Part 5 Kepulangan Annisa Bersama Akira
"Kamu yakin sudah siap ketemu Abi?" Tanya Annisa sekali lagi memastikan.
Sementara Akira masih saja menaruh kedua bola matanya menghadap pesawat yang datang dan pergi di landasan Bandara Fukuoka. Akira memang sudah memantapkan niatnya untuk meyakinkan Abi, entah bagaimana pun caranya.
Walaupun kadang masih terselip di hati kecilnya sedikit keraguan. Keputusannya terbang empat ribuan an kilometer dari Jepang ke Indonesia apakah sudah tepat.
Sedetik kemudian Annisa kembali bersuara,
"Kalau kamu belum yakin kita bisa menundanya,"
Bandara yang ramai terasa begitu senyap. keramaian lalu lalang manusia serta suara panggilan penumpang, kalah kuat hiruk pikuknya dengan dilema di hati Akira.
Hari ini tepat hari kamis sesuai hari yang dijanjikan akan kunjungan penelitian Akira. Sebelumnya ia sangat yakin pertemuan ini akan jadi hari paling di nantikan. Bagaimana tidak, ia akan bertemu orang tua Annisa bukan semata-mata urusan sapi, tapi ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk langsung meminta annisa dari Abi untuk dipersunting. Namun semua rencana besar itu goyah seketika tepat hari minggu lalu. Setelah telpon dari Abi berakhir.
Annisa menceritakan semuanya kepada Akira. Tentang tebalnya tembok Abi. Tentang batas besar yang harus dilalui Akira. Awalnya Akira berpikir ia telah menegasi perbedaan karena telah beribadah dengan Tuhan yang sama. Namun ia tidak tahu ada masalah lain yang akan menghambat perjuangannya mendapatkan Annisa. Perbedaan budaya, trah dan urusan menjaga nasab.
Hiroshima, hari minggu sebelumnya...
"Aku tahu ini pasti berat kamu terima," Ujar Annisa setelah menceritakan apa yang sebenarnya akan di hadapi Akira
Akira terdiam sejenak mencerna semua kisah penghalang akan kasih sayangnya bersama Annisa. Mendengar garis Nasab Annisa yang langsung terhubung dengan Rasulullah dadanya bergetar. Ia paham besarnya penghalang dirinya. Ia merasa tidak ada apa-apanya sekarang.
Akira tak menyalahkan Annisa mengapa baru sekarang ia tahu tentang semua ini. Ia yakin Annisa punya alasan pribadi yang patut untuk dihargai. Satu hal pasti sekarang Akira paham maksud perkataan Annisa sebelumnya, bahwa jika dirinya masuk Islam karena cintanya terhadap Annisa, makai a bisa sakit hati dan kecewa suatu saat nanti.
Akira menarik napas panjang.
"Pasti akan sangat berat, namun," Akira menghentikan kalimatnya sejenak. "Izinkan aku untuk mencoba, menunjukan keteguhan ku mencintaimu karena Allah," Ujar Akira kemudian
"Kamu yakin? Ini tak akan pernah mudah," Annisa memperingatkan sekali lagi "Abi bukan sosok yang akan mudah di negoisiasi," Ujar Annisa
"Jika benar ada garis Rasulullah pada kehidupan mu, maka Izinkan aku, Umat Rasullulah yang sangat mencintai Baginda Nabi Muhammad SAW, untuk menjaga dirimu hingga akhir hayatku," Akira berucap sangat yakin.
Bandara Fukuoka
Akira mengingat kembali keyakinannya. Keyakinan akan sebuah kasih pada salah satu keturunan Rasulullah. Keyakinan bahwa cintanya bukan sebatas akan nafsu dirinya sendiri, namun karena keteguhan hati kepada Allah SWT dan Baginda Nabi Muhammad SAW.
"Aku sudah yakin dengan keputusanku ini, Aku siap dengan segala resiko yang akan aku temui, aku siap meyakinkan Abi mu bahwa Aku benar-benar bisa menjadi Imam mu kelak di kemudian hari," Ujar Akira kembali sangat yakin akan kepergiannya bertemu Abi di Indonesia.
Annisa memilih tidak bertanya lagi. Ia sudah cukup yakin dengan keputusan Akira. Ia kenal benar sosok lelaki bersamanya saat ini. Akira memiliki kesamaan dengan Abi. Mereka sama dalam hal keteguhan dengan keputusannya sendiri. Pantang bagi Akira mundur selangkah pun. Annisa sadar kekagumannya terhadap Akira karena Akira bukan pribadi yang gampang menyerahkan keinginannya lenyap begitu saja tanpa ada perjuangan.
Seiring dengan tanda lagi pertanyaan tentang seberapa yakin Akira menemui Abi, bunyi panggilan memasuki pesawat pun berkumandang.
Bebunyian yang sekaligus menandai tertutupnya jalan kembali bagi Akira. Semua akan dimulai begitu kakinya nanti telah menjejak sempurna di bumi pertiwi. Bagi Akira ini akan jadi keputusan besar dalam perjalanan kehidupannya. Keputusan akan perjuangan untuk menjadi seorang Imam kehidupan bagi Annisa selama-lamanya.
................................................
Kurang lebih delapan Jam perjalanan pesawat akhirnya tiba di Surabaya. Tak ingin menunggu waktu lama Akira dan Annisa pun melanjutkan perjalanan ke daerah tempat Annisa bertumbuh besar. Kawasan Ampel. Kawasan yang tidak pernah kehilangan magisnya. Keramaian penjiarah tak pernah luntur ditelan jaman.
"Asalamulaikum," Ujar Annisa begitu sampai di depan rumahnya.
Umi yang keluar menyambut, menyiratkan wajah bahagia sekaligus terkejut akan kedatangan putri semata wayangnya.
"Annisa, Anak Umi, kok pulang ga kasih kabar," Umi langsung memeluk Annisa penuh kerinduan.
"Iya Umi, Annisa sengaja, biar kejutan," Gurau Annisa "Ini kebetulan di Ijinkan pulang Umi, karena Abi cerita ada masalah sama Peternakan Abi," Annisa menjelaskan kemudian
Annisa memang jarang sekali pulang, selain jarak ada waktu yang terbatas ditengah penelitiannya. Ini saja kebetulan diijinkan karena Annisa bercerita tentang kasus kematian sapi Abinya yang mendadak. Professor pembimbing Annisa menganggap perjalanan ini bagian dari penelitian. Walaupun ada yang lebih besar dari pada urusan itu, Apalagi kalau bukan mendampingi Akira bertemu Abi. Annisa tak ingin melihat Akira sendirian menghadapi kerasnya Abi.
"Iya, belakangan Abi sibuk di kandangnya bolak balik katanya sapinya banyak yang sakit, Umi cuma khawatir Abi mu kelelahan" Umi khawatir
"Itu makannya Annisa pulang Umi, Siapa tahu Annisa bisa bantu Abi, kan Annisa Kuliah jauh-jauh ke Jepang memang untuk bantuin Abi nantinya," Ujar Annisa
"Baguslah kamu datang, Abi mu pasti senang, eh Annisa, ini siapa?" tanya Umi melihat lelaki yang datang bersama Annisa.
"Ow, ini Akira Umi, temen Lab Annisa, kapan hari kan Abi telepon, Sapi-sapi Abi sakit bahkan ada yang meninggal, dan setelah Abi memberi tahu gelajanya ada dugaan Thailera. Dan kebetulan Akira penelitiannya tentang itu Umi, Siapa tahu dengan kedatangan Akira bisa membantu meringankan beban Abi," Jelas Annisa panjang
Annisa memberi kode Akira untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan Umi, nama saya Akira, saya teman kuliahnya Annisa," Ujar Akira
"Akira ini orang Jepang kan yah?" Tanya Umi. "Bisa bahasa Indonesia yah, Bagus." Umi kagum
"Iya Umi, Saya lahir di Jepang, Bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit," Jawab Akira
"Wah keren yah, orang Jepang tapi bahasa indonesianya lancar, selamat datang di Surabaya ya," Umi menunjukan sambutan hangatnya
"Terima kasih Umi," Ujar Akira pendek
"Ow begitu, Ya sudah, kamu pasti capek, sudah istirahat dulu ayo," Ujar Umi bahagia anak perempuannya pulang.
"Iya Umi, Abi mana Umi?" Tanya Annisa
"Abi ke kandang, sudah tunggu saja Abi di rumah," Umi seakan paham jika tahu Abi di peternakan pasti Annisa akan langsung kesana. Bagi Umi Annisa mirip Abi jika sudah menyangkut urusan Sapi. Mereka berdua tidak ada lelahnya.
"Umi, Aku sama Akira langsung ke kandang," Annisa tiba-tiba seolah hilang lelahnya dan langsung berkeinginan bertemu dengan Abi dan mengatasi masalah Abi.
"Kamu ini, Umi sudah tahu kamu akan langsung begitu tahu Abi mu itu di Kandang, Ya sudah Umi tak bisa melarang kalau kamu sudah punya keinginan begitu," Keluh Umi yang paham akan sifat Annisa.
"Ya sudah Umi, Aku berangkat yah, Umi memang paling baik dan pengertian," Annisa mencium Umi-nya dan bergegas menuju kandang.
"Akira tas yang dibawa yang ini aja kan, yang ada tabung sample dan Obat-obatan?" Tanya Annisa kemudian kepada Akira
"Hai,satu tas itu saja, sini biar aku yang membawa," Akira mengulurkan bantuan membawakan tas yang langsung disambut Annisa dengan serah terima tas.
"Umi, aku sama temen ku berangkat dulu yah, Asalamualaikum Umi," Ujar Annisa yang lalu berangkat bersama Akira menuju kandang.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," Jawab Umi mengiringi kepergian Annisa dan Akira bertemu Abi.
Sesampainya di Kandang Tempat Abi Berada.
"Luas ya," Akira menunjukan kekagumannya.
Annisa mengangguk setuju dengan apa yang disampaikan akira setibanya di Kandang Abi.
Di kejauhan sudah berdiri seorang lelaki keturunan Arab berusia sekitar enam puluh tiga tahun sedang berbicara dengan pria berwajah lokal Surabaya. Benar itu Abi yang sedari tampak sibuk berdiskusi dengan karyawan peternakannya hingga tak menyadari Putri kesayangannya telah tiba di Tanah Air.
Annisa memilih mendekati Abi daripada harus berteriak dari kejauhan. Annisa sangat menjaga Adab berbicara dengan kedua orang tuanya.
Sedangkan Akira masih tidak lepas kedua bola matanya akan kekaguman luasnya kandang sapi Abi. Ada Enam kandang berukuran 4 meter x 6 meter yang masing-masing kandang diisi empat ekor sapi.
"Wajar jika Abi mu merelakanmu jauh-jauh mempelajari tentang kedokteran hewan," Ujar Akira kepada Annisa
"Begitulah, Bagi Abi kandang ini segalanya," Jawab Annisa
Kurang lebih jaraknya sudah cukup dekat, Annisa melihat Abi memunggungi, masih tidak menyadari akan kedatangannya. Annisa pun memilih menyapa Abi-nya.
"Abi," sapa Nisa lalu menepuk punggungnya perlahan.
Abi pun mengenali suara yang menyapanya itu, suara yang selama ini selalu ia rindukan. Suara Anak perempuannya yang paling ia sayangi.
"Annisa, Kapan kamu datang?" Abi terkejut sekaligus bahagia "Kok enggak ngabari Abi, mulai berani ya apa-apa ga bilang Abi dulu," Abi tidak terima Annisa datang tanpa memberi kabar, lalu diikuti peluk khas kasih sayang Ayah dan Anak perempuannya.
Akira yang berada sangat dekat dengan momen indah pertemuan Abi dan Annisa hanya bisa tersenyum sendiri. Ia dapat melihat jelas sebegitu sayangnya Abi dengan Annisa. Jadi sudah sewajarnya jika Abi ingin menjaga Annisa dengan sangat baik, termasuk jika menyangkut masalah siapa yang akan menjadi pendamping Annisa kelak.
"Baru saja Abi, begitu Umi bilang abi ada di Kandang, Annisa langsung datang kesini," Jawab Annisa
Pada saat memeluk Annisa, Abi menyadari ada sosok lain yang datang bersama Annisa. Sosok yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Abi memegang Pundak Annisa, ia memandang erat mata putrinya, lalu menoleh ke arah pria yang datang bersama Annisa. Sedetik kemudian pandangnnya kembali kearah Annisa.
"Siapa dia?" Abi bertanya
"Ini Akira, Abi." Jawab Annisa "Abi ingatkan yang waktu Abi telpon, Nisa lagi sama temen Nisa, orang jepang yang bisa bahasa Indonesia, yang penelitiannya tentang penyakit sapi dan sering datang ke Indonesia. Ini dia orangnya, kan Abi sendiri yang bilang kalau Akira lagi kunjungan diminta mampir ke Kandang Abi!" Jelas Annisa panjang
"O Abi ingat yang waktu itu berani manggil Abi dengan panggilan lain?" Ujar Abi yang ternyata masih kesal dengan kejadian tersebut
"Ah Abi, masih diingat aja, Akira kan ga tau kalau Abi ga suka di panggil dengan cara yang lain. Yang jelas, sekarang Annisa dan Akira datang buat bantuin Abi nolong sapi-sapinya Abi," Annisa mencoba menetralisir.
"Ya sudahlah, jadi gmana Nisa, Abi sudah melakukan apa yang kamu minta kemarin, membersihkan kandang agar caplaknya berkurang," Ujar Abi
"Nah bagus Abi, Abi ku emang hebat, dah selanjutnya Abi istirahat, Biar Nisa dan Akira yang menyelesaikan masalah penyakit di kandang Abi ini, Siapkan Akira?" Ujar Annisa meminta Abinya beristirahat lalu menanyakan kesiapan Akira memulai menolong sapi-sapi di kandang Abi.
"Siap Abi, Siap Annisa," jawab Akira tegas
"Nah gitu, Manggilnya Abi, ingat bukan panggilan lain," Abi merespon karena Akira memanggil dengan panggilan sesuai keinginannya.
"Ah sudah Abi, istirahat yah, biar Annisa yang meneruskan apa yang harus dilakukan," Ujar Annisa yang lalu mendampingi Abinya ke Baleho peristirahatan di dekat kandang. "Akira kamu lanjut ambil sample darah dan caplaknya dulu ya, nanti aku menyusul bantu setelah menemani Abi sejenak," Ujar Annisa lagi
"Hai, ii yo," Ujar akira
(iya, baiklah)
Annisa pun berlalu mengantar Abinya, sementara Akira mengeluarkan peralatannya dan dengan cekatan ia melakukan prosedur pengambilan sampel darah dan caplak.
Di tengah perjalanan, Annisa memandang Akira yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Semangat ya Akira, setelah permasalahan ini selesai, baru kita bicarakan tentang hubungan kita dengan Abi, semoga semua yang berawal baik akan berakhir baik untuk kita," Ujar Annisa dalam hati memandang pria jepang yang tengah fokus dengan pekerjaannya.
..................................................................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bagaimana puasanya Hari Kelima belas Ini, Masih lancar kan?
Perjalanan Akira dan Annisa kali ini sudah menuju bumi pertiwi loh.
Terimakasih yah atas segala apresiasinya, Mohon dukungannya terus untuk terus menyampaikan kisah perjalanan ini supaya lancar .
ditunggu Komen dan Bintangnya yah,
Ditengah kegalauan keadaan di Indonesia, dan berbagai belahan dunia mudah-mudahan rezeki kawan2 semua lancar dan di berkahi kesehatan jasmani dan rohani. Amin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top