Cemburu (2)

"Assalamualaikum tante". Sapa Karin dan Nadia bersamaan begitu Bunda Mera membukakan pintu untuk mereka berdua. Tak lupa mereka juga mencium tangan Bunda Mera dengan hormat.

"eh waalaikum salam". Jawab Bunda Mera sambil tersenyum lebar. "ayo-ayo masuk kalian belum janjian ya sama Yesa, Yesanya masih tidur tuh". Kata Bunda Mera menyilahkan mereka berdua untuk masuk. Senyum ramah terus terukir di bibir Bunda Mera.

Karin dan Nadia segera melangkahkan kakinya memasuki rumah sederhana namun terlihat mewah milik sahabat baiknya, Yesa. Tak ada rasa sungkan lagi bagi mereka jika berada di rumah ini, karena mereka sudah seringkali main kesini dan bahkan orang tua Yesa sudah menganggap mereka seperti anak kandung sendiri. Kadangkala mereka sampai lupa waktu saat sudah berada di sini. Sangking betahnya sampai membuat mereka malas untuk pulang ke rumah.

Kesederhaan dan keharmonisan keluarga ini membuat mereka lupa jika mereka bukan bagian dari keluarga ini, karena tak ada batasan dan perbedaan bagi orangtua Yesa dalam memperlakukan mereka. Di dalam keluarga ini mereka merasa seperti mempunyai keluarga. Karena keluarga mereka hanya sebatas status di atas Kartu Keluarga namun kenyataannya hidup masing-masing. Keegoisan pada pekerjaan orangtua membuat mereka terlantar tanpa perhatian dari keduanya. Sedari kecil hanya diasuh oleh pembantu, membuat orangtua mereka tak mengerti dengan kondisi perkembangan anak mereka sendiri.

Seringkali mereka iri dengan nasib Yesa. Yesa memiliki seorang Ayah yang begitu perhatian walaupun tak secara langsung ditunjukkan. Dan memiliki seorang Bunda yang sangat menjaga nya walaupun dengan cara yang seringkali tak bisa dinalar. Namun cara-cara itu yang membuat mereka iri. Tidak seperti orangtua mereka yang selalu mengukur kasih sayang dan perhatian dengan banyaknya uang yang mereka beri.

Padahal yang mereka butuhkan tak melulu tentang berapa banyak uang yang mereka dapatkan tapi waktu yang walaupun hanya sebentar. Dengan waktu itu akan mereka gunakan untuk berbagi cerita, berbagi kegiatan, bahkan meminta pertimbangan akan sesuatu. Namun itu semua tak mereka dapatkan dari orangtua mereka sendiri. Justru mereka mendapatkan itu dari orangtua Yesa yang notabane nya bukan siapa-siapa. Hanya Bunda dari sahabat baiknya.

"kalian udah sarapan belum ? Tante baru aja selesai masak". Kata Bunda Mera pada Karin dan Nadia saat mereka bertiga sampai diruang tengah.

"aku tadi udah sarapan Tan". Jawab Karin sambil tersenyum.

"kalo aku cuma minum susu aja". Jawab Nadia tak kalah sopan.

"yaudah kalian ikut sarapan disini, kebetulan ini Tante mau manggil Om sama Yesa". Ajak Bunda Mera. Karin dan Nadia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Mereka begitu senang sekali mendapat tawaran sarapan dari Bunda Mera karena selama ini mereka tak pernah merasakan sarapan bersama dengan keluarga. Setiap pagi pasti orangtua mereka sudah pergi ke kantor masing-masing. Meninggalkan anak yang harus sarapan dalam keadaan sunyi.

"Tante panggil Om aja, biar kami yang panggil Yesa".

"yaudah kalian langsung aja ke kamar Yesa". Kata Bunda Mera mempersilahkan kedua sahabat anaknya itu. Kemudian mereka bertiga langsung menuju ke lantai atas hanya saja saat sampai diatas mereka pisah. Bunda Mera belok kanan memanggil suaminya yang masih dikamar sedangkan Karin dan Nadia belok kiri untuk ke kamar Yesa.

~clek~

"bangun Yessss". Teriak Karin dan Nadia barengan setelah mereka sampai dikamar Yesa.

Tak ada tanda-tanda Yesa akan bangun dari alam mimpinya. Hal itu membuat dua gadis remaja itu semakin gemas dengan Yesa. Akhirnya mereka mengambil kuas blush on dan memoles-moles kan kuas itu ke hidungnya. Merasa ada yang mengusik tidurnya membuat Yesa bergerak dan berusaha membuka matanya. Saat sudah sepenuhnya sadar dia semakin geli dengan sesuatu yang memoles-moles hidungnya. Hal itu membuat dia tak tahan untuk bersin berkali-kali.

Karin dan Nadia yang melihat Yesa bersin berkali-kali hanya mampu terkikik geli. Ada rasa bangga juga menyelimuti hati mereka berdua karena mereka sudah berhasil membuat Yesa bangun.

"mangkane kalo dibangunin tuh langsung bangun". Oceh Nadia sambil memeluk boneka panda milih Yesa.

"ya tap hatchiu tapi nggak git hatchiu tu ju hatchiu gha kali banguninnyahh ha ha hhatchiu". Jawab Yesa terbata-bata karena bersin-bersin.

"udah dipanggil-panggil juga masih belum bangun". Bela Karin.

"udah-udah mending kita cepetan ke bawah udah ditunggu sama nyokap lo". Lerai Nadia kemudian.

"hatchiu hatchiu gue ke kam hatchiu mar mandi duluhhh hatchiu". Kata Yesa sambil turun dari ranjang dan segera ke kamar mandi. 3 menit kemudia dia sudah kembali segar walaupun belum mandi. Dia hanya mencuci mukanya dan menggosok giginya.

''udah selesai ?". Tanya Nadia yang langsung diangguki kepala oleh Yesa.

"yuk cuss ke bawah, udah ditunggu sama Tante Mera". Kata Karin dengan riang. Yesa yang mendengar kegembiraan Karin merasa aneh, soalnya diantara mereka Karin lah sosok yang paling dingin.

"tumben lo girang banget". Kata Yesa dengan nada yang kurang bersahabat.

''ya iyalah soalnya bentar lagi gue mau ngrasain gimana rasanya sarapan bareng keluarga". Jawab Karin lagi. Kali ini menjawab dengan tambah riang.

Yesa melihat Karin dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia merasa tak suka apa yang ia dengar barusan. Mungkin ia salah paham dengan apa yang diucapkan oleh Karin. Karin bermaksud "sarapan dengan keluarga itu hanya ungkapan dari rasa gembiranya, karena selama ini belum pernah sarapan dengan keluarganya sendiri, dia selalu saja sarapan sendirian. Sedangkan yang di fikirkan Yesa, Karin seakan-akan ingin masuk ke dalam keluarga nya, dan dia tak suka itu. Baginya bertambahnya seorang anak ditengah-tengah keluarga ini membuat ia takut jika nanti ia tersisihkan. Apalagi mengingat keakraban Bundanya dan Karin kemarin, membuat amarah seketika masuk ke dalam hatinya. Namun dia mencoba untuk meredam emosinya.

"kok malah bengong sih, Bunda lo udah manggil-manggil tu". Kata Nadia menyadarkan Yesa dari lamunannya.

Mendengar ucapan Nadia mwmbuat Yesa sadar dari lamunannya. Dia kemudian melihat kedua sahabatnya yang ternyata sudah melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya. Dia hanya bisa mengikuti langkah kedua temannya dari belakang.

***

Bunda Mera menoleh ke arah tangga setelah mendengar langkah kaki yang menuruni tangga. Dia tersenyum lebar setelah melihat siapa yang turun. Ya siapa pagi kalau bukan anak tercintanya dan juga kedua sahabat anaknya.

Setelah sampai dilantai bawah, Yesa dan kedua sahabatnya melangkahkan kaki nya ke arah ruang makan. Disana sudah ada Bunda Mera yang tampak sibuk menyiapkan piring dan Ayah Rangga yang tampak menikmati teh dan membaca koran pagi.

"pagi Yah, Bun". Kata Yesa setelah dia sampai di ruang tamu. Dia mengambil tempat duduk disamping kiri Ayahnya, hanya saja berbeda hadap. Dia menghadap ke utara sedangkan Ayahnya menghadap ke barat.

"pagi sayang". Jawab Ayah Rangga dan Bunda Mera barengan sambil menyunggingkan senyum.

"pagi om, tante". Kata Karin dan Nadia barengan sambil menyalami tangan Ayah Rangga. Karena sejak tadi mereka sampai dirumah ini mereka belum bertemu dengan Ayah Rangga.

"pagi juga. Kalian udah lama datengnya ?". Jawab Ayah rangga yang dilanjutkan dengan pertanyaan.

"baru kok om". Jawab Nadia enteng. Kemudian Nadia mengambil tempat duduk disebelah kiri Yesa. Sedangkan Karin dihadapan Nadia yang berarti di sebelah kanan Bunda Mera.

Sarapan pagi ini terlihat ramai dengan adanya kedua sahabat Yesa. Walaupun dengan menu yang sederhana tak mengurangi antusias kedua tamu remaja itu. Terlihat dari raut wajah mereka berdua yang tampak begitu bahagia.

Hingga akhirnya terjadi sebuah kejadian yang membuat Yesa tak suka. Yaitu saat Bundanya menambahkan ayam goreng ke piring Karin. Dia merasa Bunda Mera terlihat begitu peduli dan terkesan memanjakan Karin.

"ehem-ehem". Dehem Yesa mencari perhatian Bundanya. Namun Bundanya yang terlihat begitu asik dengan Karin yang menghiraukan deheman Yesa. Hingga Ayahnya yang menyodorkan air minum ke arah Yesa. Hal itu semakin membuat Yesa tak suka dan semakin mengencangkan suara dehemannya.

"uhuk uhuk uhuk...". Deheman Yesa yang tiba-tiba berubah jadi batuk.

"kamu kenapa Yes ?". Tanya Bunda Mera akhirnya setelah mendengar batukan Yesa yang begitu keras.

"keselek. Mangkanya anaknya diperhatiin dong, masak anak sendiri keselek nggak tau". Jawab Yesa dongkol.

"yeeee mana tau Bunda kalo kamu keselek, tadi kan Bunda lagi ngambilin lauk buat Karin. Lagian kalo keselek kasih tau Bunda kek biar Bunda bisa ambilin kamu minum". Jawab Bunda Mera membela diri.

"ihhh Bunda banget sih, orang keselek mana bisa ngasih tau, bisanya cuma batuk-batuk aja". Jawab Yesa juga tak mau kalah. "lagian Bundanya lebih fokus sama anak orang lain". Lanjutnya.

"udah sekarang lanjutin makan". Lerai Ayah Rangga akhirnya. Dia merasa tak enak dengan kedua tamunya jika mereka ikut mendengarkan pertengkaran kecil antara anak dan istrinya. Sedangkan dia sudah tak kaget dengan situasi seperti ini. Hampir setiap hari pertengkaran kecil ini terjadi. Antara anak dan ibu yang sama-sama keras kepala dan tak mau ngalah.

Tak ada yang menjawab ucapan Ayah Rangga namun semuanya langsung menjalankan perintahnya. Termasuk Yesa dan Bunda Mera yang masih tatap-tatapan mata.

Yesa tak suka melihat kedekatan Bundanya dan Karin, dia merasa cemburu dengan perhatian yang diberikan Bundanya untuk Karin. Namun dia tak mampu untuk mengungkapkan itu. Karena disatu sisi dia sadar tak seharusnya dia merasa seperti itu, karena orang yanh dicemburui nya merupakan sahabatnya sendiri.

-------------------------------------------------------------

Bojonegoro, 25 September 2019

Tinggalkan vote dan komen kalian ya.. Terimakasi🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top