Rencana Dua

Tanpa curiga Mera menerima tasnya kembali. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju salah satu mall besar di Jakarta.

Yesa menyalakan musik di mobil Bundanya. Seperti biasa dia memilih lagu-lagu korea yang sebenarnya dia tak tahu apa itu artinya. Namun karena lagu itu sedang ngetrend, penyanyinya tampan, dan juga musiknya yang enak untuk di dengar membuatnya menyukai lagu-lagu korea.

Mera hanya berdecak pelan melihat tingkah anaknya yang seakan-akan dia sedang konser di panggung besar. Dia tahu anak sekarang banyak yang mengidolakan aktris atau aktor dari negeri ginseng itu tak terkecuali anaknya sendiri. Kemampuan mereka dalam penguasaan panggung menjadi ciri khas dari penampilan mereka, dan juga kemampuan mereka ber-ekting terlihat begitu natural sehingga banyak remaja indonesia yang menyukai tontonan mereka.

Miris memang. Budaya negara lain lebih di hargai daripada budaya negeri sendiri. Namun namanya hobi dan kesenangan hati tidak ada yang bisa mengatur. Kita harus mengakui potensi yang mereka miliki lebih baik daripada kita, namun tidak beberapa hal yang membuat kita lebih baik dari mereka.

"Mah sini Yes ?". Tanya Mera sambil berjalan pelan.

"Iya". Jawab Yesa semangat. Pasalnya dia sudah janjian dengan Adlan di mall mana mereka akan menjalankan rencananya.

Mera membelokkan mobilnya untuk masuk ke dalam mall besar itu. Parkiran terlihat penuh, namun untungnya masih ada 1 tempat tersisa untuk mobilnya. Mera memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Setelah itu dia keluar dari mobil dan di susul oleh anak gadisnya.

"Kamu mau cari apa sih ?". Tanya Mera penasaran.

"Cari makan dulu yuk Bun". Jawab Yesa sambil menarik lengan Mera menuju salah satu kafe yang ada di lantai 2.

"Bentar lah. Bunda masukin kunci mobil dulu ke tas". Jawab Mera sambil memasukkan kunci mobilnya ke dalam tas. Setelah itu dia mengikuti anaknya dari belakang.

Yesa menggandeng lengan Bundanya. Sesekali mereka tertawa bersama saat obrolan mereka lucu. Yesa memilih meja yang tak jauh dari meja Adlan. Mereka saling pandang sejenak yang setelah itu langsung memutus kontak mata bareng karena takut ketahuan oleh Mera.

"Kamu pesen apa Yes ?". Tanya Mera pelan.

"Spaggeti sama milkshake". Kata Yesa kepada Bundanya.

"Spaggeti 2, milkshake 2". Kata Mera kepada pelayan. Pelayan perempuan itu segera mencatat pesanan pelanggan dan setelah itu pergi ke belakang untuk menyiapkan pesanan mereka.

Yesa memainkan handphone nya untuk mengirimkan sesuatu kepada Adlan. Sesekali dia tersenyum sambil matanya terus menatap layar handphone.

"Kamu chatting sama siapa sih ?". Tanya Mera kesal. Pasalnya dia seperti di acuhkan oleh anaknya sendiri.

"Eh e sama temen Bun". Jawab Yesa singkat. Matanya terus menatap layar handphone dan jarinya terus mengetik.

"Temen siapa ?. Kamu chatting sama sialan itu ya". Tanya Mera menebak.

"Engg enggak kok". Jawab Yesa gelagapan. Dia kemudian mematikan handphone nya dan dia letakkan dia atas meja. Kemudian dia fokus kepada Bundanya dan sesekali menjawab pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh Bundanya.

Tidak lama kemudian, pelayan datang dengan membawa 2 porsi spaggeti dan milkshake pesanan Yesa dan bundanya. Mata Yesa berbinar begitu makanan datang. Dia langsung menikmati hidangan di hadapannya itu.

Mera dan anak gadisnya makan dalam diam. Hanya dentingan garpu dan piring yang mengeluarkan suara dan pastinya suara langkah kaki di sekitar mereka. Mera selalu membiasakan anaknya untuk tak banyak bicara saat makan, karena takutnya jika makan dengan selain dia akan terlihat jika kurang sopan.

Lima belas menit kemudian hidangan mereka sudah tandas dari piring. Mera mengusap bibirnya dengan tisu yang dihadapannya. Mera memandang anaknya yang sudah selesai makan.

"Udah selesai Yes ?". Tanya mera pelan.

"Udah Bun". Jawab Yesa pelan.

"Balik sekarang ?". Tanya Mera lagi yang kemudian di angguki oleh Yesa.

Mera dan Yesa bangkit dari duduknya. Mera berjalan lebih dulu menuju kasir. Sedangkan Yesa melirik Adlan sekilas sambil tersenyum. Adlan membalas senyum Yesa sambil terus mengaduk minumannya.

"Loh Yes dompet Bunda mana ?". Tanya Mera panik pada anak gadisnya.

Yesa memasang wajah kaget padahal dia sudah tahu ini akan terjadi. "Ya nggak tahu". Jawab Yesa sambil mengedikkan bahu.

"Serius ini. Dompet Bunda nggak ada". Kata Mera sambil mengobrak abrik isi tasnya.

"Yesa nggak tau Bunda". Jawab Yesa meyakinkan Bundanya.

"Kamu ada uang kan ?". Tanya Mera serius.

"Nggak ada". Jawab Yesa polos.

"Ntar Bunda ganti di rumah". Jawab Mera lagi.

"Ya masalahnya aku nggak bawa dompet juga". Jawab Yesa dengan wajah tak bersalah.

Mera menatap Yesa dengan tajam. "Gimana bisa nggak bawa sih ?". Tanya Mera geregetan.

"Lah Bunda juga kenapa bisa nggak bawa ?". Tanya Yesa dengan cuek.

"Bunda bawa tadi, udah Bunda masukkan dalam tas kenapa sekarang nggak ada". Jawab Mera membela diri.

"Mana Yesa tau". Jawab Yesa cuek.

"Bagaimana bu ?". Tanya petugas kasir. Pasalnya dia sudah sedikit jenuh melihat adegan pertengkaran antara ibu dan anak di depannya ini.

"Bentar ya mbak saya hubungi suami saya dulu". Jawab Mera sambil mencari nomor handphone suaminya.

"Yesa". Panggil Adlan tiba-tiba.

"Eh Lan". Jawab Yesa pura-pura kaget.

"Kamu ngapain ?". Tanya Adlan pelan. "oh ada tante juga". Kata Adlan dengan menyalami tangan Mera.

"Ini Bunda lagi nggak bawa dompet, sedangkan aku juga lagi nggak bawa dompet". Jawab Yesa bercerita.

"Ohh biar aku aja yang bayar". Jawab Adlan dengan tersenyum.

"Eh nggak usah ini saya juga udah hubungi suami saya". Kata Mera menolak.

"Nggak papa kok tante". Jawab Adlan. "Mbak sekalian sama punya mereka". Kata Adlan kepada kasir.

Kasir itu tersenyum kemudian menotal semua pesanan Adlan dan juga Yesa serta bundanya. Mera merasa tidak enak dengan Adlan, namun dia juga nggak tahu kapan bisa keluar dari sini karena suaminya belum bisa dihubungi.

"Makasih ya Lan". Kata Yesa sambil tersenyum.

"Iya sama-sama". Jawab Adlan dengan senyumnya yang lebar.

"Bun nggak bilang makasih kek sama Adlan udah di tolongin". Kata Yesa menyenggol lengan bundanya

"Makasih ya siAlan udah nolongin kita. Ntar uang kamu biar tante ganti ya". Kata Mera.

"Nggak usah tante, saya ikhlas kok". Jawab Adlan dengan tersenyum.

"Eh kamu tuh uang masih minta orang tua, nggak usah sok-sokan nolak saya ganti". Kata Mera ketus.

"Bunda nggak boleh gitu dong". Tegur Yesa.

"Ehmm alhamdulillah saya sudah bisa cari uang sendiri kok tante, ya walaupun nggak seberapa penghasilannya tapi udah nggak minta orang tua". Jawab Adlan menjelaskan. Dia fikir ini bisa jadi nilai plus nya supaya Bundanya Yesa simpati terhadapnya. Lagi pula dia juga tidak berbohong soal ini, dia memang benar-benar bisa mencari penghasilan sendiri.

"Emang tapi gimana pun saya tetep akan ganti uang kamu". Jawab Mera sambil menarik tangan Yesa pergi dari kafe ini.

Yesa melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. Adlan membalas lambaian tangan Yesa dengan senyum yang tak kalah lebar. Adlan terus memandang Yesa hingga Yesa tak terlihat dari pandangannya.

================================

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top