Iseng
Budayakan vote sebelum membaca
"Bunda sengaja kan ngajakin aku pulang bareng biar aku nggak bisa jalan berdua sama Adlan". Omel Yesa sesampainya mereka di rumah.
"Kita kan berangkat nya bareng, jadi pulang nya juga harus bareng dong ". Kilah Mera sambil menuangkan air minum dalam gelas dengan santai. "nanti apa kata orang kalo Bunda sama Ayah pulang duluan ninggalin anak, nanti dikira orang kita menelantarkan kamu lagi". Sahutnya ngelantur.
"ngelak aja deh Bunda". Ketus Yesa sambil meneguk air minum yang baru diambil dari kulkas.
"Ayah tuh pengan banget sehari gak denger kalian ribut". Sahut Rangga mendaratkan bokongnya disamping Mera sambil menyesap kopi yang sudah Mera sediakan.
"Bunda dulu Yah yang mulai". Rengek Yesa pada Rangga.
"kamu juga udah gede susah banget diatur". Sahut Mera tak mau kalah.
"Bunda tu bukan ngatur aku tapi ngekang aku". Jawab Yesa ketus.
"kamu tuh anak perempuan, jadi Bunda harus lebih prima buat ngejagain kamu". Bantah Mera tak mau kalah.
Sudah menjadi hal biasa dirumah ini dengan suasana pertengkaran seperti ini. Bagi pasangan anak dan Bunda tersebut, tiada hari tanpa ribut. Ada saja yang diributkan. Tak ada kata bosan untuk ribut.
***
Prangggggg........
Terdengar suara gaduh dari arah dapur. Mera yang semula menemani suaminya nonton bola langsung menuju dapur untuk melihat keadaan dapur.
"aduh non. Non mau ngapain?". Tanya bi Sumi khawatir.
Mera yang baru sampai didapur, melihat keadaan dapur yang kacau hanya sanggup menghela napas panjang.
Tepung, telur bertebaran dimeja dapur membuat meja itu menjadi lengket. Bau amis juga tak ketinggalan. Mixer yang belepotan adonan, beserta bentuk adonan yang bisa dikatakan mengerikan menjadi pemandangan yang nampak didapur saat ini.
"bi tolong bersihkan itu semua. Saya nggak mau ada yang tertinggal sedikit pun". Kata Mera dingin namun tegas.
"baik nyonya". Jawab bi Sumi.
Yesa hanya melongo mendengar perintah sang Bunda pada ART mereka.
"bi adonan nya jangan di sentuh". Kata Yesa melarang bi Sumi yang mau membereskan adonan mengerikan itu.
"buang saja bi". Kata Mera datar.
"Bunda.. ". Panggil Yesa tegas.
"hmm". Jawab Mera cuek tanpa mengalihkan pandangannya.
"adonan nya jangan dibuang. Aku mau tuang pada cetakan tapi cetakan nya malah jatuh". Jelas Yesa.
Mera hanya memicingkan mata nya mendengar penjelasan sang anak.
"kamu masih mau lanjutin kegiatan kamu ini ?". Tanya Mera meyakinkan.
Yesa mengangguk dengan mantap. Sedangkan Mera tak menyangka dengan jawaban sang anak.
"buang saja bi adonan nya". Kata Mera akhirnya.
Yesa yang kelabakan langsung mencari cara untuk menghentikan sang ART yang akan menuangkan adonan itu pada sampah. "kalau sampai bibi buang itu aku aduin ke Ayah supaya potong gaji bibi". Kata Yesa cepat.
Bi Sumi yang mendengar itu langsung menghentikan kegiatannya. Dia merasa takut dengan ancaman sang anak kesayangan Tuannya itu. Dia tidak mau jika gajinya dipotong.
"kalau gaji bibi dipotong sama Mas Rangga, saya yang akan nutupin kekurangan gaji bibi yang dipotong sama Mas Rangga". Kata Mera tegas.
Bi Sumi yang mendengar itu merasa sedikit lega. Pasalnya sang Nyonya rumah tak pernah mengingkari ucapannya. Dia akan bertanggung jawab dengan ucapan yang telah disampaikan nya itu.
Yesa kembali dibuat kelabakan lagi. "aku bakal minta Ayah buat mecat bibi kalau sampai adonan itu pindah ke sampah". Kata Yesa cepat.
Bi Sumi mendengar itu langsung mundur beberapa langkah menjauhi sampah. "jangan non, kalau bibi dipecat dari rumah ini, bagaimana bibi akan menghidupi kedua anak bibi". Kata Bi Sumi memelas. Pasalnya dia hanyalah seorang janda beranak dua yang masih sekolah dibangku smp dan sma.
Yesa yang mendengar itu tersenyum bangga, dia merasa sudah menang dari sang Bunda. "ya sudah jangan buang adonan itu". Kata Yesa. "siniin adonan nya". Lanjutnya.
Sebelum adonan itu berpindah tangan pada Yesa, Mera sudah lebih dulu mengambil adonan tersebut.
"kalo bibi dipecat sama Mas Rangga saya akan rekomendasikan bibi pada teman-teman saya. Ada 3 teman saya yang lagi mebutuhkan ART". Kata Mera enteng. "buang ini sekarang". Lanjut Mera sambil menyerahkan adonan itu pada Bi Sumi.
"baik Nyonya". Jawab Bi Sumi dengan sedikit rasa khawatir.
Tak ada waktu 2 menit, adonan itu sudah berpindah ke tempat sampah.
"Bundaaaa....". Teriak Yesa histeris.
Rangga yang mendengar teriakan sang anak langsung menuju dapur dengan khawatir. "kenapa sayang". Tanya sang Ayah dengan khawatir sesampainya didapur.
Yesa masih menatap Mera dengan napas yang tak beraturan dan hidung yang kembang kempis. Sedangkan Mera yang ditatap seperti itu hanya nyantai saja sambil memakan buah jeruk yang diambil dari atas meja makan.
Rangga yang melihat sekeliling nya berantakan hanya menghela napas berat. Dia tau inti masalah nya sekarang. Pasti keributan yang dilakukan anak dan istrinya lagi.
Rangga kemudian duduk disalah satu kursi meja makan sambil mencomot apel dan menggigitnya. Bi Sumi masih setia meneruskan pekerjaannya untuk merapikan dapur.
20 menit kemudian, dapur sudah kembali bersih. "sudah bersih nyonya, Bibi permisi ke belakang mau membersihkan kolam". Pamit Bi Sumi pada Mera dengan sopan.
Mera yang dipamiti hanya mengangguk sambil tersenyum. Setelah melihat Bi Sumi yang sudah tak nampak dari dapur. Dia menghampiri Yesa yang masih cemberut ditempatnya tadi.
"kamu tuh mau bikin kue buat apa sih?". Tanya Mera lembut.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Yesa. Mera sudah menduga hal ini. Karna dia sudah hafal betul bagaimana sang anak jika sedang ngambek.
"kalo adonan itu kamu teruskan, Bunda yakin jangan kan manusia yang makan, kucing tetangga kamu kasih pun nggak bakal doyan". Lanjut Mera.
Yesa melihat sang Bunda dengan tatapan tajam. "secara tidak langsung Bunda bilang kalau kue buatan aku nggak layak". Jawab Yesa ketus.
"memang tidak layak. Coba kamu lihat, kue bentukannya kayak gitu mau kamu kasihkan ke orang".
Yesa hanya mendengus kesal mendengar ucapan sang Bunda.
"kamu kalo mau bikin kue bilang sama Bunda, Bunda bakalan bantu kamu". Kata Mera.
Yesa memicingkan matanya tak percaya dengan ucapan sang Bunda. Mera sadar dengan ekspresi sang anak.
"ya kalau kamu nggak mau ya sudah, Bunda nggak usah repot-repot ngajarin kamu". Kata Mera sambil melangkahkan kakinya ingin meninggalkan dapur.
"eh eh Bunda jangan pergi dong". Kata Yesa cepat sambil memegang lengan Mera supaya tak jauh melangkah pergi. "iya deh Yesa mau". Lanjutnya.
Mera tersenyum mendengar ucapan sang anak. Kemudian mereka menuju meja dapur untuk menyiapkan semua bahan-bahan nya.
Begitu juga dengan Rangga, rasa kebahagiaan itu muncul ketika melihat anak dan istrinya rukun seperti sekarang ini.
"memang nya siapa yang ulang tahun ?". Tanya mera lembut.
"Adlan. Makanya aku nggak mau beli, aku mau bikin yang spesial buat dia". Jawab Yesa semangat.
Mera hanya diam mendengar cerita anaknya. Ada rasa tak suka dalam hatinya, dia memang tak pernah setuju jika anaknya memiliki hubungan dengan Adlan. Dia merasa Adlan adalah laki-laki yang kurang baik. Makanya dia selalu menggagalkan rencana mereka jika mereka ingin pergi berdua.
Entah setan dari mana yang membisikkan ide gila itu. Mera ingin sekali mengerjai anak kesayangan nya itu.
"oke karna Bunda hari ini lagi good mood banget jadi Bunda bakal bantuin kamu buat kue yang spesial untuk orang tersayang". Kata Mera dengan antusias.
Yesa memicingkan mata tak percaya setelah mendengar apa yang dikatakan sang Bunda. Namun dia segera menepis pikiran itu dan mencoba berfikir positif. Mungkin saja sang Bunda sudah bisa menerima Adlan sebagai pacarnya.
Yesa tersenyum manis ke arah sang Bunda. "makasih ya Bun". Ucapnya. "tambah sayang deh sama Bunda". Katanya lagi sambil memeluk Mera dari samping.
Mera yang diperlakukan seperti itu membalas dengan senyum sok manis.
Dengan tenang mereka membuat kue bersama. Mereka mencampurkan seluruh bahan kue dan di mixer sampai mengembang sampai menjadi adonan yang siap dituang pada cetakan dan di masukkan kedalam oven.
45 menit berlalu. Kini mereka menghias kue yang sudah jadi. Kue yang diberi cream warna biru itu terlihat sangat menggoda. Hanya Mera saja yang tidak tertarik dengan kue tersebut. Karna tadi dia telah mencampurkan garam ke dalam adonan tanpa sepengetahuan sang anak.
-------------------------------------------------------------
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top