BAGIAN KELIMA: DUA ORANG YANG BEDA SIFAT?
Aku sekarang berada di situasi yang gawat. Kalau salah langkah, nuklir bisa meledak... Mungkin aku terlalu berlebihan, pada kenyataanya aku hanya sedang dihadapankan oleh dua makanan yang beda. Ada onigiri, dan kentang daging bumbu. Biar aku jelaskan, yang membuat onigiri adalah Yukimura, dan satunya lagi dari Ran-chan. Mereka berdua menatapku dengan tajam.
"Nah, silahkan dimakan, Genoji-kun."
"Cepat makan! Dan mana yang lebih enak!"
Aku tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba menyiapkan makanan untukku, dengan tatapan tajam. "Ba-Baiklah..." Pertama aku mengambil onigiri. "Hm, enak!"
"Be-Benar... Maksudku, tentu saja!"
Selanjutnya adalah makanan Ran-chan. Entah kenapa, tanganku terasa berat untuk menggerakkan sendok ke mulutku. Karena terasa berat, jadi mulutku yang mendekati sendok. Tiba-tiba, aku merasakan sebuah sengatan listrik menyerang mulutku. "Ba-Bagaimana?" tanyanya. Aku pun menjawabnya dengan jempol tangan, dengan kepala yang ditundukkan. "Syukurlah!"
Setelah itu, kami pun pergi ke sekolah. Selama di perjalanan, mereka berdua saling adu mulut. Dan kami berdua hanya bisa melihat mereka di belakang. "Aya-chan, mereka kenapa?"
"Bukankah mereka biasanya seperti itu?"
"Kalau masalah mereka selalu bertengkar, memang biasa. Tapi, masalah mereka berdua membuatkan sarapan..."
"Oh itu... Aku kebetulan tidak sengaja mendengar mereka berbicara tentang pertarungan... Pertarungan untuk siapa yang terbaik."
"Be-Begitu, ya... Maaf ya, kalau mereka membuatmu kerepotan."
"Kenapa malah kau yang minta maaf? Lagipula, tidak masalah, aku senang bisa dapat teman baru." Dia memperlihatkan senyum manisnya lagi.
Kalau saja aku sudah lulus, aku akan langsung melamarnya saat ini juga. "Baguslah kalau kau merasa senang, tetaplah berteman dengan mereka, ya."
"Tanpa kau suruh pun aku akan melakukannya."
Sudah dua Fiksi yang sudah diselamatkan, mungkin tepatnya tiga Fiksi. Entah kenapa, walau merepotkan, tapi aku mulai terbiasa melakukan ini dengan senang hati. Entah mungkin karena setiap saat aku berhasil menyelamatkan Fiksi aku selalu mendapatkan kesenangan bersama bidadari terutama senyumannya, atau mungkin karena setiap saat aku bisa melihat tubuh... Maksudku, karena aku ingin terlihat keren.
Sampai di kelas, aku melihat Itsuka sedang duduk membaca majalah. Dari yang aku lihat, dia sedang melihat majalah model artis wanita. Aku pun mendekatinya, karena penasaran. "Selamat pagi, Itsuka."
"Oh, Ouka, apa kau baik-baik saja?"
"Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?" Dia hanya menatapku.
"Begitu, ya... Bukan apa-apa. Oh iya, aku punya majalah bagus."
"Itsuka, kau tahu, kan..."
"Tenang, ini bukan majalah "itu", tapi majalah artis baru yang sedang naik daun." Dia menyodorkan majalah itu.
Dengan senang hati aku menerimanya, karena covernya saja sudah bagus. Yang jadi model di majalah ini adalah gadis yang mungkin seumuran denganku, dia berambut hitam pendek, bermata hitam indah, berkulit putih, bertubuh ideal, dan terlihat seperti orang yang ceria. Aku sangat suka dengan pose-nya, disamping dia cantik, pose-nya pun terlihat sangat bagus.
"Namanya siapa?"
"Namanya Yuzura, artis yang naik daun karena akting dan penampilannya jadi model."
Sekali lagi aku melihat foto-foto itu, tapi tiba-tiba sebuah tangan mengambil majalahnya dan merobek majalah itu dengan mudah. "Genoji-kun... Padahal kau bisa melihat tubuh telanjangku sepuasnya, tapi kenapa masih melihat majalah porno ituu!!?" Semua penghuni kelas kaget, termasuk aku.
"Ja-Jangan salah paham... Itu bukan majalah yang..."
"Genoji... Apa maksudnya..." Yukimura menatapku dengan tajam.
Tatapan Yukimura bagiku sudah biasa, tapi sekarang aku mendapatkan tatapan tajam dari Ran-chan juga. Bukan hanya itu, semua teman sekelasku menatapku dengan tajam, dan mungkin ada yang berniat membunuhku, kecuali Itsuka yang melihatku dengan senyum tidak bersalah.
"Geno-kun, bukankah kau sudah berjanji...?"
"A-Aya-chan, i-itu bukan..."
Mereka semua menatapku dengan tajam, dan ada juga yang sedang mengutukku, bahkan ada juga yang sedang menancapkan paku ke boneka voodoo. Karena merasa tidak nyaman, aku memutuskan untuk lari keluar kelas. Mereka langsung berteriak memanggil namaku, tapi aku terus berlari.
Sampailah aku di perpustakaan, dengan napas yang terengah-engah. Aku merasakan tatapan, aku melihat ke arah tatapan itu, menurut instingku. Ternyata, seorang siswi berkacamata, berambut pirang pendek, dia sedang duduk di tempat penjaga, dan sepertinya aku pernah melihatnya. Dia menatapku dengan tatapan dingin.
"Ma-Maaf, a-a..." Dia tersadar dari lamunannya dan kembali membaca bukunya. "Dia mengabaikanku?" Dengan sedikit kecewa, aku berjalan menuju kursi untuk istirahat.
Keheningan terjadi di sini, wajar saja karena ini perpustakaan. Tapi, aku merasa keheningan ini karena kedua belah pihak tidak memiliki topik pembicaraan. Akhirnya, aku memutuskan untuk memperhatikan siswi itu. Walau nanti dianggap sebagai penguntit, yang penting bisa memancing perhatiannya.
Tapi, hasilnya tidak seperti yang kukira. Dia hanya fokus dengan bukunya, dan menghiraukanku. Aku pun menyerah, dan menempelkan kepalaku di meja. "Ano... Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Aku mengangkat kepalaku, melihat ke arahnya.
"Ge-Genoji Ouka, kalau kau?"
"Claire Bell."
Setelah itu, kami pun saling bertatapan, karena tidak menanyakan sesuatu lagi. Mungkin karena itulah, dia kembali membaca bukunya. "Aku diabaikan lagi?" Mungkin, kalau Itsuka ada di kantornya, dia akan memberiku beberapa pilihan. Entah karena bosan atau apa, aku memutuskan mendekatinya. "Eto... Apakah kau penjaga perpustakaan ini?"
Dia menutup bukunya, dan mengganjalnya dengan jempolnya. "Iya, aku selalu menjaga perpustakaan ini. Penjagaan akan dilakukan bergiliran, dan aku mendapatkan yang sering jaga."
Mungkin, wanita ini lebih cocok menjadi penjawab daripada penanya. "Oh iya, kau kelas berapa?"
"Aku kelas 1-B."
"Kalau aku kelas 2-A."
"Oh, maaf atas ketidak sopananku, Ouka-senpai." Dia berdiri dan membungkukkan badannya.
"Ka-Kau tidak perlu minta maaf, Bell-san." Lalu bel masuk pun berbunyi. "Su-Sudah waktunya masuk, ayo kita segera ke kelas."
"Kau duluan saja, Ouka-senpai. Aku harus menunggu guru yang menjaga di sini dulu."
"Baiklah, aku duluan."
Setelah sampai di kelas, tepatnya saat guru masuk... Ah, maksudku wali kelas baru... Tsugumi-chan, pergi ke luar negeri, karena ada keperluan keluarga, begitu kata wali kelas baru ini. Oh iya, saat ini aku sedang duduk menatap wali kelas baru ini dengan kebingungan. Mungkin tidak masalah kalau orang lain, tapi dia adalah Zek, wakil ketua LoF.
"Namaku Zek, wali kelas baru kalian. Saya akan memberikan beberapa peraturanku, bagi yang tidak sanggup keluar dari sekolah ini!" Suasana di kelas ini sangat tegang, tapi ketegangan itu tidak dirasakan oleh Itsuka. Mungkin karena dia bos yang sebenarnya, jadi kalau Zek macam-macam dengannya, cukup pecat saja dia. "Pertama, jangan ada yang memakai aksesoris yang tidak perlu. Seperti dia!" Zek menunjuk ke Itsuka. Baiklah, mungkin besok kau tidak akan berkerja lagi, Zek.
"Ma-Maaf, aku akan menyimpannya." Dengan wajah sedikit kaget, Itsuka menyimpan headphone-nya ke dalam tas. Ok, jadi sekarang posisi kalian bertukar, ya?
"Peraturan selanjutnya, bagi kalian yang terlambat satu detik pun, akan dihukum berlari lapangan lima puluh keliling. Kalau sampai terulang lagi, hukumannya akan ditambah menjadi sepuluh kali lipat."
Yang benar saja?! Ini bukan sekolah militer! Kalau ini sekolah militer, itu sudah dianggap biasa dan termasuk dari pelatihan fisik. Jangan kau sia-siakan perjuanganku untuk tidak masuk sekolah militer!
"Selanjutnya, bagi kalian yang merusak nama kelas ini, walau masalah sepele. Siapkan tubuh kalian dengan push-up seratus kali!"
Oke, sekarang aku berpikir penilaianku kepadamu salah besar! Kupikir kau hanya pria kekar yang memiliki sifat manusiawi. Terus, kau mungkin lebih cocok menjadi guru olahraga dibanding wali kelas. Tapi, mungkin aku harus sedikit bersyukur, hanya sedikit. Kalau dia tiba-tiba menjadi kepala sekolah, dia akan sukses merubah sekolah ini menjadi sekolah militer.
Peraturan yang lain pun dikeluarkan, karena terlalu banyak, aku malas untuk menceritakannya. Intinya, kelas ini sukses menjadi kelas militer. Kenapa Tsugumi-chan, kau tiba-tiba ke luar negeri? Apa kau tidak sayang kepadaku lagi!?
Pelajaran pun dimulai, yaitu olahraga. Ternyata, saran dari bisikan dalam hatiku terdengar. Yang mengajar olahraga mulai sekarang adalah wali kelas kami, dan parahnya adalah khusus untuk laki-laki. Seperti yang kalian tahu, siswa dan siswi saat olahraga tidak disatukan. Dan untungnya, kesengsaraan kami terbagi oleh kelas lain. Aku merasa kasihan juga mereka terjerat ke jaring kami, tapi bersyukurlah kalian, karena hanya saat olahraga saja kalian tersiksa.
Setelah melewati olahraga ala wali kelasku ini. Kami istirahat, aku duduk di bawah pohon dekat pagar menuju taman sekolah, bersama dengan Itsuka. "Ouka, bagaimana?"
"Apanya?"
"Ideku."
"Ide apa?"
"Menjadikan Zek wali kelas kita."
"JADI ITU ULAHMU!"
"Heheheh."
"Jangan ketawa!"
"Maaf... Mau bagaimana lagi? Mencari wali kelas mendadak itu susah."
"Kau tidak perlu ikut campur dalam pemilihan wali kelas." Dia menatapku dengan sedikit kaget, padahal tadi dia memasang wajah konyolnya. "Ada apa?"
"Bukan apa-apa... Aku menjadikan Zek wali kelas bukan tanpa alasan, Zek menjadi wali kelas supaya menjaga para Fiksi saat di sekolah."
"Memangnya menjaga mereka dari apa?"
"Tentu saja dari KiF."
"Be-Begitu, ya... Oh iya, aku penasaran, mereka itu seperti apa?" Sekali lagi dia melihatku dengan wajah kagetnya. "Hei, kau kenapa?"
"Bukan apa-apa... Mungkin saat melihat mereka, kau ingin menghajar mereka." Tiba-tiba dia berdiri dan meninggalkanku.
"Dia kenapa, ya?"
Karena waktu istirahatnya dan jam istirahat bersatu, waktu istirahat menjadi lama. Aku memutuskan untuk makan lebih awal, karena energiku sudah hampir habis. Aku harus melewati gedung olahraga, tempat siswi kelasku olahraga. Mereka semua sudah keluar, kebetulan aku melihat Aya-chan, dan sepertinya dia menyadari keberadaanku.
Dia berlari ke arahku. "Geno-kun, kelihatannya kau capek sekali. Bagaimana kalau kita makan duluan?"
"Bo-Boleh, tapi dimana Yukimura dan Ran-chan?"
"Mereka... Mereka sedang bertarung shoot basket."
"Bertarung? Olahraganya sudah selesai, kan?"
"Iya, sudah selesai. Kau ingat kan tentang pertarungan "siapa yang terbaik" dari mereka?"
"Be-Begitu, ya. Kalau begitu, kita makan duluan saja."
"Ano... Geno-kun... Maaf soal tadi, seharusnya aku percaya kepadamu."
"Soal apa?"
"Tentang majalah itu..."
"Oh, tidak apa-apa. Ayo, kita makan."
Besama bidadari di sampingku, aku berjalan dengan riang gembira. Tapi, kegembiraanku terganggu oleh panggilan Itsuka. "Ouka, kau ada dimana?"
"Ada apa?!"
"Kenapa kau marah? Sudahlah, cepat pergi ke perpustakaan."
"Ada apa?"
"Fiksi, kita menemukan Fiksi."
Kenapa harus disaat seperti ini? "Bisa nanti saja?"
"Tidak, kau harus secepatnya ke perpustakaan. Kalau tidak, dia akan pergi."
"Baiklah!"
"Ada apa, Geno-kun?"
"Ma-Maaf, Aya-chan, mungkin sebaiknya kita makan bersama saja, bersama Yukimura dan Ran-chan."
"Be-Begitu, ya... Baiklah."
"Ka-Kau tunggu saja di kelas, nanti aku menyusul."
"Kau mau kemana?"
"Ke perpustakaan."
Dengan berat hati, aku meninggalkan bidadari itu... Ah, sial! Aku memutuskan untuk lari, supaya selesai dengan cepat, dan bisa makan bersama dengan bidadari.
Sampailah aku di perpustakaan, disana ada seorang siswi yang sebelumnya kutemui. Dia masih membaca bukunya. "Keluarkan pilihan!" Ternyata dia adalah Fiksi itu.
Pertama, mendekati dia dan sapa dia. Kedua, buat keributan untuk memancing perhatiannya. Ketiga, lari dan ambil bukunya. Hei, selain nomor satu, semuanya pilihan gila. Lebih gilanya lagi, aku disuruh memilih nomor tiga. "Woi! Kenapa harus tiga?!"
"Sudah, cepat lakukan."
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa aku dengan entengnya mengikuti perintahnya? Bukan karena aku pasrah menjadi bawahannya, tapi karena wakilnya itu... Kalau aku melawannya, tanganku tidak akan bisa digerakkan untuk selamanya.
Dengan persiapan mental yang sudah mantang, aku berlari dan mengambil bukunya. Biasanya, dia akan kaget dan melihat orang yang dengan tidak sopannya mengambil bukunya. Tapi, dia hanya diam, dan pandangannya masih ke bawah, seperti masih ada buku di tangannya. Dengan wajah datar, dia melihatku. "Ke-Kembalikan bukuku." Dia berdiri, mengangkat kedua tangannya dengan lemas, mencoba meraih buku yang aku angkat.
"Baiklah, pilihan selanjutnya!" Pertama, aku mengembalikan bukunya dan meminta maaf. Kedua, aku lempar bukunya dan menyuruhnya untuk mengambilnya dengan nada kasar. Ketiga, lempar buku ke wajahnya dan memaki-maki dia. GILAAAAA!! Pilihannya semakin kacau, firasatku tidak enakkk! "Ouka, nomor satu."
Heh? Hah... Leganya... Aku pun mengembalikan bukunya. "Ma-Maaf..."
Dia menerima bukunya, dan langsung memeluk bukunya. "Ti-Tidak apa-apa..."
Keheningan dimulai lagi, entah kenapa aku merasa tidak enak. "A-Ano... Bell-san, kau tidak makan siang?"
"A-Aku tidak membawa bekal..."
"Be-Begitu, ya... Oh iya, bagaimana kalau kau bergabung dengan kami, makan siang bersama?"
"Tapi, aku..."
"Tenang saja, aku mendapatkan dua bekal. Aku sudah kenyang dengan satu bekal saja, sia-sia kalau dibuang."
"Ta-Tapi, aku harus menjaga perpustakaan i..." Tiba-tiba terdengar suara perut keroncong. Wajahnya memerah, walau masih wajah datar.
"Tenang saja, aku akan menyuruh temanku untuk menggantikanmu."
"Tapi..."
Lalu, dengan cepat, Itsuka sudah membuka pintu dengan wajah yang capek. "Aku datang tepat waktu."
"Nah, temanku sudah datang. Ayo, kita pergi."
Dengan ragu-ragu, dia mengikutiku. Dan kami sudah sampai di kelas, sekarang kedua orang yang tadi bertanding sudah kembali. Mereka bertiga sudah mengeluarkan bekal mereka, termasuk milikku yang dua itu.
Kami disambut dengan tatapan yang tajam. "Genoji-kun, dia siapa?"
"Oh dia, dia ingin bergabung dengan kita."
"Lalu, kenapa dia menempel padamu?" Mereka semakin menatap dengan tajam, karena Bell-san sedang bersembunyi di belakang punggungku dan memegang pundakku.
"Bell-san, ayo, perkenalkan dirimu."
"Selamat siang, saya Claire Bell, salam kenal."
"Bukan kepadaku, tapi mereka."
Dia melihat ke arah mereka, mungkin karena tatapan mereka yang tajam, dia memutuskan untuk melihatku lagi. "Selamat siang, saya..."
"Sudah kubilang, jangan kepadaku!" Aku melepaskan diri dari pegangannya, dan membiarkan mereka bertiga bisa melihat jelas tubuhnya.
"Se-Se-Se-Se..." Dia terlihat sangat gugup, terbukti dia selalu mempalingkan matanya ke arahku.
Aya-chan berdiri dan perlahan mendekati orang gugup ini. Dia memegang kedua tangannya, dan rasa gugup dia diganti dengan kebingungan. "Perkenalkan, namaku Ayase Himari, salam kenal. Maaf, kami menatapmu dengan tajam."
Ran-chan pun ikut mendekatinya. "Aku Ran Origami, salam kenal."
Yukimura pun sama. "Maaf, kami bukan bermaksud untuk menakutimu, tapi kami tadi hanya marah kepadanya. Oh iya, aku Yukimura Suzuki, salam kenal." Lalu mereka bertiga menatapku lagi.
"Eh, aku?"
"Boleh aku panggil Claire-chan?" tanya Aya-chan. Dia menjawab dengan anggukan. "Kalau begitu, Claire-chan. Ayo kita makan bersama."
Mereka bertiga langsung akrab, pemandangan yang menyenangkan. "Kerja bagus, Ouka."
"Lho, bukankah kau sedang berjaga di perpustakaan?"
"Aku memang sedang berjaga perpustakaan, aku melihat kalian lewat tab-ku."
"Itsuka, ada yang ingin aku tanyakan."
"Apa?"
"Entah kenapa rasanya aku pernah melihat dia..."
"Oh, maksudmu Bell-chan? Tadi kan aku pernah memperlihatkan fotonya."
"Kapan?"
"Itu, saat aku menunjukkan majalah tadi."
Aku mengingat kembali, dan melihat dengan seksama Bell-san. "Ah, dia artis itu!?"
"Iya."
"Kok, beda?"
"Dia menggunakan sihirnya untuk merubah penampilan."
"Kenapa?"
"Nanti kau akan mendapatkan jawabannya, sampai jumpa."
Ada dua kemungkinan. Pertama, dia sudah mengetahui alasannya, dan supaya terdengar kerena, dia mengatakan itu. Kedua, dia sebenarnya tidak tahu alasannya.
"Genoji-kun, kenapa kau diam saja disana? Ayo cepat makan!"
"Iya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top