10 (8 Nov) ~ Telepon Mama

Sebuah medali emas beserta selembar cek berisi sejumlah besar nominal uang kutaruh dalam tas raketku. Menyelesaikan pertandingan babak final Japan terbuka tadi begitu melelahkan namun setimpal dengan hadiah yang kuterima. Bersama Dani, aku berhasil menorehkan podium gelar juara untuk ketiga kalinya pada sektor ganda putra tahun ini.

Wajah pelatih berseri-seri, bangga sekali atas pencapaianku dan Dani. Meskipun kami masih dalam level junior untuk turnamen dunia sekelas senior pelatnas yang tentu lebih berpengalaman dengan lawan.

Dani dan aku sama-sama lolos dari salah satu seleksi audisi umum beasiswa bulu tangkis yang telah aku ikuti. Bedanya, Dani lolos di tahun berikutnya karena ia termotivasi dariku yang sudah lolos lebih dahulu.

Saat ini kami sedang menyantap sushi di kamar hotelku. Merayakan kemenangan sederhana dengan makan bersama. Tentu saja aku dan Dani yang mentraktir kali ini. Sebenarnya ingin sekali makan di restoran, sayangnya malam nanti kami harus bersiap terbang ke Thailand.

Suasana begitu hangat dan pecah oleh tawa. Dibalik kegarangan mereka di lapangan, sebenarnya para senior putra pelatnas ini memiliki pribadi yang menyenangkan. Ada yang jahil, lucu dan pendiam atau hanya menyimak temannya yang lain sama sepertiku.

Sesuatu seperti mengganjal dalam hatiku saat kebahagiaan mengelilingiku saat ini. Seperti ada yang kurang dan terasa hampa.

Kuambil ponsel dalam saku celanaku, mencari kontak yang suaranya hari ini rindu untuk kudengar.

Panggilan ketiga, sambungan teleponku pun di jawab,  "Halo, nak,"

"Apa kabar Mah?" Aku segera menyingkir, sebelumnya meminta izin keluar kamar sementara mencari tempat privasi. Ah, aku cuma takut mereka mengejekku "anak Mama" nantinya.

"Alhamdulillah sehat Mama sama Papa. Selamat ya, nak. Ingat jangan boros, uangnya langsung ditabung." seru Mama di sambungan telepon terdengar buru-buru. "Kapan pulang ke Jakarta? Mama lagi jenguk om Hendi di rumah sakit."

"Om Hendi sakit apa, Mah?"

"Nanti Mama kasih tahu di rumah ya, Nak. Takut ganggu fokus kamu buat tanding. Mama tutup teleponnya ya, Nak."

Aku masih terdiam hingga sambungan telepon terputus.

●●●
300 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top