CFD

Author Pov

"Yes besok kan hari minggu, kita CFD yuk". Kata Adlan yang saat itu duduk disampingku sambil menyeruput jus jeruk didepannya.

"iya tapi aku ijin dulu sama Bunda aku". Jawab Yesa sambil menatap wajah tampan Adlan.

"tenang aja, aku sendiri yang bakal ijin ke Bunda kamu, kalo perlu ke Pak Rt kamu sekalian".

Yesa hanya tersenyum mendengar jawaban Adlan, yang menurutnya sedikit alay.

***

Jam masih menunjukkan pukul 05.00, tapi adlan sudah berada didepan rumah Yesa. Merasa aneh dengan bayang-bayang didepan rumah, Mera yang semula membersihkan ruang tamu jadi penasaran. Perlahan-lahan dia menuju pintu, mengintip dari sensor yang tertempel dipintu yang memang digunakan untuk melihat tamu dari dalam rumah, sedangkan dari luar tidak bisa melihat ke dalam. Mera semakin kaget karna melihat seseorang berperawakan tinggi dan tegap sedang membelakangi pintu, memakai pakaian serba hitam dan bertopi hitam pula.

Dengan tangan yang masih memegang sapu dengan erat, Bunda Mera membuka pintu perlahan. Ketika pintu sudah terbuka, dia langsung memukulkan sapu itu pada pria tadi.

"aduh aduh ampun ampun ah". Teriak Adlan.

"siapa kamu, mau apa kamu ini rasakan ini ih ih". Ucap Bunda Mera sambil terus memukuli Adlan.

"aduh sudah ampun".

"ampun-ampun, kamu mau nyolong kan ke rumah ini". Kata Bunda Mera yang semakin menerjang Adlan dengan sapu ditangan nya. "ayo ngaku kamu, ngaku". Lanjutnya.

Ayah Rangga yang baru turun dari lantai atas,  mendengar keributan dari teras rumah. Dia mendengar suara istrinya teriak-teriak merasa khawatir. Langsung saja dia berlari ke depan.

"eh ada apa ini". Kata Rangga yang sedikit teriak.

"aduh om tolong saya om". Kata Adlan yang mencoba melindungi diri dari pukulan.

"enak aja minta tolong sama suami saya, yang ada malah kamu dibawa ke kantor polisi"

Rangga yang bingung dengan keadaan ini, memutuskan untuk melerai.

"sudah-sudah. Mera sudah Mera, berhenti memukul". Lerai Rangga sambil memegang tangan Mera.

"tidak mas, aku harus membuat maling ini jera". Kata Mera yang masih memukulkan sapu kepada Adlan.

Rangga langsung mengambil sapu itu sampai terlepas dari tangan Mera. Mera terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan suaminya tersebut.

"kok mas malah belain dia sih ?". Tanya Mera jengkel.

"memangnya apa yang dilakukan dia sampai kamu mukulin dia kayak tadi". Tanya balik Rangga dengan lembut.

"dia mau maling dirumah kita mas"

"bohong om"

"terus mau apa lagi kamu kesini kalo bukan mau maling, masih subuh udah kesini pakek baju serba hitam segala hmm". Bantah Mera cepat.

"saya kesini mau mengajak Yesa CfD di taman kota om, tante". Jawab Adlan.

Mera mendengar itu langsung memasang wajah jutek. Dia tidak akan membiarkan anaknya hanya pergi berdua dengan lelaki selain saudara ataupun ayahnya.

Mera maju selangkah lebih dekat dengan Adlan. Membuat Adlan merinding dan reflek mundur ke belakang.

"kamu mau ngajak anak saya CFD ?". Tanya Mera lembut, namun ada nada dingin di dalamnya.

Adlan sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Mera. "i..i.. Iya tante".

"itu artinya kamu juga ngajak saya CFD dong". Kata Mera lagi.

Adlan hanya menatap Mera dengan pandangan ngeri. Mau jawab tidak takut tidak diberi ijin, mau jawab iya dia tidak menginginkan itu. Jadi hanya diam dan tersenyum kikuk saja sebagai balasan dari Adlan.

"sebentar saya siap-siap dulu sekalian panggilkan Yesa". Kata Mera heboh. "mas ayog kamu juga siap-siap, sekalian ikut kita udah lama gak CFD". Lanjutnya sambil menarik Rangga.

Adlan semakin bingung mau bersikap bagaimana. Sebelum dia menjawab pun, dia sudah ditinggalkan di teras sendirian.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Yesa dan orang tuanya keluar rumah dengan pakaian olahraga lengkap dengan sepatunya.

Yesa keluar rumah dengan raut yang tak jauh beda dari Adlan, sedangkan Mera dengan raut bahagia tanpa beban, dan Rangga masih sama dengan raut wajah dinginnya.

***

Taman kota terlihat sangat ramai. Mulai dari anak kecil sampai dewasa ada. Tak lupa juga wisata kuliah tersebar ditempat itu.

Yesa dan Adlan berlari kecil mengelilingi taman, begitu juga dengan Mera dan Rangga. Mereka mengikuti Yesa dan Adlan dari belakang.

Setelah mendapatkan keringat yang membasahi tubuh mereka, mereka memutuskan duduk disalah satu bangku yang ada ditaman itu sambil menikmati air dingin kemasan.

Tak ada yang mengeluarkan suara, semuanya diam. Suasana canggung yang menyelimuti mereka. Sampai akhirnya Rangga memecah keheningan.

"kita pulang yuk Bun". Kata Rangga mengajak istrinya.

"ayuk". Jawab Mera sambil berdiri dari duduknya.

Adlan yang mendengar itupun bisa sedikit bernafas lega, seperti ada seutas tali putus yang sejak tadi melilitnya.

Namun beberapa detik kemudian, tali itu kembali melilitnya lagi bahkan terasa semakin kuat dari sebelumnya.

"yuk Yes kok kamu masih duduk sih, diajak Ayah pulang tuh". Lanjut Mera sambil memandang Yesa.

Yesa hanya melongo. Dia berfikir jika Bunda dan Ayahnya akan pulang duluan, tapi ternyata dia salah.

"Yesa pulang nanti Bun, Yesa masih pengen disini". Jawab Yesa santai.

"ya sudah jangan siang-siang ya pulangnya, Adlan nanti kamu antar Yesa pulang ya". Kata Rangga kemudian.

Adlan yang seperti mendapatkan angin segar tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menjawab dengan cepat dan meyakinkan Rangga bahwa dia akan nenjaga dan mengantar Yesa pulang dengan selamat.

"Siap om, saya akan membawa pulang Yesa dengan selamat tanpa luka sedikit pun". Jawab Adlan yakin.

Rangga tersenyum mendengar jawaban Adlan. Namun tidak dengan Mera.

"nggak bisa gitu dong. Kita berangkat sama-sama jadi pulang juga harus sama-sama". Jawab Mera tegas. "tapi kalo kamu mau pulang nanti juga gapapa, Yesa tetap pulang bareng saya". Lanjutnya.

"udah deh Bunda pulang aja duluan sama Ayah. Itung-itung sambil pacaran bergandengan tangan disepanjang jalan menuju rumah tanpa ada gangguan". Kata Yesa membujuk Bundanya.

"iya tan mumpung ada kesempatan buat berduaan". Sambung Adlan.

Mera menatap kedua bocah yang ada didepan nya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"kalian berdua nggak usah ngrayu saya ya. Saya tau kalian nyuruh kami pulang duluan karna kalian mau berduaan kan". Kata Mera.

"Bunda sok tau deh". Sahut Yesa cepat.

"memang gitu kan". Kata Mera tak mau kalah.

"ngg...". Kata Yesa yang terpotong.

"sudah jangan diteruskan". Potong Rangga cepat. "lebih baik sekarang kita pulang, hari sudah semakin siang". Lanjutnya.

Terlihat raut kecewa diwajah Adlan, berbeda dengan Mera, dia merasa menang kali ini. Sedangkan Yesa hanya cemberut tapi tidak membantah perkataan sang Ayah.

-------------------------------------------------------------

Jangan lupa tinggalkan vote dan koment kalian ya 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top