Keputusan
"Bunda nggak masak ?". Tanya Yesa begitu dia sampai di ruang keluarga. Saat ini Bunda Mera sedang bersantai sambil menonton televisi. Film favorit yang ditayangkan oleh salah satu tv nasional.
"enggak. Nanti kita diajak Ayah makan malam di luar". Jawab Mera dengan mata yang tetap fokus ke televisi.
"ooooo". Jawab Yesa sambil membulatkan mulutnya. Dia ikut duduk di samping Bundanya. Tangannya mencomot satu pisang molen hangat yang ada di atas meja. Mulutnya tampak kuwalahan mengunyak pisang molen itu karena panas.
"susah kan". Kata Mera yang melihat anaknya kesusahan mengunyah pisang molen.
"hehhehe". Jawab Yesa meringis. "baru mateng ya Bun ?". Tanya Yesa sambil meniup pisang itu.
"iya. Bunda sendiri yang bikin". Jawab Mera sambil ikut meniup pisang molen itu.
"aaaa Bun". Kata Yesa menyuapkan secuil pisang molen itu.
Mera tersenyum dan langsung membuka mulutnya. Secuil pisang molen yang semula ada di tangannya kini sudah masuk ke dalam mulutnya. Suasana sore yang terang mereka rasakan semakin nyaman dengan bercengkrama bersama.
***
Udara malam terasa dingin. Langit cerah tampak dihiasi oleh bintang-bintang yang tersebar sesuai luas langit. Rembulan memancarkan sinarnya dengan begitu terang.
Satu keluarga yang terdiri dari 3 orang itu tampak bercengkrama di bawah pohon yang dirindang dihiasi oleh kerlap-kerlip lampu taman. Di hadapan mereka telah tersaji satu per satu pesanan mereka. Lelucon demi lelucon terlontarkan dari bibir mungil sang anak, sedangkan kedua orang tuanya menanggapi dengan kekehan dan senyuman.
Mereka adalah keluarga Rangga Adwijaya. Saat ini mereka sedang menghabiskan malam di salah satu kafe dengan konsep terbuka. Memanfaatkan alam yang terbuka dengan menambahkan sedikit ornamen-ornamen kekinian membuat kafe ini di buru pasangan-pasangan muda atau bahkan keluarga bahagia untuk menghabiskan waktu di sini. Ditambah menu-menu yang mampu membuat mulut tak berhenti untuk mengunyah. Dan juga di jam 20.00 Wib terdapat band lokal yang akan menemani pengunjung menghabiskan malam di sini.
"Kamu harus nikahin aku secepatnya". Kata cewek yang masih terbilang remaja.
"Nggak bisa dong, kuliah aja aku belum lulus". Jawab cowoknya yang usianya sedikit lebih tua darinya.
"Terus gimana dengan kehamilan aku yang semakin hari akan bertambah besar". Kata cewek itu dengan bergetar menahan tangis.
"Kamu tau sendiri aku masih kuliah dan aku belum ada pekerjaan, gimana aku mau hidupin kalian berdua ?".
"Dengerin tuh Yes, Bunda taksir usia mereka nggak jauh beda dengan kamu tapi mereka udah menanggung masalah yang serius". Kata Bunda Mera pada anaknya sambil terus mengaduk minuman di depannya. Namun matanya terus terfokus pada sepasang kekasih yang sedari tadi membicarakan tentang pernikahan.
"Harusnya di usia seperti itu mereka menghabiskan waktunya bareng temen, keluarga, saudara bukan memikirkan kelanjutan janin yang tumbuh dari kesalahan mereka". Tambah Ayah Rangga yang tetap asik makan hidangannya namun sedari tadi telinganya terus mendengar apa yang dibicarakan oleh sepasang kekasih itu.
"Ayah dulu seusia mereka ngapain ?". Tanya Bunda Mera tiba-tiba.
"Emmmm.. Ayah kuliah sambil ikut organisasi-organisasi di dalam maupun di luar kampus terus nongkrong-nongkrong sama temen". Jawab Ayah Rangga sambil mengingat masa mudanya. "Rasanya tuh seru banget, setelah jenuh dengan aktivitas kuliah habis itu langsung ngumpul-ngumpul sama temen, cerita gini cerita gitu". Lanjut Ayah Rangga dengan senyum yang terus terukir dibibirnya kala dia mengingat zaman mudanya dulu.
"Kalau Bunda seusia mereka ngapain ?". Tanya Yesa tiba-tiba. Akhirnya Yesa ikut dalam pembicaraan orang tuanya.
"Kalau Bunda dulu memang nikah muda, tapi Bunda nggak pernah kehilangan moment bersama teman dan sahabat Bunda. Karena apa ? Karena Bunda punya suami yang sudah dewasa dan mampu mengimbangi Bunda. Selain itu dia bisa mengerti keadaan Bunda saat itu". Jawab Bunda Mera dengan senyum yang terlukis dibibirnya.
"Ya itu karna Ayah pria yang pengertian". Kata Rangga menimpali. Mera memanyukan bibirnya sebagai balasan sedangkan Yesa terkekeh.
"Di usia kamu yang sekarang ini masih identik dengan mencari jati diri bukan memikirkan sebuah pernikahan dan kehidupan setelah pernikahan". Kata Bunda Mera sambil memegang satu tangan Yesa.
"Di usia kamu yang sekarang ini lebih tertuju pada berkelana, mencari kesenangan, membuat sebuah kenangan yang nantinya bisa kamu ceritakan pada anak-anakmu, bukan memikirkan bagaimana menjadi orang tua". Kata Ayah Rangga sambil menggenggam tangan Yesa yang tak digenggam oleh Bundanya.
Yesa tersenyum mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Ayah dan Bundanya. Dia dapat mengerti maksud dari ucapan yang orang tuanya katakan. Lagi-lagi dia di beri nasehat dengan cara yang berbeda, yaitu dengan cara memberikan contoh langsung pada objek yang mereka temui.
Yesa sadar apa yang dikatakan oleh orang tuanya benar. Sekecil biji jeruk kesalahan yang dibuat sekarang akan memberikan dampak sebesar bumi ini. Dan dia tak mau membuat keputusan yang akan mengantarkannya pada jurang penyesalan. Dan malam ini dia sudah membuat keputusan dalam masalahnya dengan Adlan. Yaitu, dia memilih untuk tetap putus dengan Adlan dan menuruti permintaan kedua orang tuanya. Karena baginya, orang tuanya tak akan membuat hidupnya menjadi hancur, melainkan membuat hidupnya lebih baik dari yang dia fikirkan.
================================
Bojonegoro, 24 Januari 2020
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top