10.

Nathan pov.

Aku menggiring teman-temanku untuk pergi dari bar. Aku tahu apa yang akan terjadi dengan dua pria sok jagoan itu kalau terus saja berada di sana. Aku tidak mau membuat mereka tinggal nama dan bar yang kumiliki itu menjadi tempat kejadian perkara yang mengakibatkanku harus tutup karena kematian konyol. Karena bar Q adalah peninggalan orangtuaku setahun lalu jadi aku ingin tetap menjaganya karena dia sangat menyukai tempat itu.

Bisnis yang dijalani orangtuaku memang bisa dikatakan jauh dari kata sempurna karena papah menjual minuman keras. Sedangkan kakek ku adalah mantan perwira kepolisian dan ingin anaknya mengikuti jejaknya. Namun papah tidak menyukai pekerjaan itu dan memilih keluar dari rumah dan menikahi kekasihnya. Singkat cerita papah akhirnya membeli sebuah bangunan dua lantai. Dilantai pertama papah menggunakannya untuk berjualan minuman sedangkan dilantai dua dijadikan rumah untuk keluarga kecilnya. Q itu diambil dari nama kakaku. Queen dia kakak perempuanku yang sangat manis. Tetapi kecelakaan pesawat tahun lalu merenggut dia beserta kedua orangtuaku. Aku sangat menyesali kejadian itu karena aku menjadi penyitas dalam kecelakaan. Pasporku ketinggalan dan waktu keberangkatan sangat mepet akhirnya papah membelikanku untuk tiket penerbangan selanjutnya. Liburan waktu itu yang sudah direncanakan dalam waktu lama nyatanya menjadi waktu terakhir aku bersama mereka.

Pesawat itu jatuh sebelum mendarat. Sekarang tinggal aku sendiri dirumah dan mengelola bar Q. Kakek sering mengajakku untuk pindah tapi aku tidak mau. Otoriter pendidikan di keluarga membuatku muak. Dan kini aku menjadikan diriku mandiri dengan caraku sendiri.

........

"Kenapa kamu membawa kita pergi. Ayolah perkelahian itu belum selesai dan aku belum puas menghajarnya."Ucap salah seorang temanku dan dia kini merasa kesal karena aku membuatnya harus menghentikan perkelahian.

"Bar rusak parah apa kamu akan menambahnya lagi. Aku sudah mulai miskin. Hanya dapat bayaran sedikit tapi lihat bar itu berantakan."Aku mengomel disana agar teman -temanku mengerti. Bayaran yang kudapat dari Mei tak cukup untuk mengganti kerusakan. Bayarannya nya pun sudah habis untuk mentraktir minuman dan rokok tadi.

"Iya, maafkan kami. Seharusnya tidak berkelahi didalam."Celetuk teman lainnya minta maaf. Sebenarnya bukan masalah besar yang ku inginkan hanyalah mereka berhenti saja. Dua pria sok jagoan itu sudah mulai sekarat. Memang mereka pikir keren menghadang segerombolan preman dengan tangan kosong. Sungguh menggelikan yang keduanya lakukan. Aku hanya bisa tersenyum tipis membayangkan betapa sok jagoannya saat mereka datang.

Oh iya, walau tindakanku ilegal tapi sampai sekarang tidak ada polisi yang menangkapku. Tidak mungkin kakekku yang mantan perwira itu membiarkan reputasi hancur karena itu dia terus menutupi apapun yang ku lakukan dan sampai sekarang pun aku belum ada niatan untuk bersikap baik. Di usia yang tidak memungkinkan, aku dengan berani membuka bar Q dan menjual alkohol. Setelah kedua orangtuaku meninggal kepemilikan bar kini beralih kepadaku dan aku pun menjalankan bisnis lama papah dan menghasilkan uang disana. Untuk urusan sekolah aku hanya melakukan formalitas. Datang saat perlu dan pergi ujian agar bisa lulus. Aku merasa itu cukup mudah karena ada koneksi dibelakangku karna itu aku senang bermain-main dengan kehidupanku.

"Baiklah kami pergi. Jaga dirimu."Para temanku melambaikan tangannya dan kini pergi meninggalkanku.

"Jangan lupa bersihkan lukanya sebelum tidur."Teriakku yang memang aku sangat perduli dengan mereka.

"Siap boss!!"Mereka kini hormat ala prajurit dan akupun berbalik untuk pulang.

......

Setelah sampai aku melihat bar sangat berantakan. Untung saja kacanya tidak pecah. Aku kini masuk dan menempelkan kertas bertuliskan tutup dan aku mulai untuk bersih-bersih. Sebab aku ada perlu untuk pergi ke pemakaman. Besok adalah hari peringatan kematian kedua orangtuaku serta kakak.

Karena keadaannya sangat kacau menjadikanku malas untuk memulainya darimana. Dan kini aku memilih menyalakan rokok dan merokok terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa penat.

"Dasar anak orang kaya kurang kerjaan."Gerutu ku karena aku melihat tumpukan uang dimeja bar. Aku pikir aku akan kehilangan banyak tabunganku karena harus memperbaiki semua kerusakan nyatanya anak orang kaya itu ikut bertanggungjawab atas kerusakan dan kini meninggalkan sejumlah uang untuk ganti rugi. Karena melihat sejumlah uang itu kini membuatku memilih memanggil tukang bersih-bersih saja besok.

Trrrrng

Suara lonceng khas orang masuk kedalam bar berbunyi membuatku kaget dan langsung menoleh kearah pintu. Aku melihat pria paruh baya masuk dengan terhuyung-huyung. Sepertinya dia sudah mabuk dan ingin melanjutkan slot keduanya. Tapi dia datang sendiri. Aku curiga siapa yang datang karena didepan sudah aku tuliskan tutup bahkan aku mematikan lampu.

"Bisa bawakan aku beberapa botol?"Dia memanggil dan kini merapikan kursi yang roboh dilantai dan duduk santai sembari merebahkan kepalanya.

"Didepan sudah aku tuliskan tutup apa kau buta!'Aku berniat mengusirnya saja walau aku kenal dengan orang itu setelah aku mendekat kearahnya.

"Aku tidak buta aku tahu kalau kamu masih didalam dan apa kamu baru saja main perang-perangan. Lihat apa yang terjadi di bar peninggalan papahmu?"Tunjuk pria paruh baya itu. Dia adalah teman ayahku, bahkan pria mabuk itu adalah ayahnya Dean. Sering datang untuk mencari pria yang mau ikut dengannya. Aku mengetahui itu sejak lama, betapa brengseknya ayahnya Dean.

"Hahahahh, tidak usah bercanda. Pulanglah aku tidak akan memberikan satu botol pun kepadamu. Semuanya rusak."Bantahku dan aku tidak mau memberikannya minum alkohol lagi karena dia sudah terlihat sangat mabuk.

"Kenapa kamu harus memukulnya sampai tangannya patah. Sungguh keterlaluan kamu Nathan. Apa kamu lupa aku sangat menyayanginya sehingga kini aku semakin kacau saat dia pergi dengan ibunya.!'Ucap ayah Dean dengan nada yang tidak terlalu menakutkan malah terkesan sangat prustasi. Akupun tidak takut kalau dia tiba-tiba membalas memukulku.

"Yak......yang keterlaluan itu om ya. Sudah tahu bajingan tapi masih berlagak jadi malaikat didepan Dean."Aku sebenarnya sangat malas ikut campur urusan dirinya dengan semua kerumitan yang dia buat tetapi lucu juga ketika ada ayah yang sangat ingin menjaga perasaan puteranya tapi tidak berniat sekalipun untuk berubah. Bahkan aku juga tahu kalau ayah Dean itu suka sekali memprovokasi Dean untuk membenci ibunya.

"Ya karena dia sangat manis hahahhahah."Ayah Dean tertawa karena efek mabuknya yang sudah terlewat batas. Tapi memang ayah Dean itu pemabuk berat jadi dia tidak akan mati karenanya.

"Dasar, pergilah!! besok hari peringatan papah dan mamah serta besok aku harus membuatkan makanan kesukaan kakak. Jadi om pergi pulang dan lakukan apa yang biasa om lakukan."Aku tahu kegiatan ayah Dean setelah pergi mabuk. Tidak hanya akan sendirian menghabiskan waktu. Dia pasti pergi untuk mencari pelampiasan untuk nafsunya.

"Berilah aku satu ciuman dan aku akan pergi."Ayah Dean tersenyum kearahku sembari menarik lenganku untuk berada dalam pangkuannya.

"Dasar pria tua licik."Umpatku kearahnya dan aku langsung mendorongnya jauh. Bagian ini yang tidak bisa aku tolerir. Bisa-bisanya dia mencoba mencuri ciuman dariku.

"Ayolah aku akan membayarmu dua kali lipat."Ayah Dean serius. Ya, aku memang menyukai ciuman itu apalagi dengan seorang pria tapi aku tidak suka harus melakukannya dengan ayah Dean juga. Apalagi dia juga adalah teman papah.

"Terserah kalau om mau tidur disini. Aku akan pergi.'Aku mengabaikan ayah Dean dan kini bergegas pergi untuk naik keatas. Tidak lupa membawa uang yang ditinggalkan kakak Dean.

"Hey, ayolah.....apa kamu tidak menginginkannya. Aku bisa membuatmu puas dan merasa diatas angin."Ayah Dean masih berusaha memohon di sana.

"Panggil orang yang biasa om ajak berkencan dan jangan pernah memintaku."Aku kini memilih pergi dan tak berniat sama sekali untuk memukulnya karena perbuatan menjijikkannnya itu. Karena dilingkup pekerjaanku hal seperti itu sangatlah biasa.

......

"Dean oh Dean, malang sekali nasibmu."Gumamku dan kini aku menutup bar tanpa menguncinya. Biar nanti kalau ayah Dean sadar dia bisa langsung pulang.

Aku kini naik kelantai dua. Mengambil handuk dan duduk sejenak untuk memeriksa ponselku.

"Dia berhak bahagia...."Ucapan kakak Dean dibalik helm mahal itu terus terngiang ditelingaku. Yaps, benar semua orang itu berhak bahagia terlepas dari apa yang membuatnya terluka. Dan dari sini aku sedikit lega setidaknya Dean berada di lingkungan baik sekarang. Daripada harus tinggal dengan ayahnya yang tidak tahu kapan akan meledakkan bom yang akan melukai semuanya. Karena aku tahu itu pasti akan sangat menyakitkan untuk Dean sampai dirinya ingin melarikan diri dari dunia.

Mengingat apa yang terjadi tadi bahkan kakak Dean meningalkan  uang serta nomer ponselnya bahkan menuliskan sebuah pesan yang menggelikan membuatku terhibur untuk sementara. Itu uang yang cukup banyak yang ditinggalkan  oleh seorang siswa SMU tetapi dia malah meminta maaf bahkan mengirimkan pesan "Kalau kurang kamu bisaa mengirimkan no rekeningmu."

Naif sekali dia. Kalau bertemu orang jahat bisa repot urusannya. Dan kini aku sengaja menekan nomer ponsel nya.

"Lucu juga....'Aku sarkastik dan kini memilih menutup ponselku untuk pergi mandi tanpa menunggu kakak Dean mengangkat ponselnya.

....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top