03 (1 Nov) ~ 25 tahun bersama mimpiku

Berpenghasilan lumayan besar, memiliki pesona tampan memikat hati wanita pada pandangan pertama, termasuk salah satu idaman para calon Ibu Mertua. Seringkali orang lain mencocokkan hal tersebut -denganku. Meskipun aku merasa itu terlalu berlebihan.

Lantas Mama pun tak jemu mengingatkan, "Mama kepengin banget gendong anak lagi, abis ditinggal kamu terus dari kecil."

Kupeluk Mama sambil tersenyum. Nanti ada saatnya kalau aku sudah siap. Di saat lelaki sepantarku mulai mendapatkan perhatian istri serta mengurus buah hati tercinta. Justru aku sedang berjuang bersama impianku sedari kecil, dapat mengibarkan sang saka merah putih dalam puncak tertinggi di berbagai negara dunia.

Mencetak poin-poin meski berpeluh, berperang mental dari smash melesat mematikan lawan ketika bertemu, namun di luar permainan tetap berkawan. Begitulah dunia olahraga, menjunjung tinggi sportivitas lebih utama.

Bahkan kulihat ada pula lanjut dalam pelaminan. Bertekad sama: berjuang membawa nama bangsa dari lapangan indoor serta menghabiskan umur bersama. Oh, betapa sweet sekali.

Usia ke-25 bukanlah hal mudah untuk mempertahankan gelar juara beserta sejumlah medali yang telah kuperoleh. Terlebih persaingan ketat merata dari wakil negara lainnya, tentu saja tak boleh lengah dan selalu belajar memperbaiki kesalahan diri saat bermain. Sebab itu boro-boro mengurus soal asrama.

Mengingat perjalananku dulu untuk menjadi seperti sekarang. Masa jatuh – bangun dari latihan keras nan rutin, menelan berbagai kritikan pedas atas setiap kekalahan, menahan ego serta membangun komunikasi yang baik bersama partner juga teman-teman sesama satu profesi. Baik tua-muda ataupun perempuan sama saja.

Mama mengurai pelukan kami. "Yaudah, tapi jangan lupa cari cewek. Kamu tuh udah gede, mau sampai kapan mau dempelin Mamanya terus." Muka Mama yang tadinya cemberut kini tertawa geli.

Tawaku terhenti. "Iya ma.... Rizal pergi dulu ya, Mah." cengiranku lepas seiring berjalan sambil menarik koperku menuju tempat check in sebelum naik ke pesawat. Dani tampak menungguku di depan.

Sebelum itu Mama beserta keluargaku tampak melambaikan tangan padaku. Kubalas lambaian serupa sambil berharap semoga berhasil membawa hasil terbaik untuk mereka juga bangsa.


300 kata.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top