Juri III
Halo, semua teman penulis!
Terima kasih sudah menyetor karya kalian dan ambil bagian dalam event terakhir di tahun 2022 ini! Semoga masih semangat mengikuti event setelah-setelahnya, ya.
Sebelum membaca hasil penjurian, aku mohon maaf kalau ada salah kata yang nggak mengenakkan di hati. Kuharap masukan di bawah bisa bermanfaat. Tanpa mengoceh lebih lama, ini hasil penjurianku.
Aku Normal, Kok (77)
Terima kasih sudah menjadi yang pertama ngumpul dan curhat lewat event ini!
Event kali ini bikin plong hati+kumpul poin, bagus banget, kan?
Nah, sama kayak yang kamu bilang kalau ini curhat, aku baca cerita ini kayak lagi baca diary. Aku suka sih kalimat yang dipakai jadinya santai dan dialognya luwes.
Dari awal sampai tengah kurasa oke-oke aja, tapi eksekusinya kurang mantep. Joe benci cowok krn ada masa lalu buruk, digoda sama guru cowok (kayaknya jelek), dan untuk menghindarinya dia nggak masuk kelas jadi peringkatnya turun dan dia sedih sama itu daripada senang lepas dari guru mesum? Kalau ini pengalaman penulis beneran dari awal sampai akhir, bisa jadi mungkin penulis mau memasukkan perasaannya saja dengan hasil yang seperti itu, ya.
Aku juga masih meraba-raba kenapa penulis memakai judul "Aku Normal, Kok" kirain karena Joe tuh cwk jadi pengen jelasin kalau yang dia rasakan tuh normal, ternyata Joe cwk toh. Semoga nggak jadi trauma dengan cowok, ya.
Terima kasih sudah buat cerita "Aku Normal, Kok"!
Dia Yang Tak Bisa Kulupakan (87)
Tulisannya rapi dan enak dibaca. Aku nggak bakal banyak berkomentar sih karena aku senang-senang aja bacanya.
Aku senang bagian penulis menutupi sosok yang ditakuti Ana. Bikin pembaca menebak-nebak sosok menakutkan itu apa. Ternyata kecoak. Kecoak memang menakutkan.
Terima kasih sudah menyelesaikan cerpen "Dia Yang Tidak Bisa Kulupakan"!
Dunia Lain (83)
Sudah kuduga ada yang buat cerita horror saat tema ini diputuskan diambil. Mana di awal cerita dikasih peringatan bakal dihantui. Andaikan aku bukan juri, mungkin aku nggak berani baca.
Cerita ini menyeramkan dan punya akhir yang lebih menyeramkan. Aku suka penjelasan di akhirnya yang membuat apa yang dialami si tokoh jadi masuk akal dan membuat buluk kuduk tambah merinding. Kamu sukses membawa kesan ngeri dan original di cerita kamu.
Yang ingin aku komentari itu, ada perpindahan adegan yang kurang mulus. Saat si tokoh di alam hantu pindah kembali ke alam manusia, daripada menjelaskan jantung berdetak, paru-paru berhenti memompa, mungkin kamu bisa buat si tokoh lebih berupaya untuk lari saat hantu mendekat. Mungkin dengan memejamkan mata sampai dia dengar suara sayup-sayup adiknya memanggilnya. Dengan begitu perpindahannya lebih mulus dan tidak kesan adegan seperti terlompat.
Terima kasih sudah menulis "Dunia Lain"!
Sakit (86)
Aku suka cerita ini. Meski POV 2 bukan favoritku, tapi aku nikmat aja membaca sampai sempat lupa komen. Eh tahunya udah bagian akhir saja.
Ending cerita ini gantung banget. Aku sampai nggak ngerti bagian akhirnya apa. Kurasa, penulis ingin memberi kesan misterius di akhir, tapi untukku pribadi masih bisa dibuat lebih apik.
Terima kasih sudah menulis cerpen "Sakit" ini!
Takut Tambah Dewasa (83)
Cerita ini kesannya mirip dengan cerita pertama, kayak baca diary orang. Kisah menyeramkan di sini sepertinya ditulis penulis tentang bayangan tokoh akan dunia perkuliahan, yang pada akhirnya tidak seperti bayangannya. Meski aku rasa daripada termasuk kisah menyeramkan ini lebih ke sebuah pemikiran tentang kuliah karena bukan berupa pengalaman atau kejadian yang sudah terjadi.
Yang kusuka bahasa yang dipakai, enak dibaca dan beragam, dan pengalaman takutnya tentang awal dunia mahasiswa cukup relate.
Judulnya kayaknya lebih cocok "Takut Jadi Mahasiswa" daripada "Takut Tambah Dewasa". Ada lebih banyak yang perlu ditakuti kalau sudah dewasa selain perkuliahan hehe (nggak akan ku-spill kok tenang aja nggak usah takut)
Semangat menghadapi dunia perkuliahan, ya!
Terima kasih sudah menceritakan cerpen "Takut Tambah Dewasa!"
KKN (73)
Another horror :)
Awalnya aku berharap banyak sama cerpen ini karena bagian pembukaannya lumayan, tapi makin ke akhir aku merasa cerita ini menyimpan banyak adegan yang nggak diceritakan. Di saat yang bersamaan, ada juga adegan yang menurutku tidak perlu diceritakan karena tidak memberi pengaruh banyak pada cerita, seperti adegan pembagian kamar itu. Mungkin perlu memilah-milah adegan yang perlu dan tidak perlu diceritakan. Ingat, tiap detail cerita harus mengarus pada satu kesan di akhir cerita.
Masih perlu belajar keluar dari tehnik telling. Ceritanya masih terkesan diberitahu.
Terima kasih sudah menceritakan "KKN" !
Nasib (75)
Aku awalnya bingung cerita ini tuh tentang apa, sampai pada bagian kilas balik kehidupan si tokoh yang memberitahuku ini tuh soal apa. Rasanya daripada dijadikan kilas balik, lebih baik memulai cerita dari si tokoh saat kelas dua belas dan menghadapi banyak kesulitan, nggak sih? Aku nggak melihat mengapa perlu ada kilas balik tokoh beli telur di warung.
Tulisannya rapi dan cukup tergambar kesedihan apa yang penulis rasakan. Hanya saja masih perlu penambahan deksripsi aksi dan tempat. Kadang-kadang aku tidak tahu di mana tokoh berada dan bagaimana situasinya, apalagi cerita ini memang punya alur lompat-lompat.
Kalau kamu bingung menyisipkan deskripsi pada percakapan, coba gambarkan gimana suara si lawan bicara apa dia terdengar khawatir atau bisa juga sisipkan perasaan si tokoh atau tokoh bicara sambil melakukan sesuatu. Contoh waktu menelepon, kamu bisa tulis apa suara ibunya terdengar khawatir atau si tokoh bicara sambil menempelkan ponsel di antara bahu dan pipinya karena tangannya sibuk memotong wortel di talenan. Dengan begitu, kamu bisa beritahu gimana perasaan si tokoh, dan di mana tokoh berada.
Aku rasa daripada masuk ke kisah menyeramkan, kisah ini lebih cocok masuk ke menyedihkan karena kehidupan tokoh memang sangat menyedihkan.
Kehilanganmu Membuatku Berhenti Untuk Berjuang (89)
Ceritanya rapi, enak dibaca, permainan katanya sedap, meski kisahnya sederhana.
Paragrafnya juga padet. Aku suka dari awal sampai akhir tuh ceritanya jelas ke arah mana. Ada informasi yang dikasih tahu dan butuh jawaban, tapi sampai akhir tidak dijawab. Emang kondisi tokoh utama kenapa? Bayi di rumah tuh punya siapa? Cuma penulis yang tahu.
Terima kasih telah menulis “Kehilanganmu Membuatku Berhenti Untuk Berjuang!”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top