...

Kebisingan di sekitar taman yang dilewati Ray tak pelak membuat gadis itu bergeming. Pikiran gadis berhelai coklat tersebut sibuk berkelana memikirkan satu orang yang sejak tadi menjadi beban pikirannya.

Yaotome Gaku.

Yap, siapa lagi yang bisa menyita perhatian Ray jika bukan pria itu?

Bukan tentang Gaku membatalkan janji mereka yang menjadi beban pikirannya, melainkan tentang suara perempuan yang tidak sengaja Ray dengar ketika pria itu mengangkat panggilannya.

Ray tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya.

Siapa perempuan yang ada di balik telepon itu?  Ibunya? Atau mungkin ... Pacarnya?

Ah sial

Hatinya kembali berdenyut sakit begitu memikirkan Gaku sudah punya pacar. Jujur, Ray menyukai pria itu sejak pertama kali mereka bertemu di sebuah kedai kopi. Dan kenyataan Gaku menjadi tetangganya hanya membuat rasa bahagia Ray semakin membuncah.

Tapi kenapa rasa bahagia itu tidak bertahan lama? Kenapa sekarang hatinya justru sakit hanya dengan memikirkan bahwa Gaku sebenarnya sudah tidak sendiri? Bagaimana jika selama ini orang yang Ray sukai ternyata sudah ada yang memiliki? Bagaimana jik-....

"Ray, kau baik-baik saja?"

Suara Haru yang sarat akan khawatir membuat Ray kembali membumi. Gadis itu mengerjapkan mata hanya untuk merasakan tetesan air membasahi pipinya.

Apa-

"Haru, kenapa aku menangis?" Tanya Ray linglung ketika tangan gadis itu menyentuh wajahnya yang dialiri air mata.

Haru tidak menjawab. Pria itu hanya bergerak sesuai nalurinya untuk memeluk gadis yang kini bergetar di pelukannya.

Sikap Ray memang sudah aneh semenjak orang yang bernama Gaku itu pergi meninggalkan mereka. Saat di perpustakaan saja Ray lebih banyak melamun, seperti beberapa saat yang lalu. Haru hanya membiarkannya kala itu, namun ketika apa yang Ray lamunkan membuat gadis itu menangis, Haru tidak bisa hanya diam menyaksikan.

Haru mempertahankan posisi mereka beberapa saat, menghiraukan tatapan orang-orang yang mengarah pada apa yang dia lakukan. Haru tau berpelukan di depan umum itu memang kurang sopan, tapi jika apa yang dia lakukan mampu membuat orang yang berharga baginya merasa lebih baik, maka tanggapan orang lain tidak perlu ia pikirkan.

Setelah merasa Ray sudah cukup tenang, Haru menuntun langkah mereka ke sebuah bangku taman yang terletak di bawah pohon sakura. Pria berhelai legam itu mendudukkan Ray disana sebelum melangkah ke suatu tempat setelah menyuruh gadis itu untuk menunggu.

Ray sudah mulai tenang ketika Haru kembali dengan sebuah es krim dan balon di tangannya. Iris keemasan gadis itu lantas menatap heran pada pria di depannya.

"Untuk apa balon itu?"

"Untukmu." Sahut Haru tanpa beban seraya mengulurkan balon itu pada Ray, "Waktu kecil kau selalu berhenti menangis dan kembali ceria jika aku memberimu balon dan es krim."

Jawaban polos Haru mau tak mau membuat Ray tertawa dibuatnya, "Haru, kita ini sudah tujuh belas tahun. Aku bukan anak kecil lagi yang akan berhenti menangis hanya karena mendapat balon dan es krim."

"Tapi itu berhasil. Kau berhenti menangis dan mulai tertawa sekarang."

Ray terdiam mendengar kalimat Haru.

"Kau tau, Ray. Kadang kebiasaan ketika kita kecil tidak akan hilang bahkan saat kita dewasa. Seperti aku yang suka berenang. Sampai sekarang, aku masih menyukainya."

"Itu sudah jelas 'kan? Tidak ada yang menandingi rasa sukamu pada kegiatan yang satu itu." Balas gadis itu sebelum meraih es krim dan balon di tangan Haru.

"Sebenarnya ada."

Jawaban mengejutkan Haru membuat gerakan tangan Ray yang hendak menyuapkan es krim ke mulutnya terhenti seketika.

"A-pa?"

"Ya. Sebenarnya ada seseorang yang menandingi rasa sukaku pada berenang."

"S-seseorang?"

Ya

Seseorang

Bukan sesuatu

Apakah itu seorang gadis?

Oh, tentu saja gadis 'kan? Haru itu tidak homo, meski kadang kala kedekatannya dengan Makoto seringkali disalahartikan oleh beberapa orang.

"S-siapa?"

Haru tidak menjawab pertanyaan Ray. Pria itu hanya tersenyum kecil sebelum mengajak teman perempuannya tersebut untuk pulang ke rumah karena hari sudah mulai sore.

Sisa hari itu, kepala Ray dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan mengenai dua pria berbeda yang berharga baginya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top