BAGIAN KEDUA: MENCIUMNYA ATAU DUNIA HANCUR?
Aku menjelaskan kalau wanita yang aku bawa itu sedang terluka karena pertarungan. Oh iya, pasti kalian bingung, kenapa aku menceritakan hal yang sebenarnya kepadanya? Padahal belum tentu Aya-chan percaya? Jawabannya mudah, dia pasti akan percaya kepadaku.
"Hmm... Begitu, ya... Maaf, Geno-kun, aku berprasangka buruk."
"Ti-Tidak apa-apa. Jadi, tolong bersihkan dulu badannya dan kaos milikku, ya."
"Baik." Aya-chan memasuki kamarku dengan ember kecil berisi air di tangannya.
Karena kejadian pukulan dari dia. Aku memilih diam di luar, dan menyerahkan sisanya kepada Aya-chan.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, aku memikirkan tentang kejadian tadi. Siapa dia sebenarnya? Kenapa mereka bertarung? Kenapa dia bisa mengeluarkan roh tengu? Semua itu terus memutar di otakku.
Entah sudah berapa lama aku duduk diam, dan karena aku bosan, jadi aku memutuskan untuk melihat keadaan wanita itu.
Aku mengetuk pintu. "Aya-chan, apakah sudah selesai?"
"Sudah, silahkan masuk." Aku membuka pintu.
Sekarang aku bisa melihat wanita samurai itu menggunakan kaos berwarna hijau muda, celana pendek hitam, terlihat lebih bersih dari sebelumnya, dan wajahnya masih terlihat sedikit kelelahan. Dia sedang duduk dengan kedua kaki diposisikan ke belakang, membentuk huruf "M".
"Nah, Yukimura, dia adalah Genoji, orang yang menyelamatkanmu."
Terlihat wajahnya kaget dan dia langsung memposisikan duduknya dengan kedua kaki sebagai tempat duduknya. "Te-Terima kasih sudah menolongku. Namaku Yukimura Suzuki, maaf atas hal yang kulakukan tadi." Dia membungkukan badannya, seperti seorang samurai yang memberi hormat.
"A-A-Ah... Kau tidak perlu seperti itu, bangun, bangun. La-Lagipula itu memang salahku." Dia mengangkat badannya. "Apa kau merasa baikkan?"
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku sudah baikkan." Sekali lagi dia membungkukkan badannya, tapi kali ini tidak sampai bawah, sehingga aku bisa melihat belahan dadanya sebentar.
"Ka-Kalau begitu. Kita mulai makan malamnya."
Sekarang kami sudah duduk di kursi meja makan. Memakan ramen special buatan Aya-chan. Selesai makan malam, Aya-chan mengambil piring dan yang lainnya untuk dibersihkan. Saat itulah, aku akan menanyakan kejadian tadi.
"Suzuki-san..."
"Panggil saja aku Yukimura."
"Yu-Yukimura, aku ingin menanyakan tentang kejadian tadi di taman. Kenapa kau punya kekuatan yang memanggil roh tengu? Sebenarnya siapa kau? Dan siapa wanita yang melawanmu itu?" Dia langsung menundukkan kepalanya. "Ma-Maaf, bukan maksudku mencampuri urusanmu. Aku hanya penasaran."
"Tidak apa, anggap saja sebagai tanda terima kasih karena menyelamatkanku." Dia mengangkat wajahnya, dan melihat ke arahku. "Sebenarnya, aku dan wanita itu bermusuhan, malahan kami adalah musuh bebuyutan."
"Apa dia pernah melakukan hal buruk kepadamu?"
"Bukan, bukan pribadi. Tapi, clan dia dan clan-ku yang memiliki hubungan buruk. Seperti yang kau lihat, aku adalah samurai sejati, dan wanita itu adalah samurai palsu!"
"Ma-Maksudnya?"
"Kau tidak lihat?! Mana mungkin seseorang yang menggunakan peralatan aneh yang mengubah katana disebut samurai!! Dia... Maksudku, mereka. Adalah sekelompok yang menghina samurai sejati!"
"Ternyata masalahnya itu..." ucapku dalam hati. "Lalu, kekuatanmu itu apa? Apakah kau juga seorang penyihir?"
"Jangan menghinaku!!" Dia memukul meja makan.
"Ma-Maaf... Lalu, kekuatanmu itu apa?"
Dia duduk kembali. "Kami menyebutnya dengan Irgh. Kekuatan yang hanya dimiliki clan-ku secara turun-menurun." Dia menundukkan kepalanya lagi.
"Begitu, ya..." ucap Aya-chan. Aku sedikit kaget, karena tidak menyadari kehadirannya yang sedang duduk di sampingku.
"Aya-chan, sebaiknya kau segera pulang, sudah malam."
"Kalau begitu, aku juga izin pulang."
"Kalau kau sebaiknya jangan pulang, kelihatannya kau masih lelah. Kau menginap saja di sini."
Kedua wanita itu langsung kaget. "A-Apa maksudmu?! Jangan-jangan, kau ingin mengambil kesempatan! HENTAI!"
"Jangan salah sangka! Aku hanya merasa kasihan kepadamu, hari kan sudah malam!"
"Kalau begitu, aku juga akan menginap."
"Eh?! Tapi, bagaimana dengan orang..."
Dengan cepat dia mengambil handphone di tas yang sudah dia bawa. "Hallo, ibu. Aku tidak akan pulang, karena hari sudah malam, jadi aku menginap di rumah teman." Dia langsung menutup teleponnya. "Aku sudah dapat izin."
"Kau menutupnya sebelum ibumu menjawab!"
"Jadi, aku tidak boleh menginap di sini?" Dia memasang wajah memelasnya.
Itu adalah salah satu jurus jitu Aya-chan untuk meluluhkan hatiku dari. Dia sangat terlihat sangat imut, walau dia tidak loli. Dan aku hanya bisa melihat wajahnya dengan senang, jadi aku berubah pikiran. "Baiklah, kau juga sebaiknya menginap di sini."
"Hentai," ucap Yukimura dengan tatapan kosong.
"Bukan salahku!"
Malam itu, mereka berdua tidur di ruang tamu. Sedangkan aku tentu tidur di kamarku.
Aku belum tidur, karena sedang memikirkan jawaban yang baru saja aku dengar. Di dunia ini ada sekelompok orang yang memiliki kekuatan supranatural. Dunia ini memang dipenuhi oleh misteri luar biasa.
Pagi pun tiba. Dan kali ini, kebetulan bangunku lebih awal. Jadi, aku tidak dibangunkan oleh Aya-chan. Aku melihat jam, jam menunjukkan pukul lima pagi. Wajar saja Aya-chan belum datang untuk membangunkanku.
Aku pergi ke toilet, letaknya di dekat dapur. Saat aku sampai dan membuka pintunya. Aku melihat Aya-chan sudah membuka celana lamaku, dan sedang membuka celana dalamnya. Kami berdua dalam keadaan diam kaget. Dan tentu yang seperti kalian kira, wajahnya langsung memerah padam. "KYAAAA!!"
"Maafkan aku!" Aku langsung menutup pintunya, dan berlari.
Tanpa aku sadari, aku berlari ke ruang tamu. Dan melihat pemandangan Yukimura sedang melepaskan kaos-ku, karena dia tidak pakai "itu" aku bisa melihat tubuh bagian atas telanjang. Wajahnya langsung memerah padam, dan seperti yang sudah kalian duga juga. "HENTAIII!!" Dia melemparkan katana yang masih tersarung ke kepalaku.
"AAAA!!"
Seperti sebelumnya, suasana sarapan kami suram, mungkin bagiku. Mereka berdua menatapku dengan tajam. "Aku minta maaf!" Mereka masih menatapku dengan tajam.
"Apa kau melihatnya?" tanya mereka.
"Apa?"
"Apa kau melihatnya?!" Tatapan mereka semakin seram.
"Se-Sedikit..."
"HENTAI!!"
"Maaf!" Aku menundukkan kepala, dan kepalaku membentur meja makan. Tapi rasa sakitku belum seberapa kalau aku tidak minta maaf kepada mereka.
"Hah... Baiklah, aku memaafkanmu."
"Ayase-chan! Jangan semudah itu memaafkan orang menjijikan itu!" Sebuah panah bertuliskan "menjijikan" menusuk batinku.
"Sudahlah, Yukimura. Lagipula itu hanya kecelakaan."
"Tidak, dia sengaja melakukan itu dengan terlihat seperti kecelakaan. Dasar, menjijikan, mati saja sana!!" Sebuah panah bertuliskan "mati sana" menusuk batinku.
"Apakah itu benar, Geno-kun?"
"Te-Tentu saja tidak benar!"
Pembelaan Aya-chan yang menggunakan suara manisnya, bisa dikalahkan oleh hinaan Yukimura yang terdengar seperti motor ngebut. Tapi, batinku masih kuat. Karena itu belum seberapa dibanding hinaan mode tsundere plus tatapan yandere dari Aya-chan.
"Kalau begitu, aku akan segera pulang. Terima kasih atas sarapannya." Dia berdiri dan membungkukan badannya.
"Ma-Maaf, ya. Aku memaksamu menginap di sini tanpa izin dari orangtuamu."
"Aku tidak perlu minta izin dari orangtua."
"Kau mengatakan sesuatu?"
"Bukan apa-apa, serangga." Serangan batin mengenaiku lagi.
Akhirnya dia pergi, tentu di sudah berpakaian samurainya. "Sebaiknya kita segera ke sekolah." Aku mengambil tasku yang disimpan di bawa meja makan.
Aya-chan hanya menganggukan kepalanya, lalu mengambil tas yang sudah disimpan di bawah meja makan.
Kami berdua sekarang berjalan menuju sekolah. Seperti biasa, Aya-chan mengajakku berbicara, dan tidak mengungkit tentang Yukimura. Dan sampailah kami di kelas.
Tiba-tiba sebuah ingatan terlintas di kepalaku, yaitu tentang katana milik Yukimura yang mungkin dia lupakan. Karena tadi aku tidak melihat ada katana di pinggangnya. Aku langsung berdiri dan berjalan ke luar kelas.
"Geno-kun, kau mau kemana?"
"Toilet."
Kalau aku bilang kembali ke rumah untuk mengembalikan katananya Yukimura, dia pasti akan ikut denganku, dan kalau dia ikut denganku kemungkinan dia akan telat dan dihukum. Aku tidak mau melibatkannya dalam hal yang merugikannya.
Sekarang aku berlari ke rumahku. Dan sampailah aku di ruang tamu, tempat mereka tidur. Ternyata benar saja, katananya bersandar di tembok. Aku menyimpannya di sana setelah kejadian dilempar katanan, tentu saja saat dia sudah selesai mengganti pakaiannya.
Aku kembali berlari untuk mencari Yukimura. Dengan tanpa petunjuk, aku mencoba mencari di tempat-tempat dekat rumahku, jalur yang kulalui saat menggendongnya, dan taman saat aku melihat dia sedang bertarung. Sayangnya aku tidak menemukannya.
Aku kembali lagi, tapi suara ledakan menarik perhatianku. Ledakan itu kurasa berasa di bagian tengah taman. Aku langsung berlari ke tengah taman ini.
Sekarang aku melihat dua sosok yang tidak asing. Mereka adalah wanita samurai era dulu dan era baru. Seperti yang mungkin kalian kira, bahwa Yukimura hanya menghindari serangan musuhnya sambil berusaha menyerang dengan kedua tangannya.
Yukimura memberikan tinjuan tangan kanan, dihindari dengan meloncat ke belakang. Yukimura tidak melepaskannya, dia langsung melesat dan menyerang dengan tinjunya. Tapi, berhasil ditahan oleh katana yang terlihat seperti pisto berlaras panjang, tentu di bagian yang tidak tajam. Tiba-tiba, listrik di tangannya mengalir ke arah katanannya. Yukimura tersengat, tapi seperti sebelumnya, dia berhasil meloncat ke belakang. Dan seperti sebelumnya, dia langsung mendaratkan kedua lututnya karena lemas. Hal yang sama terulang lagi, samurai era baru itu berlari untuk menyerangnya. Tapi, ada yang beda kali ini. Yukimura terlihat sangat kelelahan, dan tatapannya beda dengan kejadian yang sama sebelumnya. Kali ini, dia menundukkan kepalanya, memasang sorot mata seorang pejuang yang menyerah.
'SRETT' badanku mendapatkan luka sayatan besar. Aku merasakan sesuatu yang basah keluar dari tubuhku dengan jumlah banyak. Tubuhku langsung jatuh ke belakang, tepat ke pelukan Yukimura. Dan sepintas aku melihat, samurai yang melukaiku melompat ke belakang cukup jauh.
"Kenapa kau kemari?!" bentak Yukimura dengan wajah kaget.
"Ka...u lu...pa mem... bawa katanamu..."
"Kau tidak perlu melakukan hal itu!!" Kali ini dia mengeluarkan air mata.
"Ma...Mau ba...gai...mana la...gi... Ma...na mungkin a...ku hanya di...am me...lihat wanita da...lam ba...haya..."
"BAKA! BAKA!"
Aku hanya membalas hinaannya itu dengan sebuah senyuman sekarat. Dan akhirnya aku menutup mataku.
"AAHHHH!!" teriak Yukimura.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku merasakan ada angin menyerang tubuhku, terasa cukup dingin. Lalu tak lama kemudian, suara benturan besi yang mungkin adalah hasil dari adu katana, terdengar keras dari yang selalu aku dengar kemarin. Dan ada tambahan juga, ada teriakan Yukimura dan suara geraman yang terdengar mengerikan.
Tapi, setelah dipikir-pikir... Ada yang aneh... Apa itu, ya? Oh iya, aku tidak pingsan-pingsan. Padahal aku sudah menutupkan mataku cukup lama. Aku juga tidak merasakan sakit atau darah yang keluar lagi. Apa mungkin aku sudah sampai di surga?
Akhirnya, dengan perlahan, aku membuka mataku. Aku melihat langit yang tidak asing bagiku, dan angin cukup dingin yang selalu menyerang tubuhku. Aku membangunkan tubuhku, dan melihat sebuah pertarungan yang lebih dahsyat dari yang kulihat sebelumnya. Yukimura berubah menjadi sesosok samurai yang dilindungi oleh roh tengu, tapi kali ini roh tengu itu terlihat sangat jelas dan setiap katanan mereka saling berbenturan, hembusan angin tercipta dan menyerang tubuhku lagi.
"Eh? Lalu dimana lukaku?" Aku melihat dan meraba badanku.
"Sebaiknya kau segera menghentikan mereka, Ouka."
Aku melihat ke samping, tempat seseorang menyebutkan namaku. "I-Itsuka, kenapa kau ada di sini?!"
"Nanti akan kuberitahu, sekarang yang terpenting adalah untuk menghentikan Yukimura."
"Hah? Kenapa kau bisa tahu namanya?"
"Untuk sekarang, sebaiknya kau tidak perlu banyak tanya dulu. Kau harus menghentikan dia dengan menciumnya."
"Haahhh?!! Kau gila?!!"
"Sudah kubilang, jangan banyak tanya..."
"Kenapa aku harus menciumnya?!!"
"Menciumnya atau bumi ini hancur?"
"Apa hubungannya dengan bumi?! Kalau kau tidak menjawabnya, aku tidak akan mengikuti perintahmu!"
"Huh... Baiklah... Kalau kau tidak menciumnya, dia akan kehilangan kendalinya. Cara satu-satunya untuk menghentikan dia adalah dengan menyegel kekuatannya, dan caranya adalah menciumnya."
"Kenapa bukan kau saja?"
"Aku tidak bisa, karena aku tidak memiliki kemampuan menyegel. Tapi, kau punya, dan hanya kau yang punya."
"Tapi..."
"Tenang saja, aku sudah mencegah Himari-chan kemari, jadi dia tidak akan melihat adegan ciumanmu."
"Bukan itu masalahnya! Mana mungkin aku bisa menciumnya?! Kita baru bertemu kemarin."
"Walau hanya baru kemarin, dia sudah menyukaimu."
"Hah?"
"Sudah, cepat cium dia!" Dia menendang pantatku.
Entah apa yang merasukiku, tubuhku bergerak seakan mengikuti nafsu bejat. Di pikiranku mengatakan untuk tidak mudah mempercayai omongan Itsuka, tapi tubuhku mengatakan lain. Aku melihat samurai era baru lemas dan mendapatkan beberapa luka. Yukimura hendak mengayunkan katanan mengerikannya, tapi musuhnya tidak diam dan melemparkan sebuah bola besi ke tanah. Sebuah sinar yang menyilaukan muncul dari bola itu. Seperti yang kalian kira, dia menghilang meninggalkan Yukimura yang masih ingin bertarung.
Sekarang aku sudah di belakang Yukimura. Keringat dingin membasahi kepalaku, karena memikirkan untuk menciumnya. Entah karena isi pikiranku sengaja keluar dari mulutku atau memang dia sudah sadar. Dia membalikan badannya, melihatku dengan tatapan mengerikan. Tapi, bukan Yukimura yang menatapku dengan mengerikan. Melainkan roh tengu-lah yang menatapku seperti itu, kalau Yukimura menatapku dengan tatapan kosong.
Gara-gara aku merasakan makna yang kudapatkan dari tatapan kosong Yukimura yang mengatakan kalau dia meminta tolong. Aku langsung berlari memeluk Yukimura. Dia mencoba melawan, tapi entah kenapa aku merasa kekuatanku sangat besar karena berhasil menahan perlawanannya. Dengan cepat, aku langsung mencium bibirnya.
Sebuah sinar putih menyinari tubuh Yukimura, dan seperti yang kalian kira juga, tiba-tiba dia sudah telanjang bulat. "AHHHH!" Aku langsung memeluknya, supaya aku tidak melihat tubuhnya.
"A-Apa yang... Apa yang kau lakukan!!?" Yukimura langsung mendorongku supaya melepaskan pelukanku. Ternyata berhasil.
Akibat aku jatuh terdorong, sekarang aku bisa melihat tubuh telanjang Yukimura dengan jelas. "A-A-A-A."
Mungkin karena bingung dengan mulut terbukaku, Yukimura melihat tubuhnya. Dan dia baru sadar kalau dia telanjang bulat. "He...HENTAIII!!" Dia meluncurkan tendangan dari samping.
"AAAAA!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top