#6
"Taruk di luar Mas, aku nggak mau tahu Mas mau naruk di mana, pokoknya jangan di sini," wajah Keysa memelas.
Saga menatap wajah Keysa yang terlihat enggan. Ada apa? Pikirnya.
"Emang kenapa?" tanya Saga masih berdiri tak jauh dari Keysa.
"Aku lama-lama ngeri sama Pak Gavin, Mas, dia ngejarnya bikin aku takut, tiap hari rajin bawain aku makanan, kalau nggak aku makan dia kayak gimana wajahnya, trus kalau aku masuk siang setelah kuliah dia pasti ngajak makan siang, ya sama Ge sih tapi kalau Ge nggak ada kan kami hanya berdua dan aku nggak suka cara dia natap aku, please, taruk di luar ya Mas?" pinta Keysa.
Dan Saga akhirnya berbalik sambil menghela napas, ke luar dari ruang rawat inap Keysa menuju tempat sampah.
"Oh jadi gini caramu memenangkan pertarungan ini?"
Suara yang sangat Saga kenal, ia berbalik dan menatap dengan wajah datar.
"Silakan kau tanyakan sendiri pada orang yang ku beri bunga, dia ada di kamarnya, tanyakan mengapa ia enggan menerima bunga darimu, aku akan memberimu kesempatan berbicara berdua, silakan,"
Saga melempar bunga dari Gavin ke tempat sampah, dan berlalu meninggalkan laki-laki yang menatapnya dengan tatapan marah.
***
"Mas Saga ... ,"
Dan Keysa kaget melihat laki-laki yang tidak ia harap datang di saat dirinya sedang ingin bersama Saga.
"Bisa kau jelaskan padaku, mengapa kau tak ingin menerima bunga dariku?" tanya Gavin tanpa senyum.
"Saya hanya ingin bunga dari Mas Saga, saya hanya ingin semuanya dari dia, maaf hanya saya merasa tak nyaman cara Bapak mendekati saya, saya jadi takut," ujar Keysa pelan.
"Mengapa kau tak mengatakan itu sejak awal, mengapa kau diam saja, aku pikir kamu suka caraku," ujar Gavin dengan tatapan kecewa.
"Mas Saga mendekati saya dengan cara yang bahkan tak bisa dilihat oleh mata tapi saya bisa rasakan dari hati saya, bahkan sejak awal, saya yang mengejarnya, dia memeluk saya hanya dengan tatapan matanya dan saya merasakan kehangatan di seluruh tubuh saya, tanpa harus dia menyentuh kulit saya, saya sudah meremang hanya dengan tatapan hangatnya itu, Mas Saga mengirimi saya bunga setelah kami bercerai, dia mengawasi saya dari jauh tanpa terlihat seperti ngejar-ngejar saya, hal seperti itu yang tidak saya temukan pada laki-laki yang mendekati saya, Mas Saga tidak tergantikan Pak, saya kurang suka jika terlalu dikejar,"
Gavin menghela napas, ia tak menyangka jika caranya mendekati Keysa membuat wanita yang sangat ingin ia nikahi menjadi tak nyaman.
"Aku mencintaimu Key," suara Gavin lebih menyerupai bisikan.
"Saya mencintai mas Saga, Pak, dia takkan pernah tergantikan, awalnya saat kecil saya hanya mengagumi dia, tapi lama-lama saya jadi ketergntungan padanya, dan jadi posesif, tidak mau siapapun mendekati dia, dan saat berpisah saya menyadari bahwa saya tidak bisa hidup tanpanya, dia terlalu dalam masuk dalam hati saya, maaf saya tidak bisa membalas cinta Bapak, sayaa ... sudah mati rasa pada siapapun," sahut Keysa, ia melihat wajah kecewa Gavin.
"Masalahnya kamu tak pernah mencoba dengan yang lain, kamu hanya terkungkung padanya, hingga tak menyisakan tempat untuk yang lain," Gavin mencoba memberi ruang berpikir pada Keysa.
"Nggak akan bisa Pak, saya pernah mencoba mengalihkan rasa saya pada Ge, saat berkuliah dulu saya tahu dia menyukai saya, tapi ternyata saya tak juga berhasil, Mas Saga terlalu kuat menetap di hati saya Pak," ujar Keysa dan Gavin tak pernah berpikir jika keponakannya benar-benar menyukai Keysa.
"Ijinkan aku Key, untuk perlahan masuk dalam hati kamu," suara Gavin terdengar memohon. Keysa menggeleng.
"Tidak Pak, kami memutuskan untuk kembali, karena kami baru menyadari jika kami saling membutuhkan, saya dan Mas Saga sama-sama sakit saat jauh, kami berpisah bukan karena tak cinta lagi, tapi saya yang egois hanya memikirkan sakit hati dan cemburu saya tanpa memikirkan efek setelahnya, baru saya sadari bahwa keputusan saya salah saat Mas Saga benar-benar jauh, saya tak sanggup hidup tanpa penopang saya, maaf kalau saya terlalu banyak berdalih," ujar Keysa.
Gavin menatap Keysa, ia tak mau begitu saja menyerah.
"Baiklah, kali ini aku kalah Key, tapi selama kalian belum bersatu lagi, aku masih bisa berkompetisi," Gavin membalikkan badannya melangkah menuju pintu.
Di luar pintu, Gavin melihat Saga duduk menatap taman yang ada di depan ruang rawat inap Keysa.
"Selama kalian belum kembali sebagai suami istri, aku masih ada kesempatan, aku tahu cintanya hanya untukmu tapi selama masih ada celah aku akan berusaha," ujar Gavin yang juga menatap lurus ke arah taman.
"Yang penting kau sudah tahu jawabannya mengapa bunga itu ditolak, kau kenal aku, aku bukan orang yang biasa menikung, silakan kau tetap berusaha, aku takkan jadi penghalang keinginanmu."
Gavin melangkah meninggalkan Saga yang menatap punggung sahabatnya menjauh, semakin jauh seperti persahabatan mereka yang tak lagi seperti semula.
Tak lama Saga masuk, wajah Keysa kembali berbinar, ia mengulurkan tangannya. Saga duduk di dekat Keysa.
"Aku sudah bilang Mas, aku sudah jelaskan semua padanya, aku takut caranya mengejarku,"
Saga hanya tersenyum sambil mengusap rambut Keysa. Menatap mata bening yang selama di Singapura hanya mampu ia lihat lewat foto yang berada di galerinya.
"Aku kangen Mas, aku ..., " mata Keysa kembali berkaca-kaca.
"Sssttt istirahat ya, nggak boleh capek, nggak boleh banyak mikir, aku akan menjagamu, tidurlah, kamu kayak lelah Sayang,"
"Tapi Mas jangan ke mana-mana," ujar Keysa dan Saga mengangguk.
"Aku akan di sini, aku akan selama di sisimu," ujar Saga sambil tersenyum.
Perlahan Keysa memejamkan matanya, dan mulai melepaskan semua kelleahan yang ia rasakan sejak jauh dari Saga.
***
Empat hari kemudian Keysa boleh meninggalkan rumah sakit. Saga membenahi barang bawaan Keysa hanya tas kecil saja.
"Siap pulang, Sayang?" tanya Saga sambil mengusap bahu Keysa yang masih saja merebahkan kepala di bahu Saga.
"Ayo pulang Sayang."
Keysa bangkit perlahan, memeluk lengan kokoh Saga, lalu tersenyum sambil menatap manik mata Saga yang sejak tadi juga tak henti menatapnya.
Mereka berjalan beriringan, menuju pintu ke luar dari ruangan Keysa.
"Eh iya, sudah selesai semu kan urusan administrasinya?" tanya Keysa dan Saga mengangguk.
"Iyalah, mana boleh ke luar kalo belum selesai," sahut Saga.
Keduanya melangkah meninggalkan kamar yang akhirnya menjadi saksi bahwa mereka akan segera bersatu lagi.
Saat melewati berbelok melewati antrian pasien rawat jalan mendadak langkah Saga terhenti karena tepat di depannya tampak seorang wanita yang berusia sebaya dengan Saga bersaa seorang gadis berwajah pucat.
"Eve? Benar Evelyn kan?" tanya Saga dan wanita yang sebenarnya cantik namun berbaju lusuh itu hanya melongo dan mengangguk dengan ragu.
"Saga kan?" ujarnya dengan pelan hampir tak terdengar.
Dan dada Saga tiba-tiba berdetak keras saat bertatap mata dengan gadis berwajah pucat namun matanya terlihat tajam menatap ke arahnya.
"Siapa yang sakit Eve?" tanya Saga.
"Ini .. aa .. anakku, Dila, salaman sama om dan tante Sayang," ujar Evelyn
Dan Dila menjulurkan tangannya dengan enggan pada Keysa dan Saga.
"Siapa namanya?" tanya Saga.
"Aldilla, hanya Aldilla, Om," sahut Dila dengan suara yang sangat jelas terdengar oleh Saga seperti ingin agar telinga Saga mendengar dengan jelas.
"Ayo Sayang, aku capek," rengek Keysa, dan Saga pamit pada keduanya.
Evelyn tak percaya menatap Keysa yang rasanya tak mungkin istri Saga, karena terlihat dari wajah jika Keysa sangat belia bahkan ia yakin tak jauh dari usia Dila.
***
"Mam, mengapa Mama bilang papa Dila meninggal? Itu dia masih hidup, foto laki-laki itu kan yang pernah Dila lihat di dompet Mama, selama ini tak ada laki-laki lain dalam hidup Mama, aku yakin dia laki-laki yang membuat kita menderita, sampai Mama harus menjauh dari semuanya, kita bisa hidup layak seandainya Mama tak selalu bersembunyi, kakek nenek menyuruh kita kembali ke rumah besar itu tapi Mama bertahan selama belasan tahun di rumah kecil dan pengap itu, Dila capek Ma, Dila sakit, seandainya Dila nggak maksa Mama hari ini ke rumah sakit, kita nggak akan pernah bertemu laki-laki itu."
Evelyn melihat anaknya yang meski lemah melesat pergi. Berlari menuju lobby dan bayangan Saga-Keysa masih terlihat di sana.
"Dilaaaa," teriak Evelyn.
Matanya berkaca-kaca, ia segera mengejar anaknya. Sejak awal ia telah berjanji takkan pernah mengganggu dan menuntut Saga apapun karena apa yang terjadi pada mereka saat itu di luar kesadaran Saga. Dan Saga tak pernah berniat merusaknya, dirinya yang memulai semuanya lebih dulu, dan dia tak pernah menyesali apa yang terjadi. Dirinya yang mencintai Saga diam-diam dan menikmati saat kondisi Saga yang mabuk berat karena cintanya yang tak pernah sampai, memancing Saga untuk berbuat liar hingga terjadi hal yang tak seharusnya terjadi.
"Dilaaa, dia bukan papamuuu, kau salah oraaaang."
Teriakan Eve tak hanya berhasil menghentikan langkah Dila, namun juga menghentikan langkah Saga dan Keysa.
***
Selamat berpuasa, semoga ibadah kita hari ini dan sebulan ke depan diterima oleh Allah SWT
26 April 2020 (10.16)
Maaf jika ada typo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top