Blurb | 3

Wawancara dengan Jagratara Padika Samudra, S.P, M.P
(26 tahun)
5 Agustus 2016
Pukul 11:10 p.m

Bunyi jangkrik di tengah malam yang mendung menjadi orkestra yang tepat sebagai lullaby. Sayangnya waktu tidur yang amat berharga milik unsur Mg harus dikorbankan untuk wawancara karakter Jagratara Padika Samudra. Lalu, terdengarlah ketukan di studionya.

Ahoy, Jagratara!
Never thought I'd use this suggested word of Alexander Graham Bell when answering his phone call invention, but yeah, Ahoy?

Uhm, we going to talk in Indonesia, right? Klise tapi sungguh, Jagratara Padika Samudra, apa artinya? Ga capek ngebuletin LJK pas ujian?
Jagratara memiliki arti selalu waspada, Padika adalah syair, Ibu saya ada pemain dan komposer biola, jadi sejak awal kata syair harus ada, kalau saya mengartikan nama saya adalah waspada atas setiap syair di tengah samudera. Masalah capek atau tidak mengisi LJK, semua kan berawal dari biasa, lama-lama suka, lama-lama terbiasa, dan tidak merasa lelah lagi.

Hasemeleh, dari nama saja kamu sudah memikat (disepak), untuk lebih santai, biasanya kamu dipanggil apa?
Biasa dipanggil Jagra, tapi di rumah dipanggil Jaggy, terutama oleh adik saya. Seberapa bencinya saya dengan panggilan itu, saya tidak bisa kesal sedikitpun pada adik saya.

Wow, jadi kamu punya adik? Kenalin lah sama aku, HEHE. Btw, orangtua serta adikmu masih di Yogya?
Adik saya perempuan, namanya Agni, sekarang kuliah di Teknik Elektro UGM. Mereka masih di sana, karena ibu membuka kelas musik kecil, dan ayah saya masih bertugas di RS pusat.

Oh, perempuan. Adik kamu kuliah di Yogya, lah, kenapa kamu milih IPB?
Sejujurnya saya ingin kuliah musik di Boston College, tetapi ditentang oleh ayah saya. Karena saya tidak berminat di teknik, dan saya enggan mengikuti jejak ayah saya di kedokteran, jadi saya memilih IPB Agroteknologi Tanah, karena pertanian adalah salah satu komoditas, jantungnya perekonomian dan kelangsungan hidup suatu negeri. Saya tidak ingin negara kita menjadi seperti yang ditulis Kahlil Gibran dalam sajaknya yang  berjudul Bangsa Kasihan. Kita bangsa yang amat kaya, dan tak bisa dielakkan bahwa kita sudah tertinggal dalam aplikasi teknologi, so, kenapa kita tidak bangkit dan melaju dalam sisi pertanian? Dan saya yakin, prospek di bidang ini sangat menjanjikan.

I see ... Uhmm ... Kamu kan jebolan magister di IPB, nih, kok mau kerja di desa yang jalannya macam kena meteor ini? Lubang sana-sini.
Sebenarnya ini agak pribadi. Saya memilih desa ini pertama karena rekomendasi sahabat saya semasa kuliah, kedua saya ikut tes lulus di sini, ketiga ... hmm ... ingin menjauh sembari menyibukkan diri.

Aku mencium bau-bau kabur karena patah hati (nabok bahu Jagratara), siapa dara itu, Jag?
Baiklah. Namanya Mahya. Dia tetangga sisi kanan saya, yang selalu bersama saya dari TK hingga SMA, di mana ada saya, di situ ada Mahya. Kami berpisah untuk pertama kalinya karena saya IPB dan dia UGM Sastra Nusantara. Dia ... cinta pertama saya, dan hingga sekarang ia belum tahu. Tapi, ketika sepulang saya promosi tesis, bukannya dapat sambutan hangat, saya malah melihat ia bertamu ke rumah dengan jari manisnya terpasang cincin emas. Yang saya ketahui setelah itu adalah ia telah dilamar oleh tetangga saya yang juga teman sepermainan kami yang sudah direkrut perusahaan tambang. Oh iya. Kenapa kita membicarakan kisah asmara saya?

Srooottt ... (meremas tisu) Pray for Jagra. Dari pada kamu baper mengenang masa lalu, kita alihkan aja ya. Hmmmm ... kamu suka makan apa, Jag?
Apapun makanan halal dan bisa dikonsumsi manusia normal.

Jadi, kamu bisa masak?
Selagi masakan rumahan sederhana, ya, saya bisa dan suka memasak.

Kusuka lelaki yang pandai memasak, he he he he (ditendang). Selain memasak, kamu punya kesukaan apa lagi, Jag?
Saya bisa bermain piano, sedikit biola, saya pemain basket ketika SMA dan kuliah, saya suka bertukang dan berkebun.

Tidak heran kalau kamu suka musik. Sejak kapan kamu menekuni piano dan biola?
Ibu saya mengenalkan saya pada piano sejak usia saya sekitar tiga tahun. Kalau biola ketika saya masuk SMP dan itu gara-gara saya agak jenuh dengan piano, jadi saya belajar memainkan biola, tapi cuma beberapa bulan, karena waktu itu persiapan resital pertama saya.

Siapa pemusik favorit kamu, Jag?
Saya suka permainan Frederic Chopin dan Rachmaninoff yang ahli menggubah. Tapi kalau komposisi musik, saya suka Debussy.

Aku butuh Aspirin. Kamu nyebutin apa itu, Jag? Yang baru-baru gitu? Kaya JB, One Direction, JKT48?
Hah? (Kebingungan)

Hah hoh hah hoh doang. Penyanyi zaman sekarang kamu suka siapa, Jag? (mulai berasap)
Hmm ... (berpikir) Hmm ... (berpikir) Hmm ... (berpikir). Adik saya suka Westlife, saya mendengar itu sesekali. Sebenarnya saya tidak terlalu menikmati musik selain musik klasikal. Jadi, saya tidak tahu mau jawab apa.

(inhale, exhale) Jag, dengan semua itu, Mahya sama sekali ga tertarik sama kamu, gitu?
Tidak tahu. Mungkin di mata dia saya cukup menjadi sahabatnya saja.

Yha sedi (disepak). Betewe, ada sesuatu yang bikin kamu takut ga? Yang nyata dan bisa disentuh! Jangan kaya jawabannya lapak sebelah yang namanya sungai-sungai itu.
Bukan takut, sebenarnya, saya alergi bulu-bulu hewan. Kucing, hamster, dan hewan berbulu lainnya. Saya dulu sinusitis, jadi hidung saya sangat sensitif.

Padahal kucing adalah hewan terlucu. Oh iya, kembali ke skenario nih, ada kebiasaan yang jelek yang ga bisa kamu hilangin?
Saya suka ribut di tengah malam memainkan Fantasie Impromtu Opus 66, atau mendadak melow memainkan Clair de Lune. Setiap di rumah, saya berusaha menghilangkan kebiasaan itu karena kalau ibu mengintip saya memainkan itu, beliau akan menangis. Mungkin beliau masih merasa bersalah karena tidak memperjuangkan saya mengambil beasiswa ke Boston. Sayangnya, kebiasaan itu sudah mendarah daging, di satu sisi saya butuh itu, tapi di sisi lain saya tidak sanggup menyaksikan ibu berlinang air mata.

Kenapa selalu berujung sentimentil, sih (ngelap ingus). Setelah ini aku ga bakal kepo-kepo lagi, bisa besok kelarnya. Well, sebagai anak pertanian, kamu paling suka tanaman apa, Jag?
Saya suka tanaman obat, sekalian jadi konsep tesis waktu itu. Tapi, sebenarnya saya pecinta bonsai. Yang tidak pernah saya lupa meski awalnya sedikit saya sesali adalah saya menghabiskan separuh tabungan saya untuk koleksi bonsai. Sekarang mereka sudah tumbuh tanpa gangguan di rumah kaca kecil saya di Yogya.

Hmm ... omong-omong tentang gangguan, gimana pikiran kamu sekarang? Sejak pindah ke desa, ada hal yang mengganggumu?
Lumayan baik, sekarang sedang merekontruksi proyek penting. Desa Baruh gunung memiliki tanah yang subur, hanya saja pengairannya tidak maksimal, padahal mata air dari pegunungan mengucur deras. Ini menyita pikiran saya.

Kalau gangguan dari “seseorang”?
Orang-orang di desa baik dan ramah. Saya tidak mendapat gangguan apapun, kecuali ibu-ibu yang sibuk menjodoh-jodohkan saya dengan anak gadisnya. Saya cukup mengabaikannya saja.

OMAIGOD, bukan itu maksudku, aelah. Skip skip. Ada keahlian lain yang kamu mau pelajari ga, Jag?
Merajut.

Beneran? Like-nenek-nekek ... Uhm, kalau seandainya ada satu yang bisa kamu ubah dari diri kamu, apa yang mau kamu ubah, Jag?
Saya tidak suka berandai-andai.

Serius amat, Jag. Apa kegiatan favorit kamu, anyway?
JPS: Piano dan menulis partitur.

Gaya berpakaian kamu, gimana Jag?
Senyaman mungkin. Kalau santai saya pakai baju kaus, kalau resmi pakai kemeja, kalau ke masjid pakai baju koko. Yang penting bersih.

Kamu kan laki-laki, nih. Apa klub bola andalan kamu?
Saya pendukung Jerman. Lalu salam You’ll Never Walk Alone.

Yuhuu, Liverpool ya. Lalu, kamu suka baca novel? Genre apa?
Saya suka novel misteri.

Siapa penulis favorit kamu, Jag?
Arthur Conan Doyle dan Stephen King.

Masih inget buku pertama yang kamu baca?
Tidak sengaja baca Clinical Orthopaedic punya ayah, gambarnya berwarna, kertasnya licin.

Film? Kamu suka nonton?
Saya tidak terlalu suka menonton, saya akan tertidur karena bosan.

Hmm ... Terus, lagu favorit kamu sampai sekarang apa, Jag?
Semua opus Nocturne dan Arabesque-nya Debussy.

Kalau lagu yang sekarang kamu sering dengar?
Love Theme from Cinema Paradiso, kalau tidak salah dari Ennio Morricone. Pertama kali dengar dari Lindra.

Sebenarnya kamu suka perempun yang seperti apa sih, Jag?
Perempuan yang menjaga diri dan kehormatannya dengan tidak menjalin hubungan apalah-apalah dengan lelaki mana pun sampai yakin berkomitmen dengan pasti.

Apalah-apalah? Yhaha apaan itu, Jag?
Istilah Jeihan untuk mengganti kata cinta.

Hmm ... Tadi Lindra, sekarang Jeihan. Ada hubungan apa kamu dengan dua gadis itu, Jag?
Kami berteman.

Yakin Cuma temen? Tiati loh Jag, sekarang sih teman, tapi ntar lama-lama doyan, heuheuheuheu. Jadi, apa pendapatmu tentang Lindra?
Lindra perempuan yang sendu, kadang saya sulit mendeteksi apa yang ia rasakan, ia seperti menyembunyikan sesuatu. Namun, kecerdasannya di atas rata-rata, enak diajak ngobrol, cukup kritis, dan setiap kali dia mulai memainkan biolanya, dia mengingatkan saya akan ibu saya. Gaya permainan dan caranya memegang bow mirip dengan ibu; lembut tapi kokoh.

Heeeeee, kalau Jeihan?
Jeihan itu judes, tapi saya tahu dia sangat baik dan peduli. Kalau sudah megang kamera, konsentrasinya tidak akan terganggu. Dia juga sedikit unik karena memperlakukan kucing-kucing selayaknya manusia, semacam diajak ngobrol. Tapi, justru ketika itu matanya berbinar-binar. Sayang, dia kurang ekspresif. Jadi, saya sering merasa bodoh kalau dia mulai tersenyum.

Eleh-eleh, Mas Jagra ih, sekarang senyum-senyum ga jelas. Curiga aing. Kalau disuruh pilih, kamu milih Lindra atau Jeihan?
Saya yakin itu bukan sesuatu yang harus dipilih.

Kok aku kesel dengan jawaban kamu ya, Jag. Ya sudah, sabodo lah. Eh, Jag, siapa yang kamu kagumi sekarang?
Sejak kecil sampai sekarang saya selalu kagum dengan Ibu saya. Melepas karier demi anaknya, dengan sabar mengajari saya piano meski awalnya saya suka mengacaukan nada,  mencurahkan perhatiannya pada adik perempuan saya, menjadi pendengar yang baik, dan orang yang lebih dulu tahu saya jatuh cinta dengan sahabat saya sendiri yang bahkan saya tidak menyadari itu.

Ibu memang segalanya ya, Jag. Btw, kamu suka kopi atau teh, Jag?
Air putih atau jus buah dan sayur. Saya tidak suka kafein dan tidak terlalu menikmati rasa teh yang aneh.

Gadget yang sering kamu pegang?
Laptop.

Biar tetap keep in touch, apa nama sosmed kamu?
Saya sering lupa kalau saya punya ponsel. Jadi saya tidak yakin akan aktif di sosial media. Tapi kalau mau, akun soundcloud saya JPsamudra, itu pun dibuatkan oleh adik saya, terakhir saya buka menjelang resital yang bertepatan dengan kelulusan SMA.

Demi apa, Jag? Ini 21st Century, coy. Jadi, kamu ga main games gitu? PS?
Saya pernah main PES dulu pas masih di asrama IPB.

Yah, durasi udah mau abis, nih. Uhm, kalo kendaraan yang sering kamu pake?
Sepeda hitam bergaris merah di rumah. Kalau di sini saya lebih suka jalan kaki. Lebih leluasa.

Bagikan sesuatu!

Terakhir nih, kapan nikah?
Tunggu waktu yang tepat.

• | | •

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top