Gagal Kencan (2)

Mereka menempuh perjalanan hanya 20 menit saja. Di karenakan tempat yang tak begitu jauh, ditambah suasana jalanan yang tak seramai biasanya, membuat mereka cepat sampai tujuan.

Mereka masuk kedalam kafe yang lumayan ramai. Adlan berjalan lebih dulu dan menghampiri salah satu karyawan disana. Terlihat Adlan sedikit berbincang dengan karyawan itu, tak lama setelah itu Adlan kembali menghampiri Mera dan Yesa. Kemudian mengajak mereka berdua untuk mengikutinya.

Ternyata jauh-jauh hari Adlan sudah mempersiapkan acara kencannya ini. Namun harus gagal dalam waktu yang singkat. Dikarenakan Mera yang tiba-tiba ikut dalam rencana kencannya.

Mera dan Yesa sudah duduk dikursi yang telah disediakan, sedangkan Adlan masih menunggu karyawan tadi membawakan kursi untuknya. Dia memang sengaja memesan tempat yang hanya ada 2 kursi saja, biar lebih romantis menurutnya. Namun lagi-lagi dia gagal merasakan suasana romantis itu.

Suasana begitu canggung. Tak ada yang mengeluarkan suara dari meja nomor 11 ini. Mera masih kesal dengan Bundanya, jadi memilih untuk diam saja. Sedangkan Adlan begitu sungkan karna ada Bunda dari Kekasihnya itu. Semestinya tak apa jika dia mengajak menyapa Mera lebih dulu, itung-itung pendekatan dengan calon mertua. Tapi melihat bagaimana sikap Mera padanya, membuat dia kembali menutup mulutnya begitu ia membuka mulut.

Sekitar 10 menit suasana meja yang dikelilingi oleh 3 orang itu menghasilkan suasana yang dingin, sunyi seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Tapi nyatanya disitu ada mahkluk yang masih bernafas. Sampai akhirnya seorang pelayan kafe datang membawa pesanan Adlan. Pelayan tadi menyusun makanan itu dimeja dan langsung kembali ke belakang begitu ia menyelesaikan tugasnya.

"ehemm..". Adlan takut-takut memulai pembicaraan. Walaupun diawali dengan dehaman. Saat ia ingin mengeluarkan suara lagi, ada sepasang mata yang nelirik tajam ke arahnya, membuat Adlan mengurungkan niatnya.

Adlan fikir, Mera akan mengeluarkan suara jika dilihat dari gelagatnya, namun Adlan menunggu beberapa menit, Mera seperti tenang-tenang saja tak ada rencana untuk mengeluarkan suara. Membuat Adlan memberanikan diri untuk berbicara. "emm Tante, Yesa silahkan dimakan". Jawabnya takut-takut. "maaf jika menunya tidak cocok dengan kalian, soalnya saya tidak tau favorit kalian". Lanjut Adlan.

"aku suka kok sama menu yang kamu pilih". Jawab Yesa sambil tersenyum. Melihat senyum tulus Yesa, membuat Adlan bisa sedikit bernafas lagi. Tapi tak ada jawaban dari Mera, dia merasa was-was.

"kalo tante sih sebenarnya nggak suka makan-makanan yang seperti ini, tante lebih suka makanan yang banyak sayurannya". Kata Mera sambil membolak-balikkan spagetti didepannya itu.

"emm tante mau saya pesanin menu lainny ?". Tanya Adlan mencoba dengan ekspresi yang menyenangkan, padahal didalam hati dia sudah mengumpat perempuan yang berada di samping kirinya itu.

"tak perlu, tante akan memakan ini". Jawab Mera sambil memulai menyuapkan spagetti itu ke dalam mulutnya.

Yesa memilih untuk diam sambil menikmati makanannya, dia mencari cara bagaimana supaya dia dan Adlan bisa terlepas dari Bundanya. Saat sedang asik berfikir, terdengar handphone Mera berbunyi. Mera melihat siapa yang menelponnya, setelah membaca nama yang tertera dilayar handphone nya membuat Mera tersenyum dan langsung menekan tombol hijau dilayar handphone nya itu.

"waalaikum salam mas". Kata Mera menjawab salam dari orang diseberang telephon.

"iya aku lagi diluar sama Yesa, maaf ya tadi belum sempat hubungi kamu". "owh ini dikafe Ja...". Kata Mera sambil berlalu dari duduknya dan pergi agak menjauh dari Adlan dan Yesa.

Yesa yang berfikir ini kesempatan bagus untuk kabur, akhirnya menarik tangan Adlan untuk segera bangkit dari kursinya. Adlan yang ditarik seperti itu hanya menurut saja walau sebenarnya dia sangat penasaran dengan apa yanh dilakukan oleh Yesa  ini. "kita mau kemana ?'. Tanya Adlan setelah mereka sampai di pinggir jalan.

"kita kabur dari Bunda". Jawab Yesa sambil celingukan melihat taksi yang lewat.

"tapi aku belum bayar tagihannya". Kata Adlan panik. Dia tak mau dianggap laki-laki yang gak modal karna pergi sebelum bayar tagihan kafe.

"udah tenang aja, nanti pasti Bunda bayar kok". Jawab Yesa menenangkan. "ayog masuk". Kata Yesa kembali menarik tangan Adlan untuk masuk ke taksi yang sudah di berhentikan oleh nya tadi. Adlan tak punya pilihan lain selain mengikuti kekasihnya itu.

***

Mera kembali ke meja nomor 11 tadi setelah dia menyelesaikan acara telvonnya dengan suami tercintanya itu. Namun saat dia sampai dimeja, tak ada lagi sepasang remaja yang sedang dimabuk cinta itu. Mera celingukan ke kanan-kiri mencari keberadaan remaja tadi, tapi matanya tak berhasil menangkap sosok yang dicarinya. Saat sedang bingung mencari, tangan yang sedang menggenggam handphone kembali bergetar. Saat dilihat ternyata ada pesan masuk dari Yesa.

My Daughter
Bun Adlan belum sempet bayar tagihannya, soalnya tadi keburu Yesa tarik. Tolong Bunda yang bayar ya. Dan jangan khawatirkan Yesa, Yesa tidak akan pulang malam.

Mera langsung berlalu menuju kasir setelah membaca isi pesan dari Yesa.

Me
Kamu dimana ?

Setelah Mera mengirim balasan untuk anaknya itu, Mera langsung menjalankan mobilnya dengan tujuan yang tak ia ketahui. Setelah lebih daru 20 menit berputar-putar tanpa tujuan dan tak ada balasan dari sang anak membuat Mera berhenti dipinggir jalan sambil membuka handphonenya. Tak lama dengan aktivitasnya itu, Mera tersenyum sambil memperhatikan handphone nya. "Bunda akan menemukanmu". Kata Mera kembali menyimpan handphone nya dan kembali menjalankan mobilnya untuk menjemput anak gadisnya.

10 menit kemudian Mera sudah memarkirkan mobilnya disebiah taman kota yang tak telalu ramai. Hanya ada beberapa anak kecil bermain dengan diperhatikan oleh orang tua nya. Mera melewati jalan setapak di taman itu sambil terus melihat ke arah handphone nya. Tak lama berjalan, Mera melihat sepasang anak berbeda jenis kelamin itu tampak bergandeng tangan sambil bercanda. Mera geram dengan pemandangan itu.

Dia segera menghampiri kedua anak itu dari belakang bangku yang diduduki. Mungkin saat ini takdir sedang memihak Mera, karna mereka memilih untuk duduk dibangku yang tak ada sandarannya. Itu memudahkan Mera untuk duduk ditengah-tengah mereka tanpa sepengetahuan mereka. Mera duduk ditengah-tengah Yesa dan Adlan namun dengan posisi hadap yang berbeda. Yesa dan Adlan duduk menghadap timur, sedangkan Mera duduk ditengah-tengah mereka menghadap barat.

Sontak kelakuan Mera membuat tautan tangan kedua remaja itu terlepas, dan membuat keduanya kaget sambil berteriak.

"aaaa..". Teriak Yesa kaget saat tiba-tiba ada yang duduk ditengah-tengah nya dan Adlan.

"aaahhh dasar gila". Teriak Adlan tak kalah heboh dari Yesa. Dia sedikit mengumpat kepada orang yang tiba-tiba duduk ditengah-tengahnya dan kekasihnya itu.

"kalau saya gila, berarti kamu pacaran dengan anak orang gila dong". Jawab Mera tersenyum mengejek sambil melihat Adlan ke arah Adlan. Adlan yang mendengar suara itu syok dan memilih langsung berdiri.

"Tante".

"Bunda".

Teriak Yesa dan Adlan barengan. Mera ikut berdiri dan berjalan mengitari bangku itu untuk bisa berdiri didekat anaknya tanpa terhalang bangku. "biasa aja dong kalau manggil nggak usah sambil melotot gitu". Kata Mera setelah sampai didekat anaknya.

"Bunda ngapain kesini ?". Tanya Yesa dengan nada yang jelas sekali kalau dia sedang kesal dengan Bundanya.

"mau jemput kamu. Kan kamu sendiri yang ngirim pesan untuk Bunda". Jawab Mera sambil tersenyum manis. Tapi bagi Adlan dan Yesa senyum itu adalah senyum mengejek untuk mereka berdua karna dia berhasil menemuakan mereka dalam masa kaburnya ini.

"Yesa kan bilang sama Bunda kalau Bunda nggak perlu khawatirin Yesa bukan nyuruh Bunda jemput Yesa". Kata Yesa yang semakin kesal.

"Bunda kan orangtua yang peka. Biasanya cewek itu kalau bilang "jangan khawatirin aku, itu tandanya dia ingin selalu dijaga". Jawab Mera yang membuat Yesa semakin kesal dengan Bundanya. "makanya Bunda kesini buat jemput kamu dan selalu menjaga kamu dimanapun kamu berada". Lanjutnya.

Adlan hanya bisa bengong tak tahu harus menjawab apa. Baginya ini adalah kencan terburuknya selama dia 5 kali pacaran. Tapi dia berusaha untuk menikmati ini semua, dan menjadikan ini sebagai tantangan yang harus bisa dia taklukkan. "tante tenang aja, pasti saya akan menjaga Yesa kok". Kata Adlan mencoba ikut berbicara.

"terimakasih ya. Saya menerima niat baik kamu untuk menjaga anak saya, tapi saya belum bisa percaya pada laki-laki manapun selain Ayahnya untuk menjaga Yesa". Jawab Mera halus. Sehalus kulit bayi yang baru melihat dunia. Namun dibalik kehalusan tutur katanya itu ada sebuah peringatan keras untuk jauh-jauh dari putri tercintanya.

"ayo Yesa kita pulang". Kata Mera sambil menggandeng tangan Yesa meninggalkan Adlan.

"tap.. Tapi Bunda Adlan itu...". Yesa tak bisa melanjutkan ucapannya karna Mera sudah menariknya semakin jauh dari Adlan.

Adlan tak bisa melakukan apa-apa lagi, dia hanya bisa melihat Yesa yang semakin jauh pergi meninggalkannnya.

-------------------------------------------------------------

Bjn, 9 Agustus 2019


Jangan lupa tinggalkan koment dan vote kalian🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top