Bunda Mera

Bunda Mera Pov

Ku mulai aktivitas rutin ku sejak pukul 04.00 Wib pagi tadi. Ku mulai dari sholat subuh, lari-lari kecil disekitar halaman rumah, membersihkan rumah, dan sampek sekarang pukul 05.30 aku menyiapkan sarapan untuk suami tercinta dan putri semata wayangku. Yesa namanya. Walaupun dia bukan anak kandung ku tapi aku sudah menganggap dia seperti putriku sendiri. Karna tak bisa ku pungkiri didalam tubuhnya juga mengalir darah yang sama dengan darahku.

Mungkin kalian bingung. Bagaimana bisa dia bukan putri kandungku tapi mengalir darah yang sama denganku. Dia adalah putri almarhumah kakak kandungku. Kakak ku meninggal saat melahirkan Yesa.

Aku yang tidak tega melihat kakak iparku menjadi orang tua tunggal untuk Yesa, memutuskan untuk setiap pulang kuliah atau saat aku tidak ada kegiatan aku datang kekantor kakak iparku untuk membantunya menjaga Yesa. Karna Yesa tidak mau jika diurus oleh baby sitter. Akhirnya iparku selalu membawa Yesa kekantor.

Yesa kecil yang selalu diam dan anteng saat melihat ayahnya bekerja, membuat iparku tidak terlalu kerepotan menjaga Yesa sambil bekerja. Kadangkala kalau Yesa minta susu atau pup, baru dia akan menangis. Tapi begitu dipenuhi permintaannya, dia akan kembali anteng menemani ayahnya bekerja.

Melihat ketelatenan ku mengurus Yesa, membuat orang tua ku dan orang tua iparku mendesakku dan iparku untuk menikah. Awalnya aku menolak. Karna saat itu aku masih cukup muda dan masih kuliah semester 3. Namun disisi lain aku juga bahagia, karna bisa menikah dengan cinta pertama ku dan kalau ditanya apakah saat itu aku masih mencintainya ? Jelas tanpa ragu aku menjawab "iya".

Mungkin aku jahat karna mencintai suami dari kakak kandung ku sendiri. Namun tak bisa kupungkiri kalau aku memang mencintainya. Kakak ku dan iparku menikah karna perjodohan. Awalnya aku begitu membenci dengan takdir. Mengapa orang yang kucintai dijodohkan dengan kakakku yang sudah mempunyai kekasih?.

Namun seiring berjalannya waktu, aku bisa menerima kenyataan dan mengikhlaskan semuanya. Karna bagaimana pun aku tak mampu mengubah takdir.

Tapi tak kusangka, kedua orangtua kami memaksa kami untuk segera menikah.

"ibu rasa Yesa sangat nyaman dalam gendongan mu. Buktinya baru aja nempel sama kamu dia sudah tidur, padahal daritadi ibu sudah menenangkan dia tapi dia tetep aja rewel". Kata ibunya mas Rangga (suamiku).

"iya dia seperti dalam gendongan ibunya sendiri". Ucap ibuku menimpali.

"mungkin karna Mera yang pertama kali menggendong Yesa setelah dia dibersihkan". Kata ibu mas Rangga.

Memang pertama kali yang menggendong Yesa setelah dia dibersihkan oleh dokter adalah aku. Karna saat itu semua orang panik dengan keadaan kak Sarah yang semakin kritis setelah melahirkan Yesa. Terutama mas Rangga yang tidak henti-hentinya menggenggam tangan kak Sarah sambil menangis, Ibu yang beberapa kali pingsan dan ayah yang menenangkan Ibu. Kedua orangtua mas Rangga saat itu sedang ada di luar kota.

Aku tersenyum melihat bayi gembul yang ada dalam gendongan ku. Pipinya yang menggemaskan seringkali menjadi sasaran ku untuk mengecupnya. "lihat deh bu, dia tenang banget dalam tidurnya". Kataku sambil sedikit mencubit pipinya. Aku, ibuku, dan ibu mas Rangga dibuat gemas dengan ekspresi tidur lucu ala Yesa.

-------------------------------------------------------------

Cerita keduaku.
Semoga kalian suka ya😊
J

angan lupa tinggalkan jejak kalian🙏😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top