Part 4 Kesalahan Pertama Akira
Hari Minggu Berikutnya.....
Seperti kesepakatan pada minggu sebelumnya, hari ini Akira dan Annisa menuju Hiroshima. Setelah Akira memeluk islam, Akira memiliki ketertarikannya sendiri menjelajahi perjalanan agama barunya tersebut di tanah kelahirannya. Apa lagi perjalanan tersebut disertai sosok paling ia cintai, Annisa.
Ini pertama kalinya Annisa pergi ke kota Hiroshima.
"Nisa, kamu pernah mendengar tentang kota Hiroshima," Tanya Akira membuka obrolannya di dalam mobil sambil matanya tetap sigap mengawasi lalu lintas dan genggaman tanganya pada kemudi.
"Bom Atom," Jawab Annisa polos. Hanya itu yang ada di kepalanya menggambarkan seberapa paham ia dengan kota yang akan ia datangi.
Akira tersenyum mendengar jawaban singkat Annisa. Ia paham Annisa selayaknya manusia goa yang terkungkung di laboratorium penelitian pasca sarjana-nya.
"Aku sudah menanyakan hal ini berkali-kali pada setiap orang luar jepang di lab kita, Saat pertama kali mendengar nama kota Hiroshima, tentu teringat bom nuklir yang diledakan pada perang dunia kedua, tetapi sebenarnya, selain itu, masih banyak hal yang bisa ditawarkan kota Hiroshima," Akira mencoba menjelaskan.
Annisa memandang Akira. Ia tertarik dengan penjelasan Akira yang sudah seperti staff biro pariwisata yang mendampingi perjalanannya kali ini.
"Ada banyak kuil menarik, Benteng Hisroshima yang megah, ada sajian khas jepang Okonomiyaki yang enak, dan kamu bisa menjelajahi kota dengan Tram khas kota lama di Eropa," Jelas Akira. "Tapi untukmu hari ini ada yang special, kita akan ke HigashiHiroshima ada Masjid disana, lalu kita akan menikmati Okonomiyaki halal di Dekat Eki (Stasiun)."
Annisa kagum dengan lelaki disebelahnya, semenjak memutuskan masuk islam Akira jadi lebih tertarik menjelajahi tempat-tempat bernuansakan Islam di Jepang.
"Akira kun, Naze Isuramu ni kyōmi ga aru nodesu ka?" Tanya Annisa
(Akira, mengapa kamu tertarik dengan islam?)
Akira terdiam sejenak.
"Isuramukyō wa watashi ga koko de sakusei sa reta riyū o watashi ni tegakari," Jawab Akira
(Islam memberi saya petunjuk mengapa saya diciptakan di sini)
Annisa penasaran akan jawaban akira selanjutnya. Ia yakin akira masih belum selesai menjawab pertanyaanya. Ia perbaiki posisi duduknya menatap laki-laki berwajah khas negeri matahari terbit yang duduk di sebelahnya.
"Saisho wa Annisa no okage de, mondai ga hassei shita toki ni Annisa no hanashi o kiite kureru hito ga imashita, Allah," Akira melanjutkan jawabannya
(Awalnya karena mu, Aku melihat mu ada seseorang yang selalu mendengarmu Ketika kau ada masalah, Allah)
Annisa lega dengan jawaban Akira, sebelumnya ia masih ragu akan keputusan Akira memilih Islam. Saat ini Annisa percaya hidayah tersebut telah benar-benar berkunjung pada hati Akira.
"Annisa, Naze Annisa wa sonoyōni tazunemasu ka?" Akira bertanya balik
(Annisa, mengapa kamu menanyakan hal itu?)
"Daijoubu yo, Naze Akira ga isuramukyō o Akira no shūkyō to shite eranda no ka, watashi wa tada kyōmi ga arimasu," Jawab Annisa
(Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu mengapa Akira memilih Islam sebagai agamamu)
Akira tersenyum ke arah Annisa, ia menyuguhkan senyum paling menyejukan.
Senyum yang kemudian membuat pipi Annisa agak memerah merona. Ia merasa pria di sebelahnya selalu punya cara meluluhkan hatinya seketika hanya dengan tersenyum kepadanya.
Tidak berapa lama mereka sampai pada Masjid Hiroshima. Masjid Hiroshima berada satu gedung dengan Hiroshima Islamic Center. Sebuah bangunan berwarna putih berlantai lima tepat kokoh berdiri di hadapan Akira dan Annisa. Masjid Hiroshima sendiri berada tepat di lantai empat. Dari Abduru, Akira mendapatkan cerita bahwa masjid Hiroshima memang cenderung sepi, karena jaraknya lumayan jauh dari Hiroshima University. Kurang lebih empat kilometer. Selepas sampai tepat beberapa menit lagi memasuki Sholat Dzuhur. Akira dan Annisa langsung berpencar untuk berwudhu kemudian menuju bilik sholatnya masing-masing.
Lima belas menit berlalu.....
Akira sudah lebih dahulu menunggu di mobilnya,
"Bagaimana?" tanya Akira begitu Annisa memasuki mobilnya
"Aku selalu bahagia jika menemukan ada tempat yang benar-benar membuatku merasa dekat dengan penciptaku," Jawab Annisa
"Aku juga, bagi ku yang masih canggung menjalani menjadi seorang muslim datang masjid membuatku merasa dikuatkan terus keimanannya. Sehingga tak pernah muncul keraguan akan Keyakinan akan Islam," Akira sejalan dengan jawaban Annisa
"Mau kemana kita selanjutnya," Tanya Annisa tertarik dengan waktunya bersama Akira
"Onaka ga suita," Ucap Akira
(Aku Lapar)
"Ishou," Jawab Annisa sejalan
"Ranchi o tabemashou," Ajak Akira
(Ayok makan siang)
Annisa mengangguk menyetujui. Sesuai obrolannya dengan akira sebelumnya mereka pun menuju tempat makanan khas jepang Okonomiyaki. Agak jauh memang dari masjid Hiroshima. Tempatnya di dekat Hiroshima Eki (Stasiun Hiroshima). Hanya disana satu-satunya yang menjual okonomiyaki halal di Hiroshima. Tanpa banyak membuang waktu Akira pun kembali memacu mobilnya.
Ditengah perjalanan telepon genggam Annisa berdering.
"Abi?" ucap Annisa dalam hati. Ada keenganan Annisa mengangkat telponnya, "Akira kun boleh aku menerima telpon," Annisa bertanya, bukan karena apa-apa harus izin Akira, namun ada adab tidak boleh menerima telpon Ketika sedang dalam kendaraan di Jepang, terutama kendaraan Umum.
"Dare?" Tanya Akira
(Siapa?)
"Watashinochichi," Jawab Annisa
"Ii yo," Akira mengiyakan.
(Silahkan)
Annisa pun menggeser tombol hijau menerima panggilan dari Abi-nya
"Halo Abi," Annisa memulai panggilan telepon
"Halo Annisa, Abi rugi berat, sapi-sapi Abi sakit semua, ada beberapa yang Mati" Ujar Abi diujung telepon.
"Hah Abi," Annisa belum nyambung dengan penjelasan Abi
"Iya nissa, sapi-sapi abi di kendang tiba-tiba tidak doyan makan, dan mulai kurus, Awalnya Abi kira kena Antrax (Jenis Penyakit kuku dan mulut sapi), tapi setelah di cek negatif," Abi menjelaskan dengan lengkap
"Lalu apa gejalanya Abi, Abi bisa menjelaskan dengan lengkap," Tanya Annisa. Annisa langsung menekan tombol Loudspeaker pada telepon genggamnya. Akira pun yang paham meminggirkan mobilnya sejenak.
"Sapi Abi, mulai tidak nafsu makan, ada yang mulai kurus badannya, dan ada tiga yang sudah mati, menurut dokter hewan disini sebelum mati keluar darah bersamaan dengan buang air kecil," Abi mencoba menjelaskan sebisanya
"Thailera (penyakit Parasit darah pada sapi)," Annisa dan Akira berucap berbarengan
Abi menyadari putrinya tersebut tidak sendirian.
"Annisa kamu sama siapa? Kok ada suara laki-laki bersama mu?" Tanya Abi yang saat ini lebih khawatir dengan Annisa dibanding sapi-sapinya.
"Tenang Abi, ini Annisa lagi belajar di laboratorium bareng temen kuliah Annisa, kebetulan di penelitiannya tentang penyakit yang sepertinya membuat sapi-sapi Abi kurus dan meninggal," Annisa memilih berbohong dan langsung menjelaskan ke arah kekhawatiran Abi yang paling awal Ketika Abi meneleponnya.
"Ow begitu," Abi percaya. "Kalau begitu tanyakan sama kawanmu itu apa yang harus Abi lakukan?"
"Abi, penyakit parasit darah nular antar sapi melalui perantara caplak. Dan untuk tau seberapa parah harus melalui pengambilan sampel darah." Jawab Annisa yang juga sedikit tahu dengan penyakit ini. "Penularannya melalui caplak. Caplak beranak dan menular ke yang lain. Karena berdekatan caplaknya berpindah."
"lalu Abi harus bagaimana?" tanya Abi
"bolehkah aku berbicara dengan Ayahmu," tanya Akira lirih terhadap Annisa meminta Izin menjelaskan.
Annisa menggangguk. Lalu berbicara dengan Abi-nya. "Abi temenku mau menjelaskan," Ujar Annisa kepada Abi-nya
"Bapak, Saya kawan Laboratoriumnya Annisa, sepertinya Annisa bilang, penelitian saya tentang Thailera atau Parasit Darah pada sapi, hal pertama yang bisa Bapak lakukan adalah membersihkan kendang sapi biar caplaknya berkurang," Jelas Akira
"Bapak, Bapak. Panggil saya Abi, Abi memang tidak ingin dipanggil dengan cara lain selain menunjukan kearaban-nya
Annisa tersenyum dengan respon Abi yang seolah tidak peduli, dengan penjelasan Akira. Ia lebih peduli cara akira menyapanya bukan dengan panggilan Abi.
"Ih Abi, kok gitu, temenku kan ga tau, kalau Abi ga suka di panggil Bapak," Annisa menyela pembicaraan. "Jangan marah ya Abi, maafin temen Nisa."
"Temenmu gak sopan manggil Abi, temenmu orang Indonesia, kok bahasa indonesianya sepertinya agak aneh terdengar di telinga Abi," respon Abi
Akira memilih membisu mendengar complain dari Ayahnya Annisa. Ia takut menambah daftar kesalahan.
"Bukan Abi, dia Orang jepang, dia memang bisa bahasa Indonesia, dia sempat belajar bahasa Indonesia, dan sering pergi ke Indonesia untuk melakukan penelitian penyakit sapi di Indonesia," Annisa menjelaskan mengapa Akira dapat berbicara bahasa Indonesia.
"Pantes bahasa Indonesia-nya, Aneh. Bilang kepada temanmu panggil Abi pakai Abi, bukan yang lain," ujar Abi
"Iya, iya Abi, nanti Nisa bilang ke temen Nisa," jawab Annisa "Jadi begitu Abi, yang bisa Abi lakukan sekarang hanya membersihkan kandang, biar Caplaknya berkurang" Annisa mencoba mengulang kembali penjelasan Akira kepada Abi.
"Baiklah," Ujar Abi "Oiya satu lagi, kalau temanmu itu sering penelitian di Indonesia, bilang padanya mampir ke kandang Abi."
"Baik Abi, kamis minggu ini saya ke Indonesia," Akira menyauti yang kemudian membuat Annisa terkejut.
Setahu Annisa Akira memang ada jadwal visit ke Indonesia Kamis ini, tapi bukan ke kandang Abi. Bagi Annisa ini bukan semata-mata kunjungan penelitian Akira seperti biasanya. Ini adalah pertemuan pertama Akira dan Abi. Entah akan apa jadinya jika bertemu.
Semenit lalu saja Akira telah membuat kesalahan pertamanya dimata abi, walaupun kecil. Hanya dikarenakan salah akan memanggil Abi. Annisa tidak bisa membayangkan akan seperti apa pertemuan mereka.
"Jika benar pertemuan tersebut benar terjadi, mudah-mudahan di pertemuan itu Akira tidak pernah menyinggung hubungan antara dirinya dan Aku," Annisa khawatir tiba-tiba dalam hatinya dengan rencana pertemuan Akira dan Abi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top