Firasat Janggal

~Mera Pov~

Hari ini hari yang lumayan melelahkan. Berawal dari pagi tadi, setelah aku mengantar Yesa kesekolah, aku langsung pergi kerumah mertua untuk membantu mertua menyiapkan jamuan untuk acara nanti yaitu acara reuni bersama teman-teman Smp nya.

Setelah ikut menyambut teman-teman mama mertua sebentar, aku segera berpamitan karena harus menjemput Yesa sekolah. Ya, aku memang selalu mengantar dan menjemput anakku ke sekolah. Bukan hanya ke sekolah saja, bahkan kemana pun dia pergi aku akan selalu menemaninya. Tak perduli selelah apapun badanku yang terpenting aku bisa terus disamping putri tercinta ku.

Tak jarang dia selalu bersikap jengkel ataupun kesal terhadapku karena tingkah ku yang selalu mengikuti nya. Tapi itu semua aku tanggapi dengan sikap acuh dan seakan-akan tak peduli dengan tindakan jengkelnya itu.

Mungkin sebagian orang akan menilai diriku sebagai orang tua yang kolot, kuno, nggak modern dan sebagainya. Tapi aku melakukan ini semua karna aku tidak ingin anakku terpengaruh dengan pergaulan masa kini, pergaulan yang semakin lama semakin menyimpang.

Mungkin sebagian orang menilaiku terlalu berlebihan. Tapi menurutku hanya ini satu-satunya cara untuk selalu memantau setiap pergerakan putriku. Aku tidak begitu percaya dengan orang lain untuk menjaga putriku. Maka dari itu aku rela menjadi supir pribadinya untuk mengantarnya kemana pun dia pergi. Aku rela mengesampingkan urusanku diatas urusannya. Aku rela melakukan apapun agar putriku tak lepas kendali. Bagiku, dia seperti barang peninggalan yang harus selalu ku jaga dengan hati-hati agar tak rusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Ya, dia memang peninggalan yang berharga. Dia adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh kakakku untuk selamanya. Maka dari itu aku berusaha untuk selalu menjaganya.

Seperti kejadian tadi. Aku tak pernah melihat putriku bersemangat memilih pakaian. Aku sedikit heran dengan tingkah nya tadi. Aku tak berniat untuk turut nimbrung ke keguatannya tadi. Aku hanya memperhatikan nya dari balik pintu yang terbuka sedikit.

Setelah menentukan pakaian yang dia rasa cocok, dia terlihat berdandan. Memberi sentuhan make up ke wajahnya. Tidak menor tapi sederhana dan make up sederhana itulah yang membuatnya semakin cantik dan aku semakin tak rela jika dia harus dimiliki oleh orang lain secepat ini.

Aku yang semakin penasaran, memutuskan untuk masuk ke kamarnya sambil menyapa. Dia membalas sapaan ku dengan senyum manisnya. Aku mendekati nya yang sedang duduk dikasur. Aku tanya mau kemana dia, dia menjawab akan pergi. Kutanya lagi sama siapa, namun belum sempat dia jawab, bel depan berbunyi tanda seorang tamu datang. Aku segera bangkit dari dudukku dan meninggalkan nya untuk membuka pintu depan.

Ternyata tamunya adalah kekasih anakku yang kurang ku sukai. Dia menyalamiku dengan memberikan senyuman. Senyum yang menurutku biasa saja, karna masih manis senyum suamiku daripada dia.

Tiba-tiba Yesa muncul dari belakangku sambil menyapa siAlan. Kemudian dia pamit padaku jika mereka akan jalan. Tentu saja aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku meminta mereka untuk menungguku sebentar dan aku langsung bersiap-siap untuk ikut mereka jalan. Tampak jelas penolakan dari Yesa tapi tak ku pedulikan. Aku segera pergi ke mobil dan diikuti oleh mereka berdua.

Aku menghentikan mobil disebuah kafe yang ditunjuk oleh siAlan. Aku selalu mengikuti kemana mereka pergi, bahkan aku juga berada disatu meja yang sama dengan mereka. Sampai akhirnya aku dibuat sedikit kesal dengan kelakuan Yesa yang kabur dariku saat aku menerima telepon dari Mas Rangga.

Tapi untungnya aku berhasil menemukannya. Dan langsung ku ajak pulang, karna aku sudah tak tahan berlama-lama melihat siAlan ini. Selama perjalan pulang dia tak bersuara. Dia melihat keluar jendela tanpa pedulikan aku. Aku hanya bisa menghela nafas menghadapi anak semata wayangku yang sedang dimabuk cinta ini. Memang aku salah dengan sikapku, tapi aku juga punya alasan untuk melakukan semua ini.

Setelah sampai dirumah pun dia juga tak bicara padaku. Begitu pun dengan ku, aku juga tak begitu banyak mengajak dia bicara. Aku memberikan dia kesempatan untuk menenangkan diri dulu. Tak lupa aku menceritakan semuanya pada suamiku. Dan suamiku selalu berkomentar "jangan terlal keras terhadap Yesa". Kata itu yang selalu keluar dari mulutnya setiap kali aku curhat dengan Yesa.

Sampai keesokan harinya, aku mulai mengajak nya bicara sedikit demi sedikit. Walau dia masih agak ketus untuk menjawabnya tapi aku sudah bersyukur karna dia sudah mau menjawabku, tidak seperti semalam.

"Yes nanti temani Bunda ke mall ya, Bunda mau beli sesuatu". Kataku mencoba mengajaknya berkomunikasi.

"kapan ?". Jawabnya singkat sambil memasukkan keripik tempe ke mulutnya.

"nanti agak siangan".

"hmm". Jawabnya singkat sambil sedikit menganggukkan kepalanya. Aku hanya tersenyum melihat responnya.

Pukul 11 siang aku dan Yesa sampai di salah satu mall yang ada di ibu kota ini. Suasana mall terlihat sangat ramai daripada biasanya. Ya mungkin karna ini weekend dan bisa dibilang masih tanggal muda jadi banyak yang ingin memborong barang-barang yang sudah diincarnya.

Aku menarik Yesa ke salah satu store pakaian. Aku memilih pakaian yang trendi untuk anak perempuan ku ini. Setelah menemukan pakaian yang cocok untuk nya. Aku kembali melihat-lihat pakaian yangmemiliki model sederhana namun cantik. Akhirnya aku memilih kaos dengan lengan 3/4 dengan dengan motif 3 kucing di bagian depan kaos itu. Aku menunjukkan kepada Yesa, dan ku lihat Yesa juga menyukai kaos itu. Kemudian sebuah ide muncul dikepala ku untuk membeli kaos itu samaan dengan Yesa.

"Yes gimana kalau kita couple an beli kaos ini. Ya kalo kamu nggak suka kita sama persis, kamu bisa pilih warna yang beda dengan warna yang Bunda pilih". Kataku mengutaran ide ku. Ku lihat Yesa sedang berfikir mencerna ide ku. Dan tak ku sangka ternyata dia menyetujui ide ku. Akhirnya dia memilih warna baby pink dan aku nemilih warna putih. Setelah itu kami menuju kasir untuk membayar semua belanjaan.

Keluar dari store pakaian, aku menariknya ke store sepatu. Aku memilih sepatu untuk nya dan untukku sendiri. Saat ku lihat sepatu sport, aku ingin memakai sepatu itu kembaran dengan anak dan suami ku. Akhirnya aku memanggil Yesa untuk menilai pendapatku. Dan dia juga menyetujui nya, namun yang memilih model sepatu dan warna harus dia. Aku mengangguk menyetujui.

Dia memilih sepatu sport berwarna navy dengan motif garis satu berwarna putih di samping kanan dan kiri nya. Aku langsung menyetujui nya karna bagiku sepatu itu juga bagus. Akhirnya kami membeli sepatu itu sesuai dengan ukuran ku, Yesa, dan Mas Rangga. Setelah membayar kami keluar dari store itu.

"katanya Bunda mau beli sesuatu ?". Tanya Yesa sambil jalan beriringan. Aku langsung teringat sesuatu. Aku kan mau beli kado untuk Mas Rangga.

"oh iya Bunda lupa". Jawanku sambil menepuk jidatku. ''Bunda mau cari kado buat Ayah". Lanjutku.

"ulang tahun ayah kan masih lama". Jawab Yesa dengan ekspresi bingung.

"emang. Tapi besok itu termasuk hari spesial buat Ayah dan Bunda". Kataku nenjelaskan. "enaknya Bubda beli apa ya ?". Tanya kusambil berfikir. Yesa menghentikan langkahnya dan ikut berfikir seperti ku.

"gimana kalau beli dasi aja Bun". Kata Yesa tiba-tiba memberi solusi. Aku nampak menimbang-nimbang solusi dari Yesa. Tak buruk juga sih, dan aku menyetujui ide Yesa.

"boleh juga. Tapi kamu bantu Bunda pilih ya". Kataku. Yesa mengangguk bersemangat. Aku segera menarik Yesa ke toko yang menjual dasi. Kita memilih dasi dan tak lama kemudian kita menemukan dasi yang nenurut kita cocok untuk Mas Rangga.

"Bun laper". Kata Yesa setelah keluar dari toko dasi sambil memegang perutnya. Aku terkekeh melihat tingkahnya.

"yasudah ayo kita makan dulu". Kataku mengajak nya ke salah satu restoran yang ada di mall tersebut.

Kami berjalan beriringan menaiki eskalator untuk menuju ke salah satu restoran yang ada di mall ini. Ku lirik jam yang melingkar ditanganku. Jam tersebut menunjukkan angka 12.40, pantas saja Yesa mengeluh lapar. Tak butuh waktu lama untuk kami sampai di restoran. Kami segera memasuki restoran dan memilih tempat yang dekat dengan jendela. Tempat ini adalah tempat favorit Yesa. Sama seperti Mas Rangga, pasti mereka memilih tempat dekat jendela dimanapun mereka makan.

Aku memilih makanan di daftar menu yang ditawarkan oleh pelayan. Setelah itu aku memberikan menu itu ke Yesa tapi Yesa seperti tak fokus padaku. Dia seperti melihat orang di belakangku tapi dengan ekspresi ragu.

"sayang kamu mau makan apa ?". Tanya ku pelan sambil mengelus tangan nya. Dia nampak gelagapan dan langsung mengarahkan pandangan nya padaku.

"sama kayak Bunda aja deh". Jawabnya.

"jus alpukat 2 sama nasi goreng spesial 2". Kataku pada pelayan tadi sambil menyodorkan buku menu. Setelah mencatat semua pesanan ku dia mengambil menu yang ku sodorkan dan berlaku meningkan ku dan Yesa.

Yesa masih saja memperhatikan seseorang yang berada di belakang ku. Aku yang penasaran akhirnya ikut menolehkan kepala ku ke belakang. Ku lihat disana siAlan sedang bercanda dengan seorang gadis yang seumuran dengan Yesa. "kamu kenal sama cewek itu ?". Tanya ku pelan pada Yesa.

Yesa tampak kaget mendengar pertanyaan ku dan secepat mungkin menguasai dirinya. "ha ?? Engg.. Enggak ko Bun". Jawabnya.

Aku terdiam mendengar jawaban. Bukan aku ingin menuduh, namun aku ada sesuatu yang tak beres dengan siAlan itu. Namun tak sampai hati aku mengutarakan ini pada Yesa. "emm coba kamu samperin mereka". Kataku memberi usulan pada Yesa.

Yesa tampak berfikir sejenak dan akhirnya menyetujui usulan ku. "iya Bun, tapi Bunda temenin aku ya". Katanya. Aku mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia berdiri dan segera ku ikuti. Kami melangkah kan kaki menghampiri siAlan yang berada di meja yang tak jauh dari meja kami tadi. Namun 2 langkah lagi kami sampai disana, cewek itu berdiri dan melangkah kan kaki ke samping kiri, ke arah toilet. Sesampainya kami di meja siAlan, Yesa segera menyapa siAlan itu.

"Lan, kamu sama siapa tadi ?". Tanya Yesa langsung tanpa basa basi.

Adlan nampak kaget dengan kehadiran ku dan Yesa namun dia pintar sekali menyembunyikan ekspresi kagetnya. Dia langsung bangkit dari duduknya dan menyalami tangan ku. Aku menyambut uluran tangan nya sambil tersenyum datar.

"eh e itu.. i.. itu tadi sepupu ku, ya dia sepupu ku baru datang dari Bandung". Katanya yang kentara sekali kalau dia sedang gugup. "gini dia tu baru dateng dari Bandung kemarin terus minta di kenalin sama temen ku soalnya dia baru aja putus sama pacarnya gitu". Lanjutnya yang sudah bisa mengendalikan gugup nya tadi.

Ku lihat Yesa tersenyum setelah mendengar kan penjelasan dari siAlan tadi. "tapi kok hanya kalian berdua ?". Tanya ku curiga.

Adlan kembali memasang wajah yang gugup. "em itu tan temen ku belum dateng, mungkin sebentar lagi juga dateng". Jawabnya.

Daebak. Bakat sekali ini anak menipu. Ku lihat Yesa sepertinya percaya-percaya saja dengan ucapannya siAlan ini. Tak lama kemudian dia seperti memanggil seseorang.

"Al, Van gue sebelah sini". Kata siAlan melambaikan tangan dengan sedikit berteriak memanggil seseorang. Aku ikut menoleh ke belakangku, karna orang yang dipanggil beradal dari belakang ku. Kedua remaja itu menghampiri kami bertiga.

"lo pasti bingung ya cariin gue, sorry ya nggak hubungin lo setelah gue sama Selly sampek. Tapi tenang aja Selly bentar lagi juga balik kok dari kamar mandi". Kata Adlan pada teman-temannya.

"emang Selly siapa ?". Tanya salah satu teman siAlan yang memakai kaos merah.

"Selly sepupu gue yang baru dateng dari Bandung. Kan tadi gue udan bilang kalo gue mau kenalin sama sepupu gue". Jelas siAlan sambil memberi kode lewat mata. Tapi aku tak begitu jelas maksud kode tersebut.

Temannya yang memakai kaos putih nampak mengerti dengan kode yang diberika oleh siAlan. "oh iya-iya. Aldo mah belum gue kasih tau tadi". Jawab cowok yang pakai kaos putih itu. Seketika siAlan menghela nafas nya lega. Aku semakin janggal dengan suasana ini.

"owh iya Yes, Tan gimana kalau saya ikut gabung kalian aja ?". Tanya siAlan mencoba mengalihkan pembicaraan.

"nggak usah. Kamu sama temen-temen kamu dan sepupu kamu aja, lagian habis makan aku sama Bunda langsung pulang kok". Jawab Yesa santai. Aku hanya bengong melihat respon yang di berikan oleh Yesa. Sepertinya dia tidak tahu jika kekasihnya ini sedang bermain apii di belakangnya. Kemudian Yesa menarikku lagi menuju meja kami tadi.

"kali ini kamu masih beruntung dengan kedatangan kedua temanmu yang bisa kau ajak menipu". Batinku sambil terus menatap tajam ke arah siAlan. Adlan yang ku tatap tajam seperti itu hanya menundukkan kepalanya.

-------------------------------------------------------------

Bjn, 10 Agustus 2019

Jangan lupa tinggalkan koment dan vote ya 🙏😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top