Putus
Me
Lan aku tunggu kamu di taman pas jam istirahat
Yesa memasukkan kembali handphone nya ke dalam tas. Dia sudah memikirkan ini matang-matang. Dan dia yakin jika keputusannya ini adalah keputusan yang tepat. Apapun tanggapan Adlan nanti dia tak akan peduli. Terlebih jika Adlan meminta dia untuk tetap menjadi kekasihnya, dia akan menolak keras permintaan Adlan.
Pernah sekali dia mengecewakan Ayahnya membuatnya kapok untuk mengulang lagi. Apalagi dia belum pernah sekalipun membuat Ayahnya bangga, jadi dia tak ingin mengulang kesalahan yaitu membuat ayahnya kecewa.
Mata Yesa memang menatap guru yang sedang menerangkan materi, namun fikiran Yesa justru fokus ke Adlan. Dia merangkai kata-kata yang akan dia katakan pada Adlan nanti. Dan dia menerka-nerka jawaban apa yang akan Adlan lontarkan nanti. Namun semanis apapun Adlan membujuknya, dia tetap akan menolak Adlan.
Bel istirahat berbunyi. Tanpa menunggu kedua sahabatnya, Yesa langsung berlari keluar ruangan dan menuju ke taman belakang. Berlari hingga beberapa kali menabrak teman-temannya dan tak jarang pula mendapat umpatan dari orang yang di tabraknya, namun Yesa tak menghiraukan hal itu. Dia terus berlari ke taman hingga dia sampai di tempat tujuannya.
Saat istirahat begini taman memang sepi. Karena mereka lebih memilih untuk mengisi perut di kantin atau mencari buku referensi di perpustakaan. Maka dari itu Yesa mengajak Adlan untuk bertemu di sini karena dia rasa di sini tempatnya lebih privat.
"Udah nunggu lama ?". Tanya Adlan begitu dia sampai di taman. Dia langsung duduk di samping Yesa.
"Nggak kok". Jawab Yesa pelan. Dia meremas tangannya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Kamu udah buat keputusan ?". Tanya Adlan pelan.
Yesa mengangguk, namun dia tak berani menatap Adlan di sampingnya. Dia benar-benar gugup saat akan menyampaikan keputusannya.
"Lalu ?". Tanya Adlan singkat.
Yesa menarik nafasnya dalam. Jangtungnya benar-benar berdegup dengan kencang hingga tangannya semakin terlihat jika bergetar. Namun sebisa mungkin dia berusaha menutupi semuanya dan bersikap biasa saja.
"Aku mau kita putus". Kata Yesa sambil memejamkan matanya.
Adlan mengerutkan keningnya. Dia tak menyangka dengan keputusan yang di buat oleh cewek yang dicintainya ini. Dia fikir Yesa akan menerima tawarannya untuk pacaran diam-diam namun ini malah tetap pada keputusan pertama Yesa, yaitu putus.
"Kamu udah fikirin ini matang-matang ?". Tanya Adlan serius.
"Udah". Jawab Yesa singkat.
"Kamu udah nggak suka sama aku ?". Tanya Adlan pelan.
Yesa terdiam sejenak. Kalau ditanya dia masih suka atau tidak pasti jawabannya masih, tapi dia tak bisa terus melanjutkan hubungannya ini dengan Adlan.
"Nggak". Jawab Yesa singkat.
"Tatap mata aku Yes. Aku yakin kamu berbohong dengan apa yang kamu ucapkan". Kata Adlan sambil berusaha memutar bahu Yesa untuk menghadapnya.
Yesa menolak melakukan hal itu. Dia bangkit namun tetap tak mau melihat Adlan. "Hubungan kita sudah berakhir. Kamu bukan pacar aku lagi". Kata Yesa sambil berlari meninggalkan taman.
Dia menuju kelas dan langsung duduk di bangkunya. Menenggelamkan kepalanya di atas meja dan mengeluarkan air mata. Namun sebisa mungkin dia tak mengeluarkan suara karena takut seseorang akan mengetahuinya.
Karin dan Nadia masuk ke kelas dengan bercanda. Mereka melihat bangku Yesa yang sudah berpenghuni. Mereka menghampiri bangku itu dan duduk di bangku depan Yesa. Karin mengelus rambut Yesa pelan.
"Ada apa ?". Tanya Nadia pelan.
Yesa menggelengkan kepalanya dengan pelan tanpa mau mengangkat kepalanya ataupun menjawab pertanyaan kedua sahabatnya ini.
"Cerita sama kita. Siapa tau kita bisa bantu kamu". Kata Karin lembut. Tangannya masih mengelus rambut Yesa.
Yesa diam. Dia mulai mengatur nafasnya dari tangisnya. Kemudian dia mengangkat kepalanya dan melihat kedua sahabatnya. Karin dan Nadia memelototkan matanya melihat wajah sembab Yesa.
"Kenapa ?". Tanya Karin penasaran.
"Ada apa Yes ?". Tanya Nadia tak kalah penasaran.
Yesa mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dia memastikan jika hanya ada dia dan kedua sahabatnya di kelas ini.
"Cuma kita bertiga di sini. Ayo cerita". Kata Karin pelan.
"Aku... aku putus sama Adlan". Kata Yesa sambil menahan tangisnya.
Karin dan Nadia terdiam sejenak. Dia tak terlalu kaget mendengar jawaban dari sahabatnya ini. Karena mereka sudah mengetahui kebimbangan Yesa sejak lalu. Dan 60% Yesa sudah memutuskan untuk putus dengan Adlan.
"Gue yakin keputusan lo ini nggak akan salah". Kata Nadia memberi semangat.
"Gue juga yakin kalo lo bisa ngedapetin cowok yang lebih baik dari Adlan". Kata Karin dengan tersenyum.
"Tapi gue masih sayang sama Adlan". Kata Yesa pelan.
"Lo lebih milih Adlan atau orang tua lo ?". Tanya Nadia.
"Orang tua gue lah". Jawab Yesa dengan mengusap air matanya yang masih menggenang di pelupuk matanya.
"Maka dari itu keputusan lo ini udah tepat. Udah nggak usah nangis lagi. Ada kita berdua yang siap nemenin lo kalo lo kesepian". Kata Nadia menghibur Yesa.
"Gini ya Yes kalo Adlan memang jodoh lo, dia bakal balik lagi ke elo kok. Yang penting lo berdoa aja, minta yang terbaik buat lo, gue yakin hidup lo akan tenang". Kata Karin menasehati sahabatnya ini.
"Lo fikir hidup gue nggak tenang ?". Tanya Yesa dengan tak terima.
"Nggak gitu Yes, sekarang kan lo dirundung kesedihan ni, jadi lo kayak nggak tenang gitu". Kata Karin menjelaskan.
Yesa menatap Karin dengan pandangan mengomentari. Dia seolah-olah mencari kebenaran dari ucapan Karin.
"Lo natap gue kek gitu banget sih". Kata Karin sambil melempar tisu ke Yesa.
"Udah deh daripada ribut yok ke kantin. Masih ada waktu 10 menit". Kata Nadia sambil berdiri. Dia tahu jika Yesa belum makan siang, jadi dia mengajak Yesa pergi ke kantin daripada nanti di tengah-tengah pelajaran dia mengeluh lapar.
Yesa dan Karin ikut berdiri. Mereka jalan beriringan menuju kantin untuk memesan cemilan, sedangkan Yesa memesan bakso karena memang tadi di belum makan siang karena harus menyelesaikan masalahnya dengan Adlan dulu.
Mereka menikmati menu mereka dengan bercanda. Ya walaupun Yesa masih memikirkan Adlan namun sebisa mungkin dia bersikap biasa saja.
================================
Bojonegoro, 1 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top