Menyusun Rencana
~Yesa Pov~
Pagi ini ku sambut dengan senyum yang tersungging dibibir ku. Karena Bunda sudah menyanggupi untuk membantuku baikan dengan Ayah. Walau kelihatannya tak mudah untuk melakukan itu, tapi aku dan Bunda akan mencobanya.
Sudah ada beberapa yang kususun untuk minta maaf dengan Ayah. Dan rencana itu akan aku jalankan mulai pagi ini.
Rencana Pertama.
Membuat Sarapan untuk Ayah.
Setelah sholat subuh tadi aku langsung mandi dan memakai seragamku. Setelah itu, aku segera pergi ke dapur. Menyalakan kompor, mengambil tevlon dan spatula, memecahkan telur ke dalam tevlon. Dengan keberanian yang minim, aku mencoba untuk mencampurkan garam ke telur tadi. Mendiamkannya dahulu hingga sisi bawahnya berubah warna. Setelah menunggu selama 2 menit, aku membalikkan telur itu dengan hati-hati. Takut jika aku kena percikan minyak panas yang ada ditevlon. Setelah ku balik, aku mendapatkan surprize yang tak terduga.
"yah gosong". Rengekku sambil memandang miris telur itu.
Segera ku angkat telur itu dari tevlon. Ku buang begitu saja, dan mencoba memasak telur lagi. Percobaan kedua ini tak terlalu mengerikan. Walaupun masih belum berhasil. Ku angkat telur itu dan ku letakkan diatas piring. Memasak telur lagi sejumlah 3 telur.
Setelah membuat telur mata sapi, aku inging memasak nasi goreng. Menu sarapan yang sangat sederhana dan itu adalah menu favorit Ayah dipagi hari. Aku mulai meracik bumbu nasi goreng, ku masukkan ke dalam blender dan ku haluskan. Setelah itu ku tuang ke dalam tevlon, memasukkan garam, gula, penyedap rasa, kecap, saos dan terkahir nasi. Ku aduk sampai rata. Setelah ku rasa sudah matang, aku segera menaruh nasi itu ke dalam piring yang sudah ku sediakan. Nasi goreng yang ku buat tadi, ku bagi menjadi 3 piring. Ku taruh 1 telur tadi di atas sepiring nasi goreng dan ku tambahkan potongan timun serta tomat yang kuiris tak berarturan.
Setelah itu, ku tata ke tiga piring tadi di atas meja makan. Begitu juga dengan 3 gelas yang sudah ku isi dengan air putih. Tak lupa kopi hitam kesukaan Ayah. Ku tatap hasil kerjaku yang sebenarnya belum bisa dikatakan sempurna namun tidak bisa dikatakan berantakan juga. Yang pasti, aku sudah berusaha dan aku cukup puas dengan hasil kerjaku.
"selesai juga". Kata ku sambil tersenyum.
"wihhhhhh kamu yang nyiapin semua ini ?". Tanya Bunda saat dia baru turun dari lantai atas.
Aku mengangguk sambil tersenyum. "tapi nggak tau gimana rasanya". Jawabku sambil memanyunkan bibirku.
Bunda mendekatiku sambil mengusap kepalaku. "soal rasa nomor sekian, yang paling penting kamu masak dengan ikhlas dan dari hati". Kata Bunda sambil tersenyum.
Aku ikut tersenyum mendengar kata Bunda barusan. "Bun kalo Ayah nggak suka gimana ?". Tanyaku kembali dengan ekspresi mulut manyun.
"jangan khawatir, yang penting kamu sudah berusaha. Apalagi inikan baru rencana pertama". Jawab Bunda halus. Aku hanya diam tak tahu harus jawab apa. "sekarang kamu siap² sekolah, sebentar lagi Ayah akan turun untuk sarapan bersama". Kata Bunda lagi menyuruh ku untuk segera bersiap ke sekolah. Karena memang jam sudah menunjukkan pukul 06.10 wib.
Aku segera berlari menaiki tangga menuju kamarku. Menyisir rambut, memoleskan sedikit bedak diwajah ku dan lip balm dibibir ku. Menyemprotkan minyak wangi sedikit, meratakan hand and body de lengan dan kaki ku. Setelah kurasa cukup, aku segera memakai sepatu. Setelah selesai aku mengambil tas yang sudah kusiapkan diatas meja dan langsung bergegas ke meja makan. Disana sudah ada Ayah dan Bunda yang asik mengobrol. Ku lihat hidangan yang ku sajikan belum tersentuh sama sekali. Aku menggigit bibir bawahku. Bertanya-tanya dalam hati, apakah Ayah tak menyukai hidangan yang telah kusiapkan ?. Dengan raut muka yang tak enak, aku tetap memberanikan diri untuk menghampiri mereka. Soal ditolak atau tidak urusan nanti, yang penting aku sudah berusaha.
"pagi Bun, pagi Ay". Sapa ku kepada mereka seperti biasa. Walau sebenarnya dalam hati aku was-was.
"pagi juga sayang". Jawab Bunda dengan senyum mengembang. Sedangkan Ayah hanya melirikku sekilas lalu menyeruput kopinya.
"ayo mas kita sarapan, Yesa juga udah turun kok". Kata Bunda mengajak kami sarapan, setelah sebelumnya terjadi suasana canggung seperti biasanya setelah terjadi perseteruan antara aku dan Ayah.
Ayah menanggapi dengan senyuman dan langsung menyendokkan nasi goreng dihadapannya. Aku melihat Ayah dengan ketar-ketir. Memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Memikirkan bagaimana reaksi Ayah setelah nasi goreng itu masuk ke dalam mulutnya.
"kamu masak nggak dari hati ya dek ?". Tanya Ayah pelan. Bunda memandang Ayah dengan raut muka bingung. "
Bunda menelan nasi goreng yang ada dimulutnya dengan susah payah. Mengambil gelas dan meminum air yang ada di dalamnya. Sedangkan aku hanya bisa menunduk tak berani menatap Ayah. Bahkan untuk bernafas saja susah rasanya.
"Yes kamu nggak ada yang perlu disampe in ?". Tanya Bunda padaku.
"ha.. Apa Bun ?". Jawabku gagap sambil mengangkat wajahku.
"nggak ada yang perlu kamu sampein ?". Tanya Bunda sekali lagi.
"eh emm itu.. Ayah". Kataku gugup. Ayah yang merasa aku memanggilnya segera menolehkan kepala menghadapku. "sebenarnya itu bukan bukan masakan Bunda, tapi masakan Yesa". Kata pelan dengan wajah menunduk. Tak ada sahutan dari Ayah, dan aku tak dapat melihat bagaimana ekspresi Ayah.
"iya mas ini semua yang nyiapin Yesa". Kata Bunda menimpali.
"oh". Jawab Ayah dingin dan singkat.
"emm Bunda Yesa mau berangkat sekarang". Kataku sambil cepat-cepat menghabiskan susu yang ada di hadapanku.
"loh kamu nggak sarapan dulu ?". Tanya Bunda heran. Karena biasanya aku selalu sarapan sebelum berangkat sekolah.
"enggak usah, Yesa ada.. e itu ada piket kelas". Jawab ku berbohong.
"oh gitu. Mas aku sama Yesa jalan dulu ya, kamu nggak papa kan ?". Kata Bunda pamit pada Ayah.
"iya nggak papa. Kamu hati-hati ya". Jawab Ayah lembut.
Bunda mengangguk dan langsung mengambil kunci mobil di kamar. Sedangkan aku hanya diam saja sambil menunggu Bunda kembali. Tak butuh waktu lama, Bunda sudah kembali di ruang makan. Bunda menyalami tangan Ayah yang langsung ku ikuti.
"Yesa berangkat dulu ya Yah". Pamitku sambil menyalami Ayah. Ayah hanya berdehem saja tanpa menjawab sepatah kata. Kemudian aku berlalu dari hadapan Ayah menyusul Bunda yang sudah ke depan dulu.
***
~Ayah Rangga Pov~
Sebenarnya aku sudah tak betah jika terus mendiamkan putri semata wayangku. Namun aku harus melakukan ini supaya dia sadar akan kesalahannya dan tak kembali mengulanginya.
Ternyata benar apa yang dikatakan istriku, jika Adlan bukan lelaki yang baik untuk Yesa. Dia bukan lelaki yang dapat menjaga Yesa, namun lelaki yang akan merusaknya. Aku tak pernah berfikir jika anakku diam saja saat diperlakukan seperti itu. Tapi aku juga bersyukur karna aku telah mencegahnya.
Untuk mengembalikan kepercayaan ku kepada Adlan sangat sulit, apalagi kembali menyukainya seperti dulu. Bahkan aku akan menyuruh Yesa untuk memutuskan hubungan mereka berdua.
Pagi ini dihadapan ku sudah tersaji sepiring nasi goreng dengan telur goreng. Rasa nasi goreng yang menurutku aneh membuatku tak ingin meneruskan sarapan. Namun saat Yesa mengaku jika itu masakannya, hatiku menghangat. Rasanya begitu surprise, anak putriku yang tak pernah mau menginjakkan kaki ke dapur mau membuatkan sarapan untukku. Walau sebenarnya aku tau maksudnya melakukan semua ini. Ya tak lain dan tak bukan adalah untuk merayuku supaya aku mu memaafkannya.
Dalam hati aku sudah memaafkannya, hanya saja aku ingin memberikannya sedikit pelajaran lebih lama lagi. Supaya dia tak mengulanginya lagi.
Aku terus menyuapkan nasi goreng dihadapanku ini. Walau dengan rasa yang ingin muntah, tapi aku tetap terus memakannya. Tak ingin membuang masakan putriku. Karena aku sadar, entah kapan lagi aku bisa merasakan masakannya, jadi hari ini aku tak ingin membuang kesempatan begitu saja.
-------------------------------------------------------------
Bojonegoro,11 November 2019
Tugas banyak membuatku sulit untuk update secara rutin.
Terima kasih untuk yang sudah mampir kesini, jangan lupa tinggalkan vote dan koment kalian😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top