Kecurigaan

"Yes ayah mau tanya". Kata Rangga kepada anak gadisnya.

Yesa yang mendengar suara ayahnya segera meletakkan handphonenya dan fokus kepada ayahnya

"Kenapa Yah ?". Tanya Yesa penasaran.

Hati Yesa berdegup kencang. Dia takut jika ayahnya bertanya tentang hubungannya dan Adlan. Yesa rasa ayahnya curiga dengan sikap Adlan yang tiba-tiba ramah dengan orang tuanya.

"Kamu masih ada hubungan sama Adlan ?". Tanya Rangga dingin.

Yesa diam. Ketakutannya tadi jadi kenyataan. Ayahnya bertanya tentang Adlan. "Aku udah putus kok Yah seperti yang ayah mau". Jawab Yesa pelan.

"Beneran ?". Tanya Rangga meyakinkan.

"Iya beneran Yah". Jawab Yesa sungguh-sungguh. "Lagian kenapa Ayah tanya gitu ?". Tanya Yesa penasaran.

"Nggak papa, aneh aja dengan tingkah Adlan". Jawab Rangga pelan.

"Aneh gimana ?". Tanya Yesa pura-pura tidak mengerti.

"Dulu kan dia nggak sok-sok baik sama ayah dan bunda". Jawab Rangga mengutarakan keheranannya.

"Iya, kayak itu anak ada sesuatu deh". Sahut Mera dari belakang.

"Sesuatu apaan sih bun ?". Tanya Yesa pura-pura tidak tahu.

"Kayaknya memang dia pengen menarik perhatian kita deh mas". Kata Mera pada suaminya.

Rangga menganggukkan kepalanya. Dia setuju dengan argumen suaminya, dia juga memikirkan hal yang sama.

"Ayah, bunda kenapa kalian nggak suka sama Adlan ?". Tanya Yesa pelan.

"Kamu masih kecil, belum waktunya untuk pacaran". Jawab Mera tegas.

"Mestinya kamu mikir tentang masa depan kamu. Kalau soal jodoh sudah di atur sama Allah, kalau sudah waktunya untuk bertemu pasti juga akan bertemu". Jawab Rangga menasehati anak gadisnya.

***

Rangga dan Adlan tampak duduk di sebuah kafe. Ada dua gelas kopi di hadapan mereka. Setelah menonton pertandingan bola, Rangga mengajak Adlan nongkrong sebentar sekedar memimum kopi.

Adlan sudah bisa menguasahi dirinya sendiri saat berdekatan dengan Rangga, ayahnya Yesa. Beberapa jam bersama Rangga membuatnya bisa bersikap biasa saja. Sesekali mereka mengobrol dan bercanda. Rangga yang dingin bisa bersikap hangat dikala Adlan sudah tidak ada bahasan pembicaraan. Jika orang melihat mereka sudah seperti seorang ayah dan anak.

"Saya tahu maksud maksud melakukan semua ini". Kata Rangga to the point.

Adlan memicingkan matanya heran. Dia tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh ayah dari perempuan yang dia sukai ini.

"Maksud om apa ?". Tanya Adlan tidak mengerti.

"Kamu melakukan ini karena kamu ingin menarik simpati saya dan istri saya kan". Kata Rangga langsung ke intinya. Dia tipe orang yang tidak suka berbelit-belit.

Adlan terdiam. Ternyata Rangga tahu apa yang sedang dia rencanakan. Dan dia takut jika rencana yang selama ini dia susun akan berantakan.

"Saya melarang Yesa punya hubungan dengan kamu bukan saya nggak suka sama kamu. Hanya saja kalian masih terlalu kecil untuk memikirkan tentang hal itu". Kata Rangga lagi.

"Tapi saya benar-benar menyukai anak om". Jawab Adlan jujur. Entah dia mendapatkan keberanian dari mana sehingga berani ngomong seperti itu.

"Saya akan menyetujui hubungan kalian berdua jika kalian sudah dewasa dan kalian sudah mantap untuk menikah". Kata Rangga tegas.

Adlan menunduk, dia bingung akan menjawab apa. "Saya janji saya tidak akan mendekati anak om sebelum saya sukses. Saya akan berjuang supaya saya pantas menjadi menantu om". Jawab Adlan tidak kalah tegas dari Rangga.

Rangga tersenyum lebar. Dia menepuk pundak Adlan dua kali. "Saya tunggu janji kamu. Lelaki sejati tidak akan pernah ingkar janji". Jawab Rangga kemudian pergi meninggalkan Adlan yang masih termenung.

Sejak saat itu, Adlan belajar mati-matian agar bisa lolos masuk universitas impiannya dan masuk sesuai jurusan yang dia minati. Masalah hati dia kesampingkan dulu karena dia ingin fokus mencapai masa depan yang cerah dan sukses nantinya. Dia akan membuktikan janjinya kepada Rangga, bahwa dia mampu dan layak menjadi suami Yesa.

"Yes aku akan berjuang untuk masa depan. Aku tetap memperjuangkanmu namun dengan cara lain. Aku mohon kamu ngerti ya, jangan takut jika aku pindah ke lain hati. Aku akan kembali untuk memintamu menjadi istriku nanti". Kata Adlan saat mereka bertemu di taman sekolah. Sejak saat itu Adlan tidak terlalu menghubungi Yesa, dia benar-benar fokus dengan apa yang ingin dia capai saat ini.

Begitu pun juga dengan Yesa. Dia memasrahkan segala kepada sang kuasa. Jika Adlan memang jodohnya, dia akan di persatukan dengan Adlan tak peduli lamanya mereka berpisah dan panjangnya jarak yang memisahkan mereka. Namun memang Adlan bukan jodohnya, dia percaya jika Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik untuknya.

Yesa juga lebih fokus dengan masa depannya. Dia kuliah di Yogyakarta dan setiap liburan semester dia pulang ke Jakarta. Kadangkala orang tuanya yang mengunjunginya jika mereka sedang tidak sibuk. Dia sesekali masih mendapatkan kabar dari Adlan namun sejak acara perpisahan sekolah dia sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Adlan karena Adlan kuliah di Luar Negeri.

================================

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top