18...

Dean pov.

Hari ini pelajaran fisika dan kami harus pergi kelaboratorium untuk melakukan praktek ini dilakukan untuk menambah nilai rapor, semua antusias karena nilai praktek akan menopang semua nilai kami yang kurang. Tetapi aku tidak seantusias yang lainnya, satu kelompok yang terdiri dari tiga siswa hanya saling menatap kesal termasuk aku.

Ada Mei yang satu kelompok denganku, kasus yang terjadi diantara kami masih jadi trending dimajalah sekolah. Mei juga masih mendapatkan sangsi disana, dia tidak mendapatkan skors tetapi semua nilai dari mata pelajaran akan dikurangi 20 yang pastinya dia tidak akan bisa masuk untuk pergi ke SMU favorit. Dia pasti kesal tapi akupun tidak bisa berbuat apa-apa toh itu salahnya juga harus main kasar disekolah.

"Potong kartonnya,"perintahku karena aku masih harus mengambil air dalam baskom. Kita akan melakukan praktikum perahu bertenaga sabun. Aku meninggalkan Mei dengan perintah itu. Aku tidak perduli tentang perseteruan kemarin tetapi aku harus dapat nilai disini terlepas dari semua masalah yang harus kita lalui. Aku membuka kran dan sedang mengisi air. Kulirik dibangku praktikum ada Sea juga yang satu kelompok denganku. Lagi-lagi orang yang tidak ingin kutemui. Sea adalah pria yang kemarin bersama ayah. "Kenapa dunia sesempit ini ya Tuhan," aku mengeluh dan masih menungggu baskom ku penuh. Setelah merasa cukup kini dengan perlahan aku berjalan agar airnya tidak tumpah.

Melihat kertas karton masih utuh dan Mei malah sibuk dengan ponselnya membuatku bernafas kasar.

"Aku harus bertahan, "menyemangati diriku sendiri. Dan kini aku memilih memotong karton itu sendiri dan membentuknya seperti perahu seperti interuksi yang baru aku baca, Buatlah rangka perahu dari karton seperti pada gambar kira-kira 7 cm x 3 cm (ukuran dapat disesuaikan). Masukkan rangka perahu kedalam air dan masukkan detergen secara perlahan-lahan dan lihat apa yang terjadi!.

Rangka perahu selesai dan kini aku masukkan kedalam air yang kubawa tadi dengan pelan-pelan aku masukkan detergen dibelakang perahu, ternyata benar perahu akan perlahan melaju.

"Lihat...." aku senang karena merasa percobaan kali ini berhasil. Tetapi nyatanya Sea memilih meninggalkan bangku kami dan melaporkan kalau kelompok kami sudah selesai mengerjakannya dan akulah yang bertanggungjawab untuk mengisi detail praktikum ini.

"Dengar, dan kumpulkan secepatnya. Kalau kamu tidak bekerja dengan baik nilai kamu juga dipertaruhkan. Aku tidak peduli kamu nyantumin namaku atau tidak. Karena ini tidak akan berpengaruh padaku."Mei bersuara dan ikut pergi meninggalkanku. Mungkin Mei sudah pasrah karena sekeras apapun dia berusaha rapor dia sudah ada ditangan.

Lagi-lagi aku tidak boleh kesal. Semakin api berkobar harus ada yang berkepala dingin untuk menyiraminya. Jadi keputuskan untuk membuat ulasannya sendiri tanpa melapor kalau kelompok tidak akur.

Praktek kali ini untuk mengetahui apakah perahu akan melaju hanya dengan bantuan detergen, dan aku menuliskan alasan kenapa itu bisa terjadi yakni disebabkan adanya pengaruh tegangan permukaan. Jadi aku akan menulisnya dengan detail. Seperti yang kita tahu, karena adanya gaya kohesi antar molekul air khususnya di bagian permukaan membuat sebuah lapisan tipis dan fleskibel yang disebut tegangan permukaan. Dengan menambah detergen ternyata akan memecah lapisan air dan membuat perahu melaju.

Untuk catatan terakhirnya aku menuliskan bahwasanya, setelah melakukan satu kali percobaan, bersihkan kembali embernya kemudian gunakan air yang baru jika ingin melakukan percobaannya lagi.

.....

"Selesai," aku senang dan kini memberikan lembar ulasan untuk kelompok kami kepada guru mata pelajaran fisika. Aku ingin segera kembali ke bangku ku untuk membersihkan sisa perlengkapan praktek tetapi guru fisika menahanku.

"Kapan ayahmu membuka bengkel, mobil ibu perlu diservis," tanya guru fisika yang tidak harus ditanyakan padaku. Letak bengkel ayah ada disamping gedung sekolah yang tidak perlu memakai teleskop untuk melihatnya.

"Dean tidak tahu, Dean tidak tinggal sama ayah lagi." balasku dan kini memilih pergi meninggalkan guru mata pelajaran fisika yang terlihat tidak senang.

Lagi-lagi situasi yang tidak pernah ku inginkan membuatku merasa canggung. Kalau ada urusan dengan ayah tidak perlu mencariku. Pergi saja untuk menemuinya sendiri. Karena tidak ada yang membantuku jadi aku yang terakhir meninggalkan laboratorium. Melihat ponselku dan hari pun sudah sangat sore. Aku bergegas untuk berkemas karena sopir pasti sudah menungguku diluar gerbang sekolah.

Srttttt

Aku mendengar seseorang menutup pintu dengan perlahan seolah tidak ingin didengar oleh siapapun. Menguncinya dari dalam dan dia berjalan kearahku dengan tergesa.

"Sea...."aku kaget karena dia tiba-tiba datang dan mendorongku sampai aku terhimpit dirinya dan terjepit didepan kran air yang berada didalam ruang laboratorium. Bahkan dia membungkam mulutku dengan perasaan khawatir kalau sesuatu yang ada dalam dirinya diketahui orang lain.

"Aku butuh uang jadi bersikaplah seolah kamu tidak pernah melihatnya waktu itu."Sea mengancamku dan aku hanya bisa melihat mata ketakutan yang dia tunjukkan kepadaku selain rasa marah kenapa dia harus ketahuan kemarin.

"Aku pikir, kamu?"ya, aku berfikir Sea adalah pacar ayah tapi nyatanya hanya pasangan bayaran yang dibayar ayah. Tapi sejak kapan dia melakukannya, Sea bukan pribadi yang tertutup bahkan dia bukan orang yang terlihat sangat butuh uang karena terhimpit ekonomi. Semua barang yang dia pakai mahal bahkan dia adalah siswa pertama yang pergi ke sekolah dengan membawa montor sport mewah. Aku balas menatapnya karena aku ingin tahu lebih.

"Aku hanya perlu uang darinya jadi tutup mulutmu!'Sea masih mengancam disana sampai satpam sekolah yang memang tengah memeriksa area sekolah kini menggedor pintu depan.

"Sudah hampir malam, apa yang kalian lakukan disana!"Teriak satpam ingin kita segera pulang karena gerbang sekolah akan dikunci.

"Iya, kita hampir selesai."balasku dan Sea memilih pergi lebih dulu.

......

Semua orang punya permasalahan mereka sendiri-sendiri jadi aku tidak mau turut campur bahkan mengorek rahasia Sea yang sangat dia ingin tutupi.

"Maaf ya menunggu lama, "aku meminta maaf kepada sopir yang nyatanya sudah lama menunggu.

"Tadi bapak pikir aden kabur jadi bapak meminta satpam untuk mencari dulu kedalam sekolah tapi syukurlah aden masih ada didalam."sopir sangat sopan dan dirinya nyatanya ketakutan kalau aku berniat kabur. Oh iya, sopir yang ada bersamaku saat ini bukan sopirnya Adam dan dia bukan yang ada bersamaku saat insiden malam itu. Jadi dia tidak tahu detail ceritanya cuman dia diamanati untuk ikut menjagaku.

"Aku tidak akan kabur, bisa kita pulang sekarang tapi antarkan aku disuatu tempat dulu. Kalau ibu bertanya bilang Dean mau membeli buku." pintaku dan kini aku masuk ke dalam mobil. Sopir mengiyakan dan mulai menyalakan mobil.

Aku sengaja memilih hari ini untuk pergi  ke gedung kosong saat malam pertama kali aku lari meningalkan rumah. Hari itu adalah saat kali pertama aku bertemu dengan seorang pria yang meminjamiku sapu tangan. Dan aku berharap dihari ini aku bisa bertemu dengannya.

"Den, bapak temenin ya,"sopir ketakutan kalau aku berbuat nekat karna aku ingin masuk kedalam gedung kosong yang lama tidak terpakai namun masih berdiri kokoh tanpa ada tanda-tanda akan runtuh.

"Aku tidak akan melakukan sesuatu yang konyol. Jadi bapak tidak perlu khawatir."aku memegang tangannya meyakinkan nya bahwa aku tidak akan berbuat nekat yang akan menyulitkannya.

"Janji,"sopir sedang memberikan jari telunjuknya untukku dia tersenyum disana seolah dia ingin memberikan janji kepadaku kalau aku akan kembali dengan keadaan baik-baik saja.

"Janji,"balasku dan mengkaitkan jari telunjukku kepadanya.

Aku tersenyum dan kini memilih masuk kedalam gedung besar yang sudah lama ditinggalkan itu. Langit mulai gelap dan aku kini menyalakan senterku.

"Apa aden mau pergi uji nyali?"tanya sopir karena merasa khawatir. Dia masih ingin menahanku dan tidak usah pergi.

"Iya, aku ingin melihat hantu jadi bapak tunggu saja di mobil."balasku dan kini aku masih ingin menunggu seseorang yang memang mungkin tak pernah datang.

Glek

Aku mengantuk tiba-tiba, kepalaku terasa akan jatuh karena diriku seakan dihipnotis.

"Diusir dari rumah,"suara berat yang samar kudengar kini duduk disampingku spontan aku mengusap wajahku ingin menyandarkanku kalau memang menunggu itu ada baiknya dan aku tidak sia-sia menjadi donor darah untuk para nyamuk malam ini.

"Tidak,"balasku.

"Lalu, dipukul lagi?"tanyanya yang mengira aku sedang mencari tempat yang sepi dan tenang untuk bersembunyi.

"Tidak juga,"balasku lagi memang bukan itu tujuanku untuk datang kesini.

"Lalu,"

"Aku ingin menemuimu."aku memang ingin menemuinya. Dan sengaja menunggunya.

"Woah apa kamu menungguku, jatuh cinta padaku."dia sedang berfantasi.

"Tidak, aku ingin meminta ijin untuk menyimpan sapu tanganmu. Aku merusak sapu tangan milik kakak dan kebetulan punyamu sama. Bolehkah aku mendapatkannya untukku?'Tanyaku dan kini sengaja menunjukkan sapu tangan yang pernah dia pinjamkan untukku.

"Seseorang teman memberikannya padaku. Kalau kamu sangat membutuhkannya kamu bisa menyimpannya, nanti aku tinggal bilang kepada temanku, ada pria kecil yang sangat menginginkannya."dia mencubit pipiku. Walau disana berisi tetapi dengan tangan besarnya dia tidak sadar malah menyakitiku.

"Terimakasih, sebagai gantinya aku akan mentraktirmu."aku kini memberikan ponselku dan sengaja meminta nomor ponselnya.

"Ah, tidak perlu kita bisa bertemu lain waktu tanpa kamu harus mentraktirku. Sudah tidak sedih lagi?"tanyanya karena saat pertama kali kita bertemu dia melihatku sedang menangis.

"Tidak,"aku menggeleng dan lagi-lagi dia mencubit pipiku.

"Ya ampun manisnya, oh iya aku Tristan,"dia memberitahu namanya.

"Dean....."

"Ha,"dia melihatku dan seolah ingin aku mengulanginya sekali lagi.

"Dean, namaku D....E....A....N. Sudah ya aku harus pulang. Terimakasih sapu tangannya...."aku melambai riang kearahnya dan mengabaikan tatapannya yang ingin tahu lebih tentang diriku. Toh kita bisa lain waktu bertemu dan hari sudah sangat malam aku tidak mau membuat orang rumah mulai khawatir terhadapku.

.....


"Pak kita pulang,"panggilku dan nyatanya sopir ketiduran karena lama menungguku.

"Oh iya, bagaimana dengan hantunya?" sopir bertanya padaku dan kini aku tersenyum kearahnya.

'Hantunya tidur,'cengirku dan memilih melihat keluar jendela.

"Hantu itu keluarnya saat malam den, mungkin hantunya takut sama aden."gerutu sopir dan kini mulai menyalakan mobil lantas mengemudikannya dengan segera.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top