17.

Author pov

Nathan pulang dengan mengendarai moge yamaha p900 dengan pelan. Dia ingin menikmati sejenak jalanan sunyi diarea rumahnya. Walau dia sering melewatinya tetapi memang daerah itu sungguh punya pemandangan yang indah. Letak rumahnya yang berada diujung dan kebetulan ada diketinggian membuat estetika tersendiri saat malam menjelang dan berniat melihat lampu kota menyala. Bahkan siangnya ada saat-saat tertentu akan melihat kereta api lewat dengan suara khasnya.

......

"Oho, siapa ini yang datang,"gumam Nathan kala melihat motor sport dengan helm AGV yang sangat dia kenal terparkir dihalaman rumahnya. Nathan yang penasaran kini sengaja memacu montornya dengan cepat dan ingin tahu kenapa dua pria sok jagoan itu datang kembali.

Berhenti dan memarkirkan montornya, Nathan memilih membuka helmnya sambil berjalan kearah keduanya yang nyatanya menunggu diteras depan.

"Kupikir kamu tidak akan serajin ini pergi kesekolah,"cibir Adam kala melihat Nathan pulang dengan seragam lengkapnya walau terlihat sangat tidak rapi.

"Pergi ke sekolah untuk memukul orang kenapa aku tidak bersemangat,"balas Nathan acuh dan memilih meningalkan keduanya, pergi kelantai atas menaiki tangga disamping bar.

"Yak.....kenapa kamu mengabaikanku,"teriak Adam yang memang tidak sabaran. Dia langsung pergi berlari untuk mengejar Nathan. Dia kesal karena Nathan mengabaikannya tetapi lagi-lagi memang Adam itu ceroboh dan tidak pernah berfikir dengan apa yang akan terjadi dengannya bila mengejar Nathan, Adam selalu saja fokus dengan apa yang diinginkannya dan mengabaikan yang lain. Benar saja Nathan berbalik dan langsung berhenti disana membuat Adam kaget spontan kehilangan keseimbangan.

Brugh

"Hampir saja, terimakasih Tristan."Cengir Adam karena beruntung dia tidak akan cidera karena jatuh.

"Simpan kekuatanmu. Aku lelah dan pergilah aku tidak ada urusan dengan kalian." Nathan membalas dan tidak ingin ribut disana dia merasa sangat lelah karena guru memberikan banyak tugas untuk menambal pelajaran yang dirinya sering absen. Dan memang Nathan berada di semester akhir dan di tahun terakhir seperti halnya Dean makan dari itu Nathan harus segera menyetorkan tugas-tugas sekolahnya.

"Tapi aku ada urusan denganmu,"Adam masih bersikeras, bahkan memegang tangan Nathan untuk memohon. Karena tidak bisa mengabaikan kelembutan tangan Adam kini diapun menyerah.

"Baiklah kalau begitu, masuk," pinta Nathan dan kini meminta keduanya masuk kedalam rumah. Keadaan bar belum sepenuhnya bersih dan memang Nathan berniat untuk menutupnya untuk sementara. Dia ingin fokus mempersiapkan ujian. Walau terkenal berandal tapi dia sangat ingin lulus ditahun ini. Untuk membuktikan kepada kakeknya dia tidak perlu ikut dengannya. Hunian Nathan tidak terlalu buruk. Walau dia tinggal sendirian rumah sangat bersih bahkan perabotan disana juga tertata rapi. Foto keluarga juga sangat manis terpajang dimeja dekat tv.

"Woah ramah juga. Sering-seringlah begini,"Adam menyambutnya dengan suka cita akan tetapi lain yang ditunjukkan Tristan dia sedang memasang wajah waspada. Takut saja kalau tiba-tiba terjadi pengeroyokan part 2 walaupun sabuk hitam itu bisa dibanggakan, kalau urusan dikeroyok itu lain ceritanya.

Karena Nathan membawa keduanya masuk kini Nathan pun bersikap seperti tuan rumah dan memberikan keduanya minum.

"Tidak perlu repot,"Adam merasa itu tidak perlu. Dia hanya ingin berbicara dengan Nathan selebihnya dia akan segera pulang. Sudah beberapa kali dia mengabaikan lesnya.

Menunggu beberapa saat dan kini Adam ingin meminumnya juga.

"Tidak repot hanya sedikit campuran  arsenic didalamnya."Nathan tersenyum, Tristan yang juga mendengarnya kini buru-buru menahan Adam untuk meminum air disana. Tidak ada skin to skin yang berlebihan tetapi Nathan melihat ada sesuatu yang tidak beres diantara keduanya.

"Apa yang membuat kalian harus datang lagi. Aku tidak akan memukul adikmu. Dan kupikir...."Akhirnya Nathan fokus dengan keindahan yang sesungguhnya. Kemarin dia tidak melihat dengan jelas wajah Adam, dan saat berkesempatan kali ini Nathan seolah-olah tak mau menyia-nyiakannya. Rasa lembut tangan Adam yang sempat dia rasakan tidak hilang begitu saja.

Adam yang begitu putih bersih dengan lesung pipi  terlihat juga semburat tipis merona alami diwajahnya. Bibir plum basah dengan volume yang tidak biasa, siapa yang tidak tergoda olehnya. Terlebih Nathan punya kemampuan lebih disana untuk melihat perasaan seseorang. Nathan langsung mencondongkan wajahnya untuk melihat lebih dekat wajah Adam, dia ingin memastikan kalau dirinya salah. Tapi nyatanya, pemberian Tuhan itu tidak bisa dirinya dustakan. Adam sangat cantik untuk ukuran seorang pria.

"Apa yang kamu lakukan!!"Tristan merasa aneh dengan apa yang dilakukan Nathan kepada Adam dan kini dengan sigap membelakangi Adam agar Nathan tidak bisa menjangkau Adam. Lirikan mata Tristan mampu menusuk siapa saja yang mengganggu orang yang ada dibelangknya yang tengah dia lindungi.

"Ooih, aku tidak akan mengambilnya. Aku tahu batasanku, aku juga punya standar sendiri." Lantas Nathan meninggalkan keduanya dan pergi untuk mengambil sesuatu yang pernah dia simpan. Amplop coklat yang  ditinggal Adam nyatanya masih utuh dan kini dilemparnya dimeja depan Adam.

"Ambil dan pergilah!"Usir Nathan karena tak ingin berurusan dengan keduanya lagi. Dia tidak mau mencari masalah dan tidak mau terlibat dalam urusan apapun, dia ingin fokus belajar untuk saat ini.

"Aku tidak datang untuk ini, "balas Adam dia datang bukan untuk meminta kembalian uang yang pernah dia berikan, tetapi memang ada urusan yang lebih. Adam mengeluarkan amplop yang sama besar ukurannya dan dipastikan jumlahnya pun sama.

"Aku libur berkelahi. Sibuk ujian,"Nathan menyela karena dia memang ingin libur dulu untuk bertarung.

"Itu urusanmu bukan urusanku, aku akan memberikan setiap bulan dengan jumlah yang sama dan aku tidak akan mengganggu niatmu untuk pergi ujian. Toh ini tidak ada sangkut pautnya,"Adam sedang membuat kesepakatan.

"Jaga Dean untukku karena aku tidak bisa berada disana,"menuju ke intinya sampai dia jauh-jauh datang. Adam pikir meminta orang yang yang ditakuti di sekolah untuk menjaga Dean itu lebih baik daripada harus menyewa orang lain.

"Segampang itu kamu mengeluarkan uang, aku yakin orangtuamu punya tambang emas."Nathan mencibir dan kini dia sedikit tertarik dengan permintaan Adam. Hanya menjaga Dean kan? Adam takut Dean kesulitan di sekolah. Tapi memang benar adanya, Nathan melihat Dean kesulitan hari ini.

"Tidak hanya emas, papahnya punya tambang batu bara, nikel bahkan timah."Tambah Tristan agar Nathan menerima kesepakan itu dan tidak mempersulit Adam hari ini.

"Woah...."Nathan menepuk tangannya tiga kali dia tidak percaya dengan sultan yang ada dihadapannya.

"Mau mengambilnya?"Tanya Adam lagi.

"Dengan satu syarat,"Nathan juga tidak mau rugi disana. Dia memang butuh uang tetapi dia tidak terlalu miskin harus menggadaikan dirinya untuk bekerja sama dengan orang lain terlebih hanya sebagai penjaga. Kalau pergi memukul orang mungkin lebih membuatnya bersemangat.

"Apapun,"Adam bersuara tetapi Tristan tidak suka dan mencoba menahan Adam.

"Apa kau tidak berlebihan. Kamu sudah menguluarkan banyak uang."Tristan tidak mau Adam masuk dalam jebakan Nathan. Mau bagaimanapun waspada itu perlu daripada harus 100% menerima konsekwensinya. Bahkan Tristan melihat tatapan Nathan yang mencurigakan seolah ingin memangsa Adam dalam kesempatan yang mungkin berpihak padanya.

"Aku tidak apa-apa Tristan, Dean butuh dukungan,"Adam masih berbisik kepada Tristan bahwa semuanya dia lakukann untuk Dean.

"Arggh,"akhirnya Tristan pun menyerah dengan perasaan kesal karena Adam terlalu menyerahkan segalanya demi Dean.

"Stop...!! Jangan berkelahi disini. Kerjakan tugasku dan aku akan mulai bekerja besok sesuai arahanmu. Bawa serta uangmu aku tidak butuh."Nathan menolak mengambil uang dari Adam bahkan mengembalikan uang ganti rugi kemarin. Dia setuju mengambil pekerjaan untuk menjaga Dean sebagai gantinya dia meminta Adam untuk mengerjakan semua tugas -tugasnya.

Nathan memberikan setumpuk pekerjaan dari sekolah bahkan Nathan juga memberikan jadwal lebih untuk Adam.

"Datang kerumah setiap dua kali dalam seminggu untuk membersihkan debu yang ada. Kamu bisa mencuci kan? Cuci juga baju ku dan kamu juga harus menggosoknya sampai licin. Mencuci piring dan menyiram tanaman. Apa kamu sanggup?" Tanya Nathan karena dia lebih butuh itu daripada uang.

"Adam kamu bisa meminta orang lain untuk menjaga Dean disekolah tidak perlu menuruti kemauannya,"bisik Tristan tak ingin Adam menuruti semua permintaan Nathan yang tidak masuk akal.

"Kalau tidak mau ya sudah, sekarang kalian harus pergi. Aku mau tidur!"Usir Nathan beralasan karena keduanya memang tengah mengganggunya. Menganggap Adam tidak akan setuju dan dirinya harus mulai untuk mengerjakan tugas dari sekolah.

"Aku setuju,"Suara Adam menggema dan kini Nathan terlihat menyunggingkan senyumannya. Adam pulang bersama semua tugas-tugasnya dan kini pergi meninggalkan rumah sembari menarik Tristan yang memang tidak setuju dari awal.

"Kamu pikir Dean akan senang dengan pengorbananmu, dasar pria naif," gerutu Nathan dan mengambil minum dari meja.

.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top