29 (26 Nov) ~ Perasaanku

Aku sangat bersyukur,
membuat Papa dan Mama bangga,
Om Hendi pasti tersenyum,
dalam alam barzakh sana.
Dan terutama untukmu,
Terima kasih.
Dukungan dan doa kalian
atas kemampuanku.
Bahwa pengabdian untuk sang pertiwi,
perwujudan dari masa kecil yang indah.
Latihan rutin, penuh semangat.
Berpisah dengan Papa, Mama.
Bersama tas raket ini,
menjelajahi dunia.

Meskipun tak jarang pula,
ada yang membenci,
menghardik seakan aku begitu lemah.
Dibalik cibiran itu,
"Let's get up again!"
"Kamu pasti bisa!" seruku menyemangati diri.
Sehingga senyumku kembali bersinar.

- Rizal.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku bahkan tidak tahu mau jadi apa?
Lepas beban dari tugas sekolah,
libur tak terbatas, tak melakukan apapun.
Lantas mereka bercerita,
bagaimana sangat menyenangkan,
ketika mendapatkan sesuatu dari
hasil keringat sendiri.
Tentu saja membuatku iri.
Lagi pula aku sudah pernah mencoba,
baru tahap awal selalu gagal.

Sahabatku, Fani merubah pandanganku,
sebuah pencerahan membuatku mengerti.
Aku tahu mau jadi apa.
Namun, aku nggak tahu,
bagaimana cara untuk memulai?
Tak enak hati pada Ibu dan Bapak,
tidak lagi mau menyusahkan mereka.

Mencoba hal baru?
Itu saran Fani.
Dia sudah berhasil diterima di sana.
Dan sekarang ini yang kulakukan,
kembali pada rutinitas lama,
tentu sembari membantu Ibu di rumah.
Kurasa ini takkan mudah.
Cuma beberapa orang yang berhasil,
dibalik beribu peserta yang gagal.

Mencoba hal baru,
tentu tidak salah kan?
Kesempatan bukannya terbuka pada
siapa saja yang mau berusaha?
Dan aku mau berusaha dahulu.

- Anita.

☆☆☆
Khusus bab ini saja, Anita memakai sudut pandang pertama.
Bab ini jug aku coba-coba buat verse.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top