lebih mudah untuk membuat kacau balau keluarga ini.

"Dia bukan si om. Dia itu papahmu sekarang!!'Bisiknya ketelingaku langsung sebelum dirinya benar-benar pergi. Dan kini ibu juga berdiri untuk mengantarkan Adam sampai depan. Ibu juga repot-repot memanggil maid untuk membawakan bekal makan siang adam. Hmmm, Adam sudah besar, kenapa perlu membawa bekal? Apa kantin sekolah elit itu sungguh buruk. Ah....

"Iuh romantisnya."Aku malas dan ingin menyelesaikan sarapanku. Aku tidak mau mati kelaparan seperti kemarin, mementingkan egois dan berakhir kelaparan. Aku harus mengisi energiku supaya niat menjadi pemberontak berjalan dengan lancar.

"Dean...."Panggil si om. Suaranya pelan dan itu sungguh membuatku menjadi tak nyaman. Ayolah segera tampar aku sehingga aku bisa melaporkannya ke komnas perlindungan anak. Aku ingin sekali lari dari rumah ini.

"Iya..."Balasku malas dan kini aku fokus untuk menatap kearahnya. Menunggu apa yang mau dia bicarakan padaku.

"Sebenarnya papah juga melarang ibumu untuk bekerja. Tetapi disana ibumu sangat ingin pergi, jadi papah tidak bisa melarangnya. Seolah ada hal yang tertunda dalam dirinya dan kini ibumu menemukan sesuatu yang diinginkan disana."Si om mencoba menjelaskannya tapi disini aku hanya merasa kalau ibuku pergi bekerja untuk menggoda pria lain dan kini karena si om itu aku sampai disini. Jadi tidak menutup kemungkinan dilain hari ibuku akan melakukan hal yang sama kalau menemukan pria yang lebih dalam fiansial nantinya.

"Iya...karena ada Dean kemarin ibu tidak sampai lulus kuliah. Pergi menjagaku dan kini dia terbebas karena akhirnya aku tidak mengganggu."Aku memang tidak berperasaan. Aku mengucapkan semuanya yang ingin ku ucapkan tanpa aku saring. Karena aku tahu ayah juga harus berhenti kuliah karena harus bekerja. Aku juga ingat nenek mati-matian untuk memisahkan ibu dengan ayahku. Dan sekarang nenek pasti senang disurga karena ibuku sudah hidup nyaman dengan si om yang memang kaya.

"Dean itu anak ibu yang paling manis. Dean tak pernah membebani ibu bahkan menghambat kebahagiaan ibu. Karena Dean itu sumber senyuman ibu dan yang paling utama. Dean itu adalah pria kecil yang membuat ibu selalu bertahan."Ibu memelukku dari belakang. Disana sangat hangat. Tapi hatiku masih saja sebongkah batu es yang butuh waktu lama mencairnya.

"Tapi kenapa kemarin ibu menghilang?"Aku bertanya dan mendorongnya menjauh. Si om juga ikutan berdiri dan langsung memegang tangan ibuku yang ingin menamparku disana. Selalu ada rahasia yang disembunyikan ibuku. Ibu berangkat pagi dan pulang malam. Jarang menyapaku bahkan bertanya apa aku senang atau tidak. Dan sekarang apa yang dilakukannya untukku. Aku sungguh tidak ingin.

"Maafkan ibu Dean.....ibu tak bermaksud."Ibu menatapku lagi dan ingin memegang bahuku tapi aku langsung menghempaskannya.

"Bilang saja ibu memang tak berniat untuk membawaku. Karena ingin membuat ayah menderita kan?'Aku masih tetap pada pendirianku. Tentang ibu yang salah, dan ibulah yang merusak keluarganya sendiri. Aku yang tak peduli dengan perasan ibuku kini memilih mengambil tasku dan pergi untuk kesekolah tanpa pamit dengan sopan.

"Dean......!!"Panggil si om agar aku tak sejahat itu kepada ibu. Tapi menurutku yang seharusnya marah itu memang aku. Aku punya hak karena ibu tak pernah ada waktu aku butuh dulu. Hanya sibuk bekerja bahkan sibuk mencari pria lain.

Ayolah, aku membenci aura itu. Seolah-olah dia adalah orangtua yang sangat sempurna disana.

......

Aku bergegas masuk kedalam mobil baru yang sengaja dibeli si om untuk mengantarkan ku kesekolah. Disana sudah ada sopir yang menungguku. Aku duduk dengan nyaman, tanpa arahan sopir tahu dimana dia akan mengantarku.

Perjalanan kami cukup lama, perlu satu jam untuk sampai karena itu ibu menyarankanku untuk pindah sekolah saja. Tetapi aku menolaknya kemarin dan aku masih ingin bersekolah ditempat lama.

Aku melewati bengkel ayah sebelum sampai. Tetapi disana tutup aku langsung punya fikiran buruk kalau saja ayah sakit. Jadi setelah turun dari mobil dan memastikan sopir kembali pulang aku bergegas menyelinap untuk pergi kerumah.

Aku berlari karena khawatir terjadi sesuatu dengan ayah. Melewati gang-gang kotor jalan pintas agar aku lekas sampai. Sesegera mungkin aku menekan kode rumah tapi ternyata gagal.

"Apa rusak?"Batinku dan aku merasa sangat khawatir.

Aku masih beusaha untuk menekannya lagi. Dan disana tidak berhasil. Jadi aku putuskan untuk menekan bel. Lama....dan akhirnya akupun menggedor pintu dengan brutal.

Brak

Brak

Aku masih tak percaya karena ini seperti sesuatu yang menghantam diriku untuk kedua kalinya. Aku sungguh tidak ingin kehilangan.

"Jangan jangan.....? Ayah....ayah.....apa ayah didalam....ayah......."Teriakku masih tak peduli dengan tetangga yang mungkin merasa aku menggangu ketenangan mereka.

Pikiranku kacau. Aku berfikir mungkin ayah jatuh didalam dan tidak ada siapa-siapa yang membantunya.

Aku mengambil ponselku dan kini berusaha memanggilnya lewat telpon.

"Kenapa tidak diangkat .....ayah....ayah...."Teriakku lagi dan masih dalam posisi menggedor pintu.

Karena panik aku mencoba menghubungi 991. Tetapi sebelum aku menekan tombol panggilan pintu terbuka dari dalam.

"Siapa ya...pagi-pagi berisik?"Ada wanita keluar dari dalam rumah. Dia berpakain rapi walau rambutnya acak acakan disana. Terlihat khas orang yang baru saja bangun tidur.

"Dimana ayah...apa ayah baik-baik saja?"Aku langsung memaksa masuk dan mencoba mencari ayah. Pikiranku tengah kacau dan aku hanya ingin menemukan ayahku.

"Apa kamu Dean?"Tanya wanita itu.

"Iya...dimana ayah?"Aku masih ingin bertemu ayah. Aku tidak berfikir kenapa ada wanita didalam rumah ayah. Mungkin saja tukang bersih-bersih. Bisa jadi karena aku tidak bisa membantu ayah untuk bersih-bersih sekarang.

"Ayahmu sedang pergi ke klinik."Ucapnya dengan suara bergetar. Dan disini aku malah menjadi semakin khawatir.

"Apa dia sakit. Ayolah....."Aku mengacak rambutku prustasi. Kalau ayah sakit kenapa wanita ini menunggu dirumah? Kenapa tidak mengantarkannya dan kenapa dia berpakaian seolah dia tinggal dirumahnya.

"Pergi ke klinik mana. Coba katakan!!"Aku berteriak disana ingin menyusul ayah. Ayahku sakit dan aku masih bisa tidur nyenyak dan makan enak tadi.

"Dean kamu harus duduk. Tante ambilkan minum. Dia pergi ke klinik untuk membeli obat flue."Wanita itu membuatku merasa lebih tenang dan dia kini memberikan aku air minum.

Aku duduk sembari menggoyangkan kakiku. Dan akhirnya aku merasa ada sesuatu yang salah. Kenapa kode rumah diganti. Dan siapakah wanita itu? Aku langsung melirik kearah wanita itu. Disana dia tiba-tiba menjadi diam dan bersikap canggung.

"Apa kamu membantu ayah membersihkan rumah?"Tanyaku dan wanita itu hanya mengangguk mengiyakan saja. Dan sebelum aku bertanya lebih aku mendengar suara kode pintu ditekan dan aku berfikir pasti itu ayah. Dan akupun langsung berjalan kearah pintu.

"Dean...."Ayah kaget dan langsung memelukku.

"Apa ayah baik. Kenapa pergi ke klinik, dan kode pintunya?"Aku bertanya sembari masih mengawasi wanita disana.

"Satu-satu pertanyaannya. Dean duduk dulu."Ayah menggiringku untuk duduk.

"Ayah akan menjawab semua pertanyaan Dean. Dia Dianna sekarang dia akan membantu ayah di bengkel. Bengkel lagi sibuk sekali Dean dan kebetulan Dianna punya pengalaman dan datang melamar jadi ayah bawa dia untuk bekerja."Ayah memberitahu siapa wanita itu. Tapi yang diberitahukan ayah jauh beda dengan apa yang diberitahukan wanita itu.

"Katanya dia...."Aku bingung. Dan ayah menunjukan muka panik disana.

"Aku membantu ayahmu bersih-bersih dan aku boleh tinggal disini untuk sementara. Atap tempat kosan bocor dan masih diperbaiki."Dia beralasan dan ayah mengiyakannya. Aku mencoba mengerti dan memang kata ayah membantu orang yang membutuhkan itu baik untuk dilakukan.

"Ayah hanya mengambil beberapa obat flue karena cuaca tengah tidak bersahabat jadi Dean tidak perlu khawatir."Ayah menunjukkan berapa obat flue disana. Dan aku tak tahu tentang kotak kecil warna pink bergambar strobery. Mungkin itu vitamin. Aku mencoba berfikiran positif dan malas untuk bertanya lebih.

"Dan soal kode pintu. Sekarang ayah harus menggantinya tiap hari sebab banyak penjahat yang menyadap kode pintu. Jadi kalau Dean mampir telpon ayah dulu ya...'Ayah memberitahuku dan aku percaya begitu saja.

"Lalu apa yang dilakukan jagoan ayah disini.  Kenapa tidak pergi kesekolah hmmmm....?"Tanya ayah sedikit kecewa padaku karena aku pergi bolos.

"Aku rindu ayah. Aku ingin terus sama ayah."Aku merengek disana.

"Bagaimana dengan misi yang ayah berikan pada Dean. Apakah jagoan ayah menyerah disana?"Ayah mencubit hidungku gemas.

"Aku berteriak pada ibu."Ucapku dengan nada paling rendah. Aku malu bersikap buruk terhadap wanita terlebih itu ibuku karena ayah tak pernah mengajarkanku untuk itu.

"Apa ibu menarahimu. Ayolah....jagoan ayah tidak boleh nakal dan harus nurut pada ibu."Ayah memberitahuku kalau sikap pemberontak itu tidak boleh dilakukan. Aku harus nurut dan bersikap baik pada ibu.

"Ibu tersenyum tiap waktu. Aku membencinya."Aku bercerita tentang kebahagiaan ibuku dan tertinggal ayahku yang sendirian.

"Ah baiklah, jagoan ayah harus terus melakukan misi yang diberikan oleh ayah. Dan sekarang ayah akan mengantarkan Dean kesekolah karena bolos itu.....?"Ayah memberikan pertanyaan untukku.

"Bolos itu tidak baik. Kasihan ayah dan ibu yang harus banting tulang untuk membayar uang sekolah jadi harus belajar giat dan tidak boleh membolos. Tapi ayah....?"Aku masih ingin bersama ayah.

"Tidak ada tapi. Ayah akan mengantarkanmu kesekolah dan siap mendapat hukuman karena membuat muridnya harus terlambat."Kata ayah yang kini bergegas berganti baju dan mengantarku pergi kesekolah.

Ayahku memang superheroku.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top