#2


"Keysaaaa,"

Teriakan keduanya terdengar saat tubuh Keysa ambruk dan Saga yang tepat berada di belakang Keysa langsung menggendongnya.

"Mau kau bawa ke mana?" tanya Gavin panik, mengikuti langkah tergesa Saga ke mobilnya . Saga tak menyahut karena langsung membawa Keysa ke mobilnya, mendudukkannya lalu mengatur posisi kursi mobil agar Keysa bisa bersandar nyaman.

"Kau pulanglah, akan aku bawa pulang, aku terbiasa mengurusnya sejak bayi, jadi tahu bagaimana Keysa," ujar Saga tanpa ekspresi.

Saat Saga menutup pintu dan berjalan memutar hendak masuk ke dalam mobil, Gavin menahan bahu Saga dan Saga berbalik, menatap wajah tampan yang sebenarnya sangat ingin ia pukul, karena saat ia ingin meraih cinta Keysa orang di depannya ini malah menjadi pengganggu.

"Kalau kau mengurusnya sejak bayi mengapa justru menyakitinya, harusnya kamu tahu bagaimana mengurus hatinya juga," ujar Gavin seolah tak rela jika Keysa dibawa pergi oleh Saga hingga sedapat mungkin ia akan menahannya.

"Untuk apa kau menanyakan sedetil itu? Kita bersaing sehat, ingat, jangan mencari kelemahanku jika kau tak tahu ceritanya," ujar Saga berbalik dan segera masuk ke mobilnya, lalu melajukan dengan pelan.

Perlahan Keysa membuka mata, ia merasakan kepalanya yang berat. Lalu menoleh dan kaget saat melihat Saga yang memegang kemudi.

"Tiduran dulu, ini mau sampai rumah, kamu lemes, kecapekan paling, makanya gak usah kamu kerja segala di tempat itu, brenti saja, gak usahlah magang kalau mau magang di tempatku atau tanya-tanya tentang apa saja bisa ke aku," ujar Saga.

"Mas tumben banyak bicara," ujar Keysa pelan. Key merasa kepalanya sangat berat, lalu ia pejamkan lagi matanya.

***

"Ada apa dengan Key, Ga?" tanya mama Dini khawatir.

"Kecapean kayaknya Ma," sahut Saga dan duduk di depan mamanya.

"Bunga dari aku nggak pernah dia buang kan ma?" tanya Saga.

"Nggak, kecuali kalau sudah sangat layu, kau menyiksanya Ga, kadang dia lama di kamarnya hanya memandangi bunga darimu," ujar mama Dini.

Saga diam saja, dia hanya menghela napas berkali-kali, mama Dini mengusap lengan Saga.

"Kau masih sangat mencintainya Ga?"

"Ya, Ma, malah makin besar setelah kami berpisah, saat kami baru nikah aku baru belajar mencintainya, tapi justru setelah kami pisah aku jadi nyesel, kenapa dulu aku turuti kemauannya untuk berpisah," ujar Saga dengan mata berkaca-kaca.

"Yah itu yang dulu sangat mama sesalkan, mama menangis berhari-hari setelah kalian pisah, mama sakit rasanya Ga, dan ternyata Keysa juga nggak semakin baik setelah pisah sama kamu, sempat masuk rumah sakit, kondisinya lemah, ngigo dia manggil-manggil kamu, apa nggak nyiksa diri namanya," ujar mama Dini segera menghapus air matanya yang tiba-tiba saja meluncur.

"Kapan? Aku kok nggak tahu Ma?" tanya Saga penasaran.

"Semua melarang mama saat mau ngasi tahu, Diandra terutama ya udah mama diem aja tapi kondisi Keysa drop berhari-hari, dia kembali pulih setelah aku bawakan cincin pernikahan kalian dan aku pakaikan lagi, dia liatiiin aja Ga tuh cincin dan Alhamdulillah mulai baik, bisa pulang, lah seminggu di rumah sakit," ujar mama Dini, Saga hanya mampu diam tercenung.

"Kalian sama-sama nggak baik-baik saja, kalian harus balikan, cuman itu obat untuk kalian," ujar mama Dini lagi.

"Doakan kami Ma, semoga ada jalan yang menyatukan kami lagi," pinta Saga sambil menggenggam erat tangan mamanya.

"Pasti Ga, tanpa kamu minta," sahut mama Dini.

"Aku pamit dulu ya Ma, titip Key Ma, kabari aku kalo ada apa-apa," ujar Saga.

Mama Dini melihat Saga melangkah ke kamar Keysa lagi, ia ikuti dari belakang, lalu melihat Saga yang mencium kening Keysa dan berbalik, ia temukan wajah sedih di sana, lalu mama Dini berusaha meraih wajah Saga, Saga menurunkan wajahnya dan cuman hangat mama Dini di kening Saga membuat air matanya hampir luruh.

"Makasih Ma, aku pulang," ujarnya dengan suara serak.

"Iyah, hati-hati," ujar mama Dini lirih.

***

Mama Dini segera melangkah menuju ruang tamu saat pembantu mengatakan ada tamu yang ingin menjenguk Keysa, siapa pikir mama Dini, kalau Ge biasanya langsung masuk.

Di sana, di ruang tamu mama Dini melihat ada laki-laki bertubuh jangkung, menggunakan celana jeans dan kemeja kotak-kotak warna dark grey yang lengannya digulung sesiku, wajah tampannya mengingatkannya pada Al papa Keysa, ia segera bangkit saat mama Dini mendekat, bersalaman lalu duduk kembali saat disilakan.

"Maaf, saya Gavin Ma, masih ingat? Sahabat masa SMA Saga, Keysa bekerja ditempat saya, saya ingin tahu kondisi Keysa, apa dia biasa dan sering seperti ini? Karena saya kaget saat dia tiba-tiba saja pingsan," ujar Gavin dengan sopan.

"Ya Allah kamu Gavin, beda banget, ganteng banget, alhamdulillah sudah mendingan tadi sudah mulai duduk, makan sendiri, hanya kaya lemas aja, dia gini kalau ada yang dipikir, hanya satu obat anak itu agar sehat, kembali pada Saga, itu aja, kebahagiaan mereka ya jika mereka bersatu lagi, hanya itu," ujar mama Dini.

Jawaban mama Dini memukul telak dada Gavin, pernyataan mama Dini seolah memberi portal besar dihadapannya bahwa Keysa akan sulit ia dapatkan.

"Boleh saya lihat dia Ma?" tanya Gavin.

"Mari mama antar,"

Mama Dini mengantar Gavin, berjalan menuju kamar Keysa, melewati ruang keluarga dan matanya melihat foto besar di dinding, foto Keysa dan Saga saat mereka menikah. Gavin sejenak terpana melihat senyum Keysa, dan wajah bahagianya. Dan dengan tak rela akhirnya dia setuju bahwa obat Keysa hanya ada di Saga, jika melihat binar bahagia di wajah Keysa saat menikah, sejak awal ia melihat Keysa di kantornya hampir tak pernah ia melihat senyum Keysa.

Mama Dini membuka pintu kamar Keysa dan mendapati cucunya yang duduk, bersandar di kepala ranjang sambil memejamkan mata.

"Sayaaang ini ada Pak Gavin," ujar mama Dini sambil mengusap bahu Keysa yang mulai membuka mata, kaget dan berusaha membetulkan posisi duduknya.

"Eh Bapak," ujar Keysa pelan.

"Aku hanya mampir ini Key, bentar aja, maaf ganggu istirahat kamu, gimana sudah baikan?" tanya Gavin dan Keysa mengangguk.

"Lain kali nggak usah ikutan kerja lama kayak kemarin Key," ujar Gavin dan Keysa menggeleng.

"Gak papa Pak, ini hanya pusing aja, nanti juga sembuh kok," ujar Keysa.

"Kamu ini nggak boleh capek Key, benar kata Gavin, kamu nggak usah ikutan kerja lama-lama," ujar mama Dini.

"Yaudah istirahat lagi, aku pulang Key, mari Ma saya pamit," ujar Gavin yang diikuti oleh mama Dini dari belakang.

Saat akan ke luar melalui pintu besar Gavin menoleh dan menatap dengan sopan mama Dini.

"Maaf Ma, Gavin hanya ijin, boleh Gavin sering ke rumah ini?" tanya Gavin dan kening mama Dini berkerut.

"Ada apa kamu akan sering ke rumah ini?"

"Gavin menyukai Keysa, Ma, meski mama mengatakan obat Keysa hanya ada pada Saga tapi Gavin yakin akan bisa menjadi alternatif obat yang lain," ujar Gavin dengan yakin.

"Silakan selama Keysa mau Gavin sering ke sini karena selama ini tak ada laki-laki yang ia perbolehkan ke rumah ini, hanya Ge sahabatnya yang sering ke rumah ini, dan Mama, tidak yakin siapapun bisa menjadi alternatif obat bagi Keysa," ujar mama Dini.

"Akan Gavin coba Ma, dan akan Gavin buktikan bahwa Gavin bisa,"

Mama Dini menatap punggung Gavin yang menjauh. Ia hanya ragu pada keyakinan Gavin.

***

Mama Dini kembali ke kamar cucunya, ia telah menemukan Keysa yang meringkuk memeluk guling. Lalu membalikkan badannya saat merasakan kasurnya bergerak, ia melihat neneknya menatap dengan tatapan mata khawatir.

"Nek, kalo ada Pak Gavin lagi, bilang aku tidur, aku nggak mau dia ke sini lagi."

Mama Dini sudah mengira Keysa akan seperti ini.

***

8 April 2020 (05.35)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top