12.

Adam pov.

Dean mulai ramah kepadaku. Dan kini kita sedang duduk berdua ditaman. Menikmati suasana sore yang dingin sembari melihat langit yang mulai gelap.

"Apa kamu membawa uang?"tanya Dean kepadaku. Moment ini yang paling ku inginkan sejak kita pertama kali bertemu. Dia meminta bantuan, dia berbicara padaku dan kini dia tersenyum kepadaku.

"Iya, apa kau ingin sesuatu?"tanyaku kepadanya karena dia terus melihat kearah minimarket di seberang jalan.

"....."Dia mengangguk tanda dia ingin sesuatu.

"Aku akan pergi kesana jadi apa yang kamu inginkan?"tanyaku dan kini aku berdiri untuk lekas pergi kemini market di seberang jalan.

"Aku ingin ikut."pinta Dean menahan tanganku. Rasanya aku ingin melompat evoria karena Dean bersikap seperti ini. Aku senang teramat senang karena Dean pun terus berbicara padaku.

"Baiklah."balasku dan kini aku berjalan perlahan untuk mengimbanginya. Kita perlu menyeberang jadi aku kini memegang tangannya. Kesempatan ini tidak akan kubuang sia-sia jadi akupun sengaja berjalan lebih lambat agar aku tetap bisa memegang tangannya.

"Apa setiap hari kamu mandi susu. Kenapa tanganmu bisa begitu halus?"Tanya nya lagi dan kita sudah sampai dipintu depan mini market. Aku terdiam sekarang berfikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Dean. Aku ingin memberitahunya kalau aku memang kebetulan tidak memakai cream apapun tetapi aku ragu untuk mengatakannya jadi kini ku bilang sesuai dengan apa yang dia mau dengar.

"Apa kau menyadari kalau kulitku memang bagus. Betapa menyenangkan ini "aku bersikap manis disana dan seperti yang ku pikirkan Dean langsung berubah kesal melihat ku bicara seperti itu. Moodyan banget ternyata Dean.

"Menyebalkan!!"Gerutunya dan Dia kini masuk kedalam mini market. Membuka dengan kasar pintunya dan sepertinya dia siap mengobrak ngabrik isi mini market.

"Nanti aku akan membelikanmu cream yang bagus jadi tidak perlu manyun seperti itu Dean,"aku mengejarnya dan kini aku memberitahunya kalau kulitku tidak alami tetapi memang mamakai cream dan tidak alami..

"Sudah kuduga...."lihat dia senang hanya karena pernyataanku berubah. Dan kini aku mengikutinya sembari membawa keranjang belanjaan untuknya. Ternyata dia merindukan minum susu. Aku terkekeh melihatnya. Dia mengambil beberapa kotak susu disana bahkan hampir sekeranjang penuh dengan susu kotak yang dipilihnya dengan rasa yang sama. Dia sengaja tidak mengambilnya dari mesin pendingin jadi aku tidak perlu mencari mesin penghangat makanan. Aku masih mengikuti Dean karena nyatanya Dean masih sibuk mencari sesuatu.

"Apa kau tahu tempat sesuatu yang kecil, bergambar stroberi berwarna merah muda."Dean bertanya dia juga memperagakan apa yang dia ingin, ukuran kotak kecil, bahkan dia juga detail mengatakan warna kota kecil dengan gambar strobery. Sepertinya dia lupa merk nya jadi dia mulai kesulitan untuk bertanya.

"Apa itu?"aku juga ikut berfikir keras. Aku juga tidak pernah melihat jajanan berbentuk seperti itu. Kalaupun itu hanya permen tidak mungkin harus dibungkus kotak kecil dengan gambar strobery. Permen yang biasa kutemui ya satu kantong penuh.

"Ah, sudahlah bayar saja!"dia kesal. Tuch kan anak itu langsung berubah suasa hati lagi. Kalau tidak mendapatkannya disini kenapa harus marah kepadaku. Kan siapa tahu yang dicariinya itu tidak dijual disini.

"Apa dia sadang mencari jajan masa kecilnya."Gumamku dalam hati dan masih berfikir tentang apa yang Dean maksud. Akupun berjalan ke arah kasir untuk membayar. Dean masih berjalan-jalan disana mencari sesuatu yang dimaksudkannya tadi.

"Cash atau pakai kartu?"Tanya petugas mini market.

"Aku pakai kartu."Aku mengeluarkan kartu atm didalam dompetku. Aku tidak pernah mebawa uang cash karena aku jarang sekali pergi jajan dipinggir jalan.

"Woa...orang kaya."Dean mencibirku setelah melirik isi dompetku disana.

"Kenapa, kamu mau juga?"tanya ku kepadanya kalau dia mau aku bisa meminta papah memberikan kartu baru yang sama padanya dan kalau dia sangat butuh sekarang aku bisa memberikan yang kupunya padanya.

"Enggak, aku lebih suka uang nyata."Dean nyatanya tidak tertarik dengan beberapa kartu atm didalam dompetku dan kini dia mengambil sesuatu didepan meja kasir yang menurutku itu sangat konyol yang membuat tatapan petugas kasir itu curiga.

"Akhirnya aku menemukannya. Bayar sekalian!"Dean mengambil kotak berwarna merah muda bergambar stroberi didepan meja kasir dia terlihat sumringah bahkan rona wajah nya berubah jadi merah muda juga. Aku kaku melihat apa yang diminta Dean bahkan kini petugas kasir itu seolah ingin mengkritikku dengan tatapannya.

Aku diam tidak ingin memarahi Dean di sana. Kupikir Dean tidak tahu dengan apa yang dipilihnya itu tapi banyak yang seusianya juga tahu barang apa yang diambilnya jadi aku tidak ingin membuat keributan bahkan membuat malu Dean. Aku membayarnya dan mengabaikan tatapan petugas kasir yang sungguh menyebalkan itu.

"Aku bayar tidak mencurinya.'Gumamku dalam hati.

Kenapa juga penjaga kasir harus tersenyum seolah-olah akan terjadi sesuatu diantara kami setelahnya. Ayolah dia adikku. Aku hanya geleng-geleng tak percaya dan kini pergi berjalan lagi untuk kembali keruang rawat Dean. Hari sudah malam dan Dean juga perlu istirahat.

......

Kami kembali dan Dean harus makan malam dan minum obat. Mom harus pergi bekerja karena sudah lama absen dan mom tadi membawakan makan malam untuk kami.

Dean makan dengan baik dan kini aku membuka susu untuknya. Masih mencoba akrab dan aku ingin menyelidik tentang apa yang dibelinya tadi dimini market.

"Apa menurutmu ini enak?"Aku menunjukkan kotak kecil berwana merah muda dengan sedikit bercanda agar Dean mau bicara lagi denganku. Aku sempat berfikir buruk tentangnya tadi. Kupikir Dean sengaja ingin mempermalukanku tapi setelah melihat ekspresinya sepertinya aku memanglah salah dan berburuk sangka itu memang tidak boleh.

"Aku juga tidak pernah membelinya cuman aku pernah melihat ayah membelinya lalu aku jadi penasaran tentang apa isinya. Apa itu permen buah jenis baru. Aku tidak pernah melihat ada yang menjualnya dikantin sekolah."Dean polos masih sambil mengunyah makan malamnya.

Oh Tuhan selamatkan aku dari semua ini. Tak bisa kubayangkan harus mendapati begitu polosnya Dean yang tidak tahu dengan apa yang diambilnya tadi hanya berpegangan rasa penasaran. Tapi disini aku sedikit menyalahkan si om kenapa begitu ceroboh saat tahu kalau puteranya itu sangatlah polos. Kotak kecil yang dimaksudkan Dean itu adalah sebuah kondom yang biasa digunakan untuk seseorang yang suka berganti pasangan. Kasarnya mereka tidak ingin tertular penyakit.

"Apa itu enak. Apa kamu pernah memakannya, tapi itu kenapa sangat mahal hanya untuk sebuah permen,"Dean masih dengan wajah polosnya dia sepertinya selesai dengan makan malamnya jadi kini aku memilih membereskannya dulu.

Saat kulirik Dean sudah membukanya bahkan mengeluarkan isinya.

"Yak......itu bukan permen atau makanan yang bisa kamu makan. Dean, apa di sekolahmu tidak diajarkan tentang pendikan sex usia dini?"Aku mengacak rambutku prustasi. Aku berfikir keras apa Dean malas belajar bahkan apakah di sekolah lamanya memang tidak diajarkan tentang itu.

"Iya iya, sekolahku memang buruk tidak usah menjelekkannya juga, aku tidak tahu ini apa?"Dean langsung berumah mood nya dia sedih tiba-tiba. Bagaimana aku harus menjelaskan padanya coba. Aku tahu itu apa aku tahu itu digunakan untuk apa, tapi kenapa dia berfikir aku pernah memakannya? Jadi aku ikutan penasarn kan, rasanya bagaimana. Hehehehe

Dean mengeluarkannya, menciumnya dan dan aku hanya bernafas kasar menunggu nya untuk bertanya lagi.

"Baunya enak. Woah kreatif sekali yang membuat permen karet dengan bentukan yang unik."Dean antusias dan kini membuka lebar-lebar mulutnya. Dia sungguh aneh, aku ingin merapalkan mantra agar Dean lupa ingatan saja.

"Itu tidak untuk dimakan."aku buru-buru mengambilnya dan kini aku buang di tong sampah. Aku tidak sabar melihat tingkah polos Dean disana. Rasa rasanya Dean sengaja membuatku prustasi. Karena aku tidak bisa menjelaskannya didepannya secara langsung dengan mulutku yang tiba-tiba kelu jadi aku memilih membuka ponsel ku dan googling tentang apa penjelasan barang yang membuat penasaran Dean.

Kondom berwarna (merah transparan) dan rasa seperti strawberry

Tekstur "bergaris" melingkari kondom

Berpelumas harum non-spermicidal

Berkontur dan ujung kondom berputing

Bahan lateks alami

Packing Privasi

"Apa ini maksudnya?"Dean terlihat kebingungan disana.

"Aku pikir ini sebuah permen, vitamin mungkin."dia masih bertanya tanya kepada dirinya, dia tak percaya dengan apa yang dia baca. Aku tak berani bertanya lebih atau memarahinya karena dia mengatakannya tahu barang itu dari si om. Jadi aku tidak mau menyinggung apa yang tidak ingin dia ketahui.

"Itu tidak bisa dimakan kalau kamu ingin permen rasa stroberi atau vitamin rasa stoberi dengan warna yang sama akan kubelikan nanti. Aku membawa ini bersamaku tunggu dan beristirahatlah."aku mengambil kotak berwarna pink itu bersamaku dan aku ingin memberikan privasi untuknya. Dia terlihat kaku dan berfikir sangat keras disana.

.....

Aku menutup pintu ruang rawatnya dan kini aku memilih duduk sebentar dikursi tunggu yang berada di loby rumahsakit. Kenapa Dean harus mendapatkan kenyataan buruk seperti ini.

Sebenarnya aku ingin sekali memeluknya. Wajah pucat itu bahkan bibirnya pun bergetar. Seolah olah sesuatu yang keras menghantamnya.

Tingkah polosnya yang menginginkan barang itu saat dimini market kini berubah dengan sikap murungnya yang membuatku ikut terluka. Kenapa juga si om harus berbohong sampai segitunya kepada puteranya. Coba saja dia bilang terus terang kepada Dean pastinya Dean tidak akan mengalami ini semua. Dan bahkan aku tidak perlu menujukkan detail penjelasan tentang barang itu. Bukan tidak mungkin anak seusianya tidak mengetahui apa kegunaanya. Dan Deanlah salah satunya.

Bagaimana bisa dia sangat polos menganggap sebuah kondom sebagai permen rasa strobery. Aku sungguh tak percaya hal ini juga menimpaku. Aku juga masih memikirkan tentang tatapan penjaga kasir dimini market. Dengan keadaan Dean yang lemah masih memakai baju khas orang sakit tapi aku membeli sebuah kondom.

"Omg...."aku makin prustasi karena masalah ini. Spontan berdiri dan kini tak sengaja membenturkan kakiku dikursi.

"Aw"keluhku tak berdaya karena itu sungguh sakit dan aku kini merintih terduduk dilantai.

"Adam apa kau baik-baik saja?"tanya seseorang yang kini membantuku bangun. Aku hapal suaranya bahkan aroma tubuhnya.

"Tristan..."aku buru buru menyeretnya menjauh dari kamar rawat Dean. Tadinya aku meminta Tristan untuk datang untuk menepati janjiku kepadanya memperkenalkannya kepada Dean. Tapi keadaannya tidak mendukung. Dan aku berniat untuk membatalkannya.

"Yak....kamu sudah janji jangan menghindari."Tristan kesal karena aku membatalkan janji itu secara sepihak bahkan tiba tiba setelah dirinya datang.

"Jangan beralasan."Tristan tidak mau hari ini dibatalkan tetapi aku masih menahannya.

"Untukmu."aku memberikannya kotak warna merah muda itu kepada Tristan.

"Kenapa kamu memberikan kondom padaku. Apa kamu ingin bermain-main?"tanya Tristan menyelidik.

"Jauhkan dirimu dari pikiran kotor. Dean tadi merengek ingin itu jadi aku belikan tapi nyatanya dia tidak tahu apa gunanya bahkan dia bilang ayahnya menyimpan barang itu. Jadi kesimpulannya.....'Aku ingin melanjutkannya tapi Tristan menyelaku.

"Bisa lain waktu kamu memperkenalkannya padaku. Buang saja kalau kamu memang tidak mengingkannya atau jangan- jangan..."Tristan kini meledekku.

"Jangankan memakainya, pacar saja tidak punya."aku berdiri dari kursi yang ku duduki dan kini membuang barang yang aku beli tadi dan melihat Tristan duduk disana fokus dengan ponselnya.

"Ah, sudahlah....."Aku menghembuskan nafas kasar sebelum aku pergi untuk duduk kembali disamping Tristan.

......

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top